Bab 321
Morgan Wu keluar
dari mobil dengan ekspresi gelap. Itu adalah barang yang akan dia berikan
kepada Dokter Qin, berani-beraninya ada orang yang berani mencurinya?
Dia ingin melihat
siapa orang yang sudah bosan hidup itu!
Nyonya Besar Ouyang
berdiri di depan pintu dengan berwibawa. Hari ini jelas-jelas dia sedang
berulang tahun akan tetapi dia juga tidak berani bersikap kurang ajar di depan
orang penting.
“Direktur Wu…”
Hanya saja belum
sempat Nyonya Besar Ouyang selesai berbicara, Morgan Wu sudah melewati sisi dia
dan berjalan masuk ke dalam aula rumah keluarga Zhu.
“Siapa!”
Begitu masuk ke
dalam aula, Morgan Wu pun langsung berteriak.
Seketika semua
orang pun terdiam. Tamatlah sudah karena Tuan Besar Wu sudah marah.
Pada awalnya mereka
ingin meminta maaf dan mengakui kesalahan terlebih dahulu, agar Direktu Wu tidak
begitu murka, akan tetapi sekarang semuanya sudah menjadi berantakan. Melihat
aura Tuan Besar Wu yang begitu kuat itu, sepertinya dia memiliki niatan yang
tidak baik.
Nyonya besar itu
menggertakkan giginya. Pemuda bermarga Qin itu benar-benar pembawa sial! Jika
bukan dia, bagaimana mungkin pesta ulang tahun akan berubah menjadi seperti
ini!
“Aku.” Thomas Qin
berkata.
Tuan Besar Wu
menolehkan kepalanya dan tertegun begitu mendengar ucapannya.
Nyonya besar itu
bergegas maju dan menjelaskan, “maaf Direktur Wu, dialah yang mencuri barang
Anda. Aku akan mengizinkannya jika Anda ingin memberinya hukuman!”
Morgan Wu semakin
tertegun.
“Dokter Qin apa
yang sedang terjadi?”
Thomas Qin
mendengus, “mereka mengira akulah yang mencuri barang kamu.”
Morgan Wu
mengerutkan keningnya, “siapa yang mengatakan itu? Patung bambu Hua Tuo ini
merupakan barang yang ingin aku berikan kepada Dokter Qin!”
Seketika semua
orang pun tertegun.
Keluarga Zhu
beserta tamu-tamu penting lain yang hadir pun tertegun.
Tuan Besar Wu ingin
memberikannya?
Bos Tian dengan
aneh berkata, “Direktur Wu, barang itu merupakan barang kesayangan Anda,
bagaimana mungkin barang tersebut diberikan kepada seorang pemuda biasa?”
Morgan Wu
mengerutkan keningnya, “pemuda biasa? Dokter Qin ini merupakan orang yang
hebat. Jika bukan karena Dokter Qin, sejak awal nyawaku dan nyawa cucuku
sudah akan
menghilang. Apakah dia adalah seorang pemuda biasa? Bos Tian aku rasa
penilaianmu terhadap seseorang sangat buruk. Hentikan kerjasama kedua
perusahaan kita pada tahun depan.”
Seketika wajah Bos
Tian pun memucat, “Direktur Wu! Direktur Wu ini semua merupakan kesalahanku.
Aku mohon kepada Anda untuk tidak menghentikan kerjasama kita! Aku masih
memiliki keluarga yang perlu kunafkahi…..”
Tanpa menunggu Bos
Tian menyelesaikan perkataannya, kedua pengawal milik Morgan Wu pun sudah
melempar dia keluar.
Di industri barang
antik, Morgan Wu masih sangat bergengsi, bos biasa seperti Bos Tian pada
dasarnya hanya mengandalkan orang lain untuk mendapatkan penghasilan.
“Dokter Qin, mengapa
Anda…..”
Thomas Qin melirik
sekilas ke arah Melissa Zhu dan berkata, “ini adalah temanku Melissa Zhu.”
Morgan Wu pun
langsung mengerti, “oh rupanya wanita ini adalah Nyonya Qin, kalian memang
sangat serasi.”
Seketika wajah
Melissa Zhu pun bersemu merah. Tadi ketika berada di Kota Antik, sebenarnya dia
dan Lydia Wang sudah bertemu dengan Morgan Wu. Hanya saja tidak menyangka dia
adalah seseorang yang memiliki latar belakang begitu hebat. Yang lebih tidak
terduga adalah Thomas Qin memiliki hubungan sebegitu dekatnya dengan dia.
Karena
kesalahpahaman sudah terselesaikan, Morgan Wu pun melihat ke arah patung bambu
Hua Tuo yang ada di tangannya dan bertanya.
“Dokter Qin,
menurutmu apa yang harus dilakukan terhadap barang ini?”
Thomas Qin menjawab,
“kamu tidak perlu memberikannya lagi kepadaku karena ada orang lain yang
menginginkannya. Kamu bantu aku menyumbangkannya kepada Proyek Harapan saja.”
Morgan Wu melirik
sekilas ke arah Nyonya Besar Ouyang dan menyunggingkan senyuman dingin.
“Baik.”
Bab 322
Seketika ekspresi
sang nyonya besar pun menjadi sangat buruk. Tentu saja dia sangat menyukai
patung bambu Hua Tuo tersebut dan dia juga tahu bahwa harga patung bambu
tersebut sangat tinggi, tentu saja dia sangat ingin memilikinya. tetapi tadi
dia mencurigai Thomas Qin yang mencurinya, akan tetapi akhirnya menjadi seperti
ini.
Pada saat itu
patung bambu Hua Tuo tersebut berada di genggaman Morgan Wu, tidak mungkin dia
memintanya kepada Direktur Wu. Akhirnya dia pun hanya dapat melihat benda
kesayangannya digenggam oleh orang lain dan dibawa pergi kembali.
Pada saat nyonya
besar merasa sangat menyesal.
Meskipun Morgan Wu
datang, akan tetapi dia datang bukan untuk memberinya sebuah ucapan selamat
ulang tahun kepadanya. Bahkan dia tidak memiliki niatan untuk tinggal lebih
lama di tempat ini, dia hanya ingin berbicara beberapa patah kalimat kepada
Thomas Qin dan pergi.
Seketika pesta ini
pun terasa sangat dingin.
Lydia Wang dan
Robin Zhu pun berdiri. Dulu dia juga tidak percaya terhadap Thomas Qin, akan
tetapi tidak menyangka pemuda ini bisa menyembuhkan penyakit orang sehebat itu.
Dia benar-benar sangat beruntung.
Sebuah pesta pun
diakhiri dengan keadaan tidak terlalu baik. Setelah pulang ke rumah, Lydia Wang
bertanya.
“Thomas, kamu tadi
pasti tidak makan dengan benar bukan? Ayo masuk ke dalam, aku akan membuatkan
beberapa makanan untukmu.”
Thomas Qin dan
Melissa Zhu pun tertegun. Apakah Lydia Wang salah minum obat?
Sejak kapan dia
mulai memperlakukan Thomas Qin dengan begitu baik?
Setelah memasak
beberapa macam lauk, tiba-tiba Lydia Wang bertanya, “Thomas kapan ulang tahun
kamu?”
Thomas Qin menjawab
asal dan Lydia Wang pun menganggukkan kepalanya seolah-olah dia sudah
mengingatnya.
Melissa Zhu pun
semakin kebingungan. Ibunya ini pasti benar-benar salah minum obat yang
bisa-bisanya menanyakan tanggal ulang tahun Kak Thomas. Apakah dia ingin
merayakannya?
“Aku sudah kenyang,
kalian lanjutkan saja. Thomas pakaianmu pasti sudah kotor, aku akan mencucinya
untukmu, kalian makanlah pelan-pelan.”
Lydia Wang membawa
jaket Thomas Qin dan masuk ke dalam toilet.
Begitu masuk ke
dalam toilet, Lydia Wang pun mulai mencari. Dalam waktu singkat dia pun
menemukan dompet Thomas Qin, di dalamnya hanya terdapat beberapa lembar uang
kertas, KTP dan kartu debit. Lydia Wang mengambil kartu debit tersebut dan
mengerucutkan bibirnya.
“Tidak ada banyak
uang di dalamnya, akan tetapi kartunya bagus juga.”
Dia pun memasukkan
kartu debit tersebut ke dalam kantongnya dan barang yang lain pun dikembalikan
ke tempat semula.
Tentu saja Lydia
Wang bukan ingin merayakan ulang tahun Thomas Qin. Dia menanyakan hal seperti
itu karena untuk mengetahui pin dari kartu debit Thomas Qin karena biasanya
kebanyakan orang menggunakan tanggal ulang tahunnya sebagai pin dan hal ini
juga sangat wajar.
Di dalam kartu
debit Thomas Qin ini terdapat 20 miliar rupiah. 20 miliar rupiah ini cepat atau
lambat pasti akan dihabiskan oleh dia. Daripada seperti itu, lebih baik ditaruh
di tangannya, dengan begitu akan jauh lebih aman.
Lydia Wang membawa
kartu debit tersebut dan pergi keluar dengan diam-diam.
Begitu tiba di
bank, dia pun mencobanya dengan menggunakan mesin ATM, rupanya benar pin yang
digunakan adalah ulang tahunnya. Lydia Wang pun merasa sangat senang dan
langsung menghampiri meja resepsionis lalu menyodorkan kartu debit tersebut.
“Permisi, aku ingin
mentransfer 20 miliar rupiah ke rekening ini.”
Bagaimana pun juga
di dalamnya terdapat 20 miliar rupiah. Tidak mungkin dia mengambilnya sedikit
demi sedikit dari mesin ATM.
Kartu bank sudah
diserahterimakan dan nomor rekeningnya telah diisi. Petugas bank mengangguk dan
merespon dengan sopan.
Kemudian dia pun
terkejut begitu melihat kartu tersebut.
“Nyonya, harap
tunggu sebentar.”
Kartu bank ini
merupakan kartu hitam universal yang dapat digunakan di mana saja dan memiliki
tingkatan yang sangat tinggi. Berdasarkan kualifikasi dia, seharusnya dia tidak
mampu memliki kartu seperti ini.
Biasanya jika
Thomas Qin yang datang mengurusnya, dia akan pergi ke ruangan VIP. Namun,
karena pelanggan datang ke resepsionis biasa, tentu saja mereka tidak akan
menolak.
Petugas tersebut
meminta manajer bank untuk melakukannya sendiri. Setelah manajer duduk, dia pun
menggesek informasi kartu bank.
Melihat informasi
di atas, manajer itu mengerutkan kening.
“Nyonya, Anda ingin
mentransfer 20 miliar rupiah bukan? Apakah Anda tahu kata sandinya?”
“Tentu saja aku
tahu.”
Setelah itu, Lydia
Wang pun memasukkan kata sandinya.
Ketika manajer
melihat bahwa kata sandi dimasukkan dengan benar, wajahnya tiba-tiba menggelap.
Berani mencuri
kartu hitam universal benar-benar orang yang sudah bosan hidup
Bab 323
Begitu kartu ini
digesekan akan langsung terlihat. Meskipun mereka tidak dapat tahu informasi
dengan sangat rinci, akan tetapi hanya dari jenis kelamin sang pengguna saja
sudah dapat terlihat.
Jika ini adalah
kartu debit biasa, tentu saja hanya dengan mengandalkan pin sudah pasti dia
dapat mengeluarkan uangnya.
Akan tetapi karena
jumlah uang yang besar seperti ini tentu saja harus benar-benar dipastikan yang
mengambilnya adalah sang pemilik. Jika bukan pemilik yang mengambilnya, pihak
bank pasti akan menolaknya.
Akan tetapi kali
ini itu berbeda, ini adalah kartu hitam universal. Pemilik kartu ini sudah
pasti merupakan orang-orang penting. Jika berani kartu orang penting dan datang
kemari untuk mentransfernya, dia benar-benar cari mati.
Sang manager
mengulas sebuah senyuman, “mohon tunggu sebentar nyonya, ini mungkin akan
membutuhkan sedikit waktu.”
Setelah selesai
berbicara, sang manager membalikkan badannya dan berjalan keluar, lalu mengeluarkan
ponselnya untuk menghubungi polisi.
Lydia Wang juga
tidak berpikir jauh, dia pun hanya duduk di sana untuk menunggu. Sebenarnya dia
juga hanya ingin mencoba-coba saja.
Ada beberapa kartu
yang membutuhkan sang pemilik untuk tanda tangan dan juga ada beberapa kartu
debit yang memiliki level lebih tinggi tidak membutuhkan tanda tangan sang
pemilik.
Kartu debit Thomas
Qin terlihat tidak seperti biasanya. Bagaimana pun juga dulu dia adalah seorang
tuan muda dari Keluarga Qin, tentu saja hal yang wajar jika dia memiliki kartu
sebagus ini.
Jika benar dapat
mentransfernya, maka 20 miliar rupiah ini akan menjadi milik dia.
Seteleh menunggu
beberapa menit, sang manager belum juga keluar dan dia pun mendengar suara
sirene mobil polisi yang semakin mendekat.
Lydia Wang tidak
menghiraukannya karena hal ini tidak memiliki hubungan dengannya.
Lalu suara sirene
mobil polisi ini semakin mendekat, dua buah mobil polisi berhenti di depan
gerbang. Beberapa petugas polisi khusus keluar dari mobil dengan senjata di
tangan mereka dan bergegas masuk ke dalam bank lalu mengarahkannya ke arah
Lydia Wang.
Lydia Wang
terkejut. Dia ini hanya seorang wanita bagaimana mungkin dia pernah melihat
keadaan seperti ini. Kedua kakinya pun melemas dan langsung terjatuh di atas
lantai dan dia hampir saja kencing di celana.
“Apa, apa yang
sedang kalian lakukan? Aku tidak melakukan tindakan kriminal!”
Sang manager
berjalan keluar, “kamu tidak melakukan tindakan kriminal? Kamu mencuri kartu
orang lain dan ingin mentransfer 20 miliar rupiah ke rekeningmu sendiri. Apakah
perlakukan itu bukan sebuah tindakan kriminal? Kamu tinggal menunggu
dijebloskan ke penjara saja.”
Lydia Wang
tersentak. Dia tidak menyangka hanya menggunakan kartu Thomas Qin untuk
mentransfer sejumlah uang saja akan mendapatkan hukuman sebesar itu.
Tentu saja jika ini
adalah kartu orang lain, mungkin mereka tidak akan melakukan pergerakkan
sebesar ini. Akan tetapi karena ini adalah kartu Thomas Qin yang merupakan
kartu hitam universal, tentu saja pihak bank akan sangat berhati-hati.
Lydia Wang
berbaring di atas lantai dan kedua kakinya tidak berhenti bergemetar, bahkan
rasanya sangat sulit untuk berdiri.
“Jangan! Ini adalah
kartu menantuku, aku akan menghubungi dia untuk meminta dia datang kemari dan
mengatakan ini semua adalah sebuah kesalahpahaman!”
Sang manager
mengerutkan keningnya, “kamu hubungi dia dan nyalakan mode speaker.”
Lebih baik mencoba
dibanding jika dia membuat suatu kesalahan yang akan mencelakai dirinya
sendiri.
Lydia Wang bergegas
mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Thomas Qin.
“Halo! Kamu cepat
datang ke bank, cepat!”
Hingga detik ini
pun Lydia Wang masih saja menggunakan nada memerintah seperti ini. Rupanya dia
masih belum mengetahui jelas tingkat keseriusan masalah ini.
Begitu Thomas Qin
mendengar ada yang salah dengan nada bicara Lydia Wang, di mana suaranya
terdengar terbata-bata seperti sedang ketakutan. Dia pun bergegas datang ke
bank.
Thomas Qin pun
kebingungan begitu dia melihat banyak polisi yang sedang berkumpul di depan
gerbang.
“Bibi Wang ada
apa?”
Begitu melihat
Thomas Qin, Lydia Wang pun menghembuskan nafas lega dan bergegas berdiri dan
berkata.
“Itu dia! Kartu ini
merupakan milik dia, dia ini adalah menantuku. Aku tidak salah bukan jika
menggunakan kartu menantuku?”
Sang manager mengerutkan
keningnya dan bertanya.
“Tuan, apakah Anda
merupakan pemilik dari kartu ini?”
Bab 324
Begitu melihat
kartu tersebut, Thomas Qin pun sudah mengerti apa yang sedang terjadi. Lydia
Wang ini mencuri kartu debit dia untuk mendapatkan uang, lalu dia pun
tertangkap basah? Wanita ini benar-benar sangat lucu.
“Benar.”
Sang manager tidak
berani bersikap ceroboh. Dia pun bergegas mengambil KTP Thomas Qin untuk
melakukan pemeriksaan. Data di KTP-nya cocok dengan data pemilik rekening yang
ada di bank. Setelah itu dia pun berjalan keluar dengan sangat hormat lalu
membungkukkan sedikit badannya dan berkata.
“Maaf tuan semua
ini merupakan sebuah kesalahpahaman. Akan tetapi tidak ada yang bisa datang
untuk menggunakan kartu bank Anda tanpa izin, termasuk sanak keluarga Anda. ”
Thomas Qin
menganggukkan kepalanya, dia tahu hal ini tidak dapat menyalahkan sang manager.
Pada akhirnya semua polisi dan pihak kemanan lainnya pun membubarkan diri.
Lydia Wang terduduk
di atas lantai dan dia merasa harga dirinya sudah menghilang karena bagaimana
pun juga dia sudah mencuri kartu debit Thomas Qin dan tertangkap basah olehnya,
sudah pasti ekspresi dia akan menjadi tidak baik.
Setelah keluar, di
depan bank, Lydia Wang berkata.
“Hei kamu, aku
memang sudah mencuri kartu debitmu karena aku merasa cepat atau lambat 20
miliar rupiah ini akan habis jika berada di tanganmu dan aku pun melihat diriku
yang dulu, yang sudah seperti orangtuamu, maka aku pun ingin membantumu
menjaganya.”
Thomas Qin
mendengus di dalam hatinya. Lydia Wang ini benar-benar bermuka tebal.
Jelas-jelas dia sangat menginginkan 20 miliar rupiah itu, akan tetapi dia masih
berani mengatakan dia ingin membantunya menjaganya.
Melihat keterdiaman
Thomas Qin, dia pun menggertakkan giginya. Dia bahkan sudah berbicara dengan
sebegitu tidak tahu malunya, lebih baik dia berbicara langsung dengan jelas
saja.
“Hei kamu, aku
dapat melihat dengan jelas bahwa kamu ingin menikahi Melissa bukan? Meskipun
aku merasa hubungan kalian berdua tidak akan mungkin terjalin, akan tetapi karena
melihat kinerjamu akhir-akhir ini yang termasuk bagus, aku pun merasa aku bisa
memberikanmu sebuah kesempatan.”
“Tidak masalah
bukan jika 20 miliar rupiah ini dijadikan sebagai hadiah?”
Thomas Qin
tersenyum tak berdaya, “setelah berbicara panjang lebar, intinya kamu masih
menginginkan 20 miliar rupiah bukan?”
Lydia Wang melirik
dia sekilas, “benar. Aku adalah ibu dari Melissa dan jika kedepannya kamu
menikah dengan dia, kamu juga harus memanggilku dengan sebutan ibu. Permintaan
ini tidak kelewatan bukan?”
Thomas Qin
menganggukkan kepalanya, “bukannya hanya 20 miliar rupiah saja? Jika kamu
sebegitu menginginkannya, maka aku akan memberikannya kepadamu.”
Lydia Wang
mengerucutkan bibirnya. Mendengar dari nada bicaranya ini seolah-olah dia
memiliki uang yang sangat banyak. Di dalam kartu jelekan dia yang itu paling
banyak juga hanya memiliki isi 20 miliar rupiah tambah satu nol.
“Berikan nomor
rekeningmu.”
Thomas Qin langsung
mengurusnya menggunakan ponselnya dan mentransfer 20 miliar rupiahnya kepada
Lydia Wang.
Tidak perlu
membicarakan 20 miliar rupiah, bahkan 200 miliar rupiah pun, Thomas Qin juga
dapat dengan mudah memberikannya kepada dia.
Meskipun Lydia Wang
sangat licik, akan tetapi bagaimana pun juga dia adalah ibu dari Melissa Zhu,
sehingga Thomas Qin pun tidak ingin perhitungan dengan dia.
Selang beberapa
saat, Lydia Wang mendapatkan sebuah pesan baru yang melihat bahwa uang tersebut
sudah masuk ke dalam rekeningnya. Pada saat itu juga Lydia Wang pun kegirangan
dan memukul pundak Thomas Qin sambil terkekeh berkata.
“Kinerjamu kali ini
sangat bagus.”
Akan tetapi setelah
selesai berbicara, dia pun kembali berubah pikiran.
“Meskipun aku sudah
mengambil uangmu, akan tetapi ini tidak dapat diartikan bahwa aku menyetujui
hubungan kalian berdua. Aku beritahu kamu, 20 miliar rupiah ini hanyalah sebuah
hadiah di awal. Tidak akan semudah ini jika kamu ingin menikahi putriku. Huh!”
Setelah selesai
berbicara, Lydia Wang pun berjalan sambil terkekeh.
Begitu tiba di
rumah, Lydia Wang tidak menceritakan apa pun dan begitu juga dengan Thomas Qin.
Tentu saja Melissa Zhu tidak mengetahui masalah ini.
Dia hanya merasa
ibunya begitu kegirangan selama dua hari ini entah kenapa.
Hari kedua pada
siang hari, Thomas Qin tiba-tiba mendapatkan telepon dari Melissa Zhu. Seharusnya
pada saat ini dia sedang bekerja, mengapa dia tiba-tiba meneleponnya?
“Halo Melissa, ada
apa?”
“Kak Thomas apakah
kamu memberikan uang kepada ibuku?!”
“Iya, aku
memberikan dia 20 miliar rupiah.”
Melissa Zhu tidak
tahu harus berbicara apa. Kak Thomas baru saja mendapatkan 20 miliar rupiah dan
pada akhirnya dihabiskan begitu saja oleh ibunya sendiri.
“Kak Thomas, ibuku
sudah menghabiskan semua 20 miliar rupiah itu!”
Bab 325
Thomas Qin
mengerutkan keningnya, “habis? Mengapa bisa?”
Melissa Zhu menghela
nafasnya, “taruhan pacuan kuda. Entah bagaimana ibuku bisa menghubungi pihak
pengadaan judi pacuan kuda dan menghabiskan semua 20 miliar rupiah tersebut.”
Thomas Qin tidak
tahu harus berbicara apa, Lydia Wang ini benar-benar sangat antik. Kemarin dia
masih mengatakan jika uang tersebut dipegang oleh Thomas Qin, dia pasti akan
dengan cepat menghabiskannya, akan tetapi pada akhirnya begitu tiba di tangan
dia, tidak mencapai 24 jam sudah habis, dia benar-benar sangat hebat.
“Baiklah, aku akan
pergi melihatnya.”
Melissa Zhu dan
Thomas Qin datang ke arena pacuan kuda, tempatnya sangat luas dan juga sangat
ramai. Begitu tiba, setiap orang harus menghabiskan 400 ribu rupiah untuk
membeli lencana masuk.
Begitu memasang
lencana tersebut, Thomas Qin dan Melissa Zhu pun masuk ke dalam arena.
Di dalam kerumunan
di ujung ruangan, mereka berhasil menemukan keberadaan Lydia Wang.
Lydia Wang
berjongkok di sana dan menunjukkan ekspresi sedih.
Begitu melihat
kedatangan Melissa Zhu, dia pun mulai berteriak dan menangis.
“Melissa! Ibu sudah
tidak mau hidup…..”
Meskipun Melissa
Zhu juga marah, tetapi begitu melihat keadaan Lydia Wang yang mengenaskan
seperti itu, hati dia pun seketika melunak dan tidak tahu harus berkata apa.
“Ibu, sejak kapan
kamu mulai bermain hal seperti ini?”
Lydia Wang tidak
berani berbicara apa pun lagi karena tahu dirinya telah membuat kesalahan, “aku
ini dijebak oleh mereka. Pada awalnya aku memenangkan banyak permainan. Mereka
meminta aku untuk bertaruh pada kuda itu, aku pun mengikutinya dan setiap kali
aku terus memenangkan permainan. Lalu semakin bermain aku pun bertaruh semakin
besar. Pada akhirnya semua kuda itu seperti terkena penyakit , mereka berlari
dengan sangat lambat! Mereka pasti telah berbuat curang!”
Thomas Qin tidak
tahu harus berkata apa. Jika namanya bertaruh kuda, tentu saja pemiliknya ingin
mendapatkan keuntungan. Lagipula pacuan kuda seperti ini pasti memiliki orang
yang mengontrolnya. Mengenai apakah dia dapat menang atau tidak, itu semua
hanya mengandalkan keberuntungan orang itu sendiri.
Orang yang dapat
menang merupakan orang-orang yang berada di kelompok minoritas. Jika kamu
menjadi bagian dari kelompok minoritas tersebut, maka kamu akan dapat menang.
Melissa Zhu
menghela nafas, “sudah kalah ya sudah kalah. Ayo kita pergi.”
Meskipun 20 miliar
rupiah bukan jumlah uang yang kecil, akan tetapi mereka juga tidak tahu harus
berbuat apa karena sudah kalah. Tentu saja pemiliknya merupakan orang yang
memiliki kekuasaan yang sangat kuat dan mereka tidak mungkin masih dapat
meminta mereka untuk mengembalikan uangnya.
Lydia Wang tidak
berdiri melainkan duduk di sana, lalu dengan ekspresi kacau berkata.
“Melissa, bukannya
tidak boleh jika ingin pulang. Akan tetapi coba kamu tebak aku melihat siapa?”
“Siapa?”
Lydia Wang menolehkan
kepalanya dan tangannya pun menunjuk ke arah belakangnya.
“Kamu lihat.”
Mengikuti tunjukan
arah jari tangan Lydia Wang, Melissa Zhu melihat seorang pria mengenakan
setelan jas dan kacamata hitam.
“Tristan Peng?”
Wajah Melissa Zhu
menegang dan ekspresinya pun terlihat menjadi tidak nyaman.
Ekspresi Lydia Wang
juga sedikit aneh. Dia melihat sekilas ke arah Thomas Qin dan kembali melihat
ke arah Melissa Zhu.
Melissa Zhu
bergegas menolehkan kepalanya, “bukannya dia sedang berada di Amerika? Mengapa
dia ada di sini?”
Lydia Wang
menjawab, “putriku, aku tadi melihat Tristan Peng terus menang dalam
permainannya, bagaimana jika kita mencari dia?”
Melissa Zhu
mengerutkan keningnya, “ibu aku tidak ingin memiliki interaksi apa pun dengan
dia.”
Tristan Peng adalah
orang terkenal di Kota Donghai beberapa tahun yang lalu. Dia sekelas dengan
Melissa Zhu dan keduanya saling menyukai satu sama lain pada saat itu. Tristan
Peng mengejar Melissa Zhu, namun karena pada saat itu mereka masih bersekolah,
sehingga Melissa Zhu pun menolaknya karena tidak mau menganggu masa studinya.
Pada saat dia lulus
dan akan berkuliah, Tristan Peng sudah meninggalkan negara itu, jadi keduanya
pun sudah jarang berkomunikasi.
Kemudian Melissa
Zhu mengetahui bahwa Tristan Peng mempunyai kekasih baru di Amerika dan sejak
itu tidak ada lagi hubungan di antara mereka.
Tidak menyangka
setelah beberapa tahun berlalu, mereka akan bertemu kembali di tempat ini.
Bab 326
Tadi ada beberapa
orang yang terus menoleh menatap ke arah sana dan gerakan ini berhasil menarik
perhatian Tristan Peng. Meskipun jaraknya tidak dekat akan tetapi Tristan Peng
dapat langsung melihat batang hidung Melissa Zhu di dalam kerumunan. Lalu dia
pun bergegas berdiri dan berjalan menghampiri dia.
Begitu berjalan hingga
di depan dia, Tristan Peng pun melepaskan kacamata hitamnya.
“Melissa lama tak
berjumpa dan kamu masih saja begitu cantik.”
Melissa Zhu tidak
ingin memiliki hubungan apa pun lagi dengannya dan dia pun bergegas menggandeng
lengan Thomas Qin dan berkata.
“Iya, lama tak
berjumpa.”
Begitu melihat
keintiman hubungan mereka, ekspresi Tristan Peng pun membeku dan tersenyum
canggung.
“Dia adalah……”
“Calon suamiku,
Thomas Qin.”
Tristan Peng
menganggukkan kepalanya sambil terkekeh.
“Kalian juga datang
untuk berjudi?”
“Ibuku yang datang
berjudi dan kebetulan kami sudah ingin pergi.”
Tristan Peng
terkekeh berkata, “kebetulan sudah ingin pergi? Bibi, kamu belum boleh pergi.
Ronde selanjutnya merupakan perlombaan yang sudah aku tunggu-tunggu sejak tadi.
Kamu ikuti taruhan yang aku pilih, kamu pasti akan menang.”
Mata Lydia Wang
seketika pun menjadi cerah, “benar?”
“Tentu saja benar.
Ayo bibi, aku antarkan kamu untuk pergi melihat kuda.”
Tristan Peng
membawa semua orang ke ruang tunggu, di mana mereka dapat melihat beberapa kuda
yang hendak balapan.
Tristan Peng
menunjuk ke arah seekor kuda yang berwarna merah marun dan berkata.
“Bibi, lihat ini
nomor dua itu. Kakinya panjang dan bulu yang lebat. Dia pasti akan menjadi
peringkat pertama.”
Lydia Wang juga
sangat terkesima ketika melihat kuda ini, memang benar jika dibandingkan dengan
kuda lainnya, kuda nomor dua ini memang terlihat sangat kuat.
“Tristan Peng, kamu
jangan mencoba membodohi aku. Uangku sudah tersisa tak seberapa lagi jika aku
kalah lagi maka tamat sudah riwayatku.”
Tristan Peng
tertawa dan berkata.
“Bibi tenang, kamu
percaya saja kepadaku. Aku juga pasti akan bertaruh kepada nomor dua ini.
Bahkan aku berencana untuk bertaruh sebanyak 10 miliar rupiah dalam sekali
bertaruh. Jika menang, maka kita akan mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat
lebih banyak.”
Karena kuda nomor
dua ini sangat terkenal, sehingga banyak orang yang bertaruh kepada kuda ini.
Lydia Wang berpikir
sejenak , “bagaimana jika aku bertaruh tierce?”
Tierce ini
merupakan bertaruh kepada tiga ekor kuda dalam waktu yang bersamaan. Entah dari
tiga ekor ini siapa yang menjadi peringkat pertama, dia pasti juga akan
mendapatkan uang. Dengan begitu kemungkinan untuk kalah pun menjadi lebih
kecil. Ini merupakan cara bermain yang cukup konservatif.
Tristan Peng
tertawa dan berkata, “bibi jika kamu ingin menang, tentu saja kamu harus
bertaruh pada satu ekor kuda saja, karena dengan bertaruh kepada satu kuda,
maka kemungkinan mendapatkan uang lebih banyak pun menjadi lebih tinggi. Apakah
kamu tidak percaya padaku?”
Lydia Wang
ragu-ragu sejenak dan pada akhirnya dia pun mengaggukkan kepalanya.
“Baiklah kalau
begitu aku akan mengikuti kata-katamu.”
Lydia Wang langsung
mendaftar dan bertaruh 100 juta rupiah yang terakhir dia miliki.
“Ibu!”
Tanpa menunggu
Melissa Zhu selesai berbicara, Lydia Wang pun langsung melototi dia, “Tristan
Peng merupakan orang yang ahli dalam hal ini, tentu saja kita harus mendengar
ucapan dia!”
Jika putrinya dapat
datang lebih awal dan dapat berkomunikasi dengan Tristan Peng lebih awal,
kemungkinan besar tadi dia tidak perlu kalah begitu banyak.
Thomas Qin
melangkah maju begitu melihat kuda-kuda tersebut dan menjulurkan tangan untuk
menyentuh leher kuda-kuda tersebut.
Tristan Peng yang
berada di samping pun mendengus, “sobat pasti tidak pernah melihat hal-hal
seperti ini bukan? Ini semua merupakan kuda yang bagus, satu ekonya memiliki
nilai mencapai 20 juta rupiah. Kamu jangan asal menyentuhnya, jika kamu
merusaknya, kamu pasti tidak akan mampu menggantinya.”
Thomas Qin tidak memedulikan
dia, melainkan terus menyentuhnya dan berkata.
“Nomor dua tidak
akan menang.”
Begitu dia selesai
berbicara, Tristan Peng pun langsung tertawa mengejek.
“Sobat apakah kamu
sedang bercanda? Apakah kamu tahu berapa banyak orang yang menyukai nomor dua
ini? Tahu mengapa tingkat kekalahan dia sangat rendah? Ini karena kualitas dia
sangat bagus, banyak pihak ahli yang mengatakan dia akan menang. Memangnya kamu
mengerti apa hingga kamu berani berbicara sembarangan di sini?”
Ucapan Thomas Qin berhasil
menarik kemarahan para kerumunan.
“Memang, orang desa
darimana dia? Jika nomor dua tidak menang, siapa yang akan menang?”
“Keadaan kuda yang
lain pun jauh lebih buruk dibanding yang nomor dua ini. Kamu jangan berbicara
sembarangan lagi.”
“Memang. Kamu
benar-benar tidak tahu malu karena kamu bisa-bisanya mempertanyakan ucapan
Master Tristan Peng.”
Bab 327
Hanya satu kalimat
Thomas Qin saja sudah berhasil mendapatkan banyak cemoohan dari banyak orang.
Kelihatannya
Tristan Peng ini merupakan orang yang hebat di dalam bidang ini, bahkan
keahlian Tristan Peng saja sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.
Banyak orang yang
memenangkan banyak uang dengan mengikuti target taruhan yang dipilih Tristan
Peng.
Lydia Wang juga
memutar bola matanya, “Thomas Qin! Kamu jangan asal berbicara. Jelas-jelas kamu
tidak mengerti di bidang ini, untuk apa kamu berbicara sembarangan?”
“Tuan Muda Peng aku
juga mengikutimu untuk bertaruh 100 juta rupiah. Aku mengandalkan kamu!”
Thomas Qin
megerutkan keningnya, “Bibi Wang aku sarankan kamu jangan bertaruh pada nomor
dua, lebih baik bertaruh pada nomor delapan.”
Setelah selesai
berbicara, Tristan Peng pun langsung tertawa mengejek, “sobat, kamu benar-benar
sangat lucu. Rupanya kamu benar-benar orang kampungan. Jika ingin melihat seekor
kuda bisa berlari kencang atau tidak, kita bukan hanya melihat dari auranya
saja, melainkan melihat pada kakinya.”
“Kaki pada kuda
nomor delapan ini begitu kurus dan pendek, bahkan dia bukan satu tingkatan yang
sama dengan kuda-kuda yang lain.”
“Akan tetapi aku
sangat suka akan sikapmu yang akan mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti
akan sesuatu. Jika kamu tidak pernah melihat hal seperti ini, tentu saja kamu
harus bertanya agar mengetahuinya, jika tidak sepertinya kamu tidak akan
memiliki kesempatan lagi dalam seumur hidupmu.”
Lydia Wang memutar
matanya dan bergumam, “memalukan!”
Melissa Zhu pun
menarik Thomas Qin yang mengisyaratkan dia untuk jangan berbicara lagi.
Dalam arena pacuan
kuda, tentu saja keahlian Tristan Peng berada di atas Thomas Qin. Meskipun
Thomas Qin ahli dalam bidang medis, akan tetapi dia tidak terlalu bisa dalam
hal lain.
Thomas Qin
menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya, “lihat saja nanti.”
Beberapa menit
kemudian, perlombaan selanjutnya pun dimulai.
Kuda-kuda tersebut
berlari maju satu per satu. Semua orang berteriak kegirangan. Di antara mereka,
suara yang meneriaki nomor dua adalah yang terbanyak.
Di antara banyak
kuda yang sedang berpacu, hanya dia yang terlihat paling mencolok, tinggi dan
perkasa.
Dalam setengah
babak pertama, hanya nomor dua yang memimpin di depan di antrara kuda lainnya.
Tristan Peng
mencibir di sebelahnya, “hehe, aku ingat siapa tadi yang mengatakan bahwa nomor
dua tidak bisa menang? Benar-benar payah.”
Ekspresi wajah yang
lain pun menunjukkan ekspresi mengejek sambil melirik ke arah Thomas Qin.
Pemuda ini benar-benar sangat lucu, berani-beraninya dia menyanggah ucapan Tuan
Muda Peng di arena pacuan kuda, bukannya ini dia sedang merugikan dirinya
sendiri? Pasti nanti dia akan merasa malu.
Setelah setengah
babak berlalu, tiba-tiba kecepatan berlari kuda nomor dua pun melambat.
Mulutnya berbusa, lidahnya menjulur keluar dan dia pun tertinggal dari posisi
pertama ke posisi keempat.
Seketika semua
orang pun tertegun dan mengumpat.
“Apa yang terjadi!”
Tristan Peng juga
mengerutkan keningnya. Ini juga merupakan pertama kalinya dia bertemu hal
seperti ini. Dia bahkan sudah melakukan banyak penyelidikan dari berbagai sisi
dan hasil penyelidikannya menunjukkan bahwa kuda nomor dua ini pasti akan menang.
Akan tetapi mengapa dia mundur di saat-saat penting seperti ini?
Setelah kuda nomor
dua tertinggal di belakang, beberapa ekor kuda yang lainnya pun juga ikut
melambat dan hanya tersisa kuda nomor delapan saja yang tidak melambat.
Ketika kuda-kuda lain
tertinggal di belakang, hanya kuda itu yang terus maju ke depan
Sepuluh meter,
delapan meter …
Kuda nomor delapan
itu memimpin dan melewati garis akhir.
Seketika terdengar
banyak kutukan di tempat kejadian karena mayoritas orang bertaruh kuda pada kuda
nomor dua dan awalnya ini terlihat seperti kemenangan yang tampak stabil, jadi
mereka semua bertaruh banyak uang. Tanpa diduga, pertandingan ini mengecewakan.
Wajah Tristan Peng
dan yang lainnya memucat. Mereka tidak menyangka ucapan Thomas Qin sangat
tepat.
Lydia Wang memukul
pahanya dan menunjukkan ekspresi menyesal.
“100 juta rupiah
terakhirku telah hilang. Seharusnya aku mendengar ucapan Thomas.”
Tristan Peng
menahan rasa malunya untuk tersenyum, “bibi, dia ini kebetulan sedang beruntung
saja. Hal seperti ini juga hanya akan terjadi sekali hingga dua kali saja, jadi
kamu tidak perlu merasa kesal.”
Bab 328
Maksud Tristan Peng
sangat jelas. Maksud dia adalah pilihan dia sangat jarang sekali meleset, tidak
mungkin dia akan kalah terus-menerus bukan?
“Bibi, ayo, aku
antarkan kamu untuk melihat pertandingan selanjutnya.”
Sekelompok orang
mengikuti Tristan Peng untuk datang ke tempat pertandingan selanjutnya. Begitu
melihat kuda-kuda yang kelihatan sangat gagah dan perkasa, Tristan Peng
berkata.
“Pada kali ini, aku
sarankan kita bertaruh tierce pada kuda nomor dua, tiga dan empat karena ketiga
kuda ini sangat kuat. Mereka bertiga sudah seperti juga tiga umum, tetapi tidah
tahu siapa yang akan menjadi juara satu. Jadi lebih baik kita bermain tierce
agar lebih aman.”
Semua orang pun
menganggukkan kepalanya karena mereka pernah melihat informasi mengenai ketiga
kuda ini pada koran dan majalah. Tetapi mereka tidak tahu sedetail Tristan
Peng, pada awalnya mereka juga ingin bertaruh pada ketiga kuda itu dn begitu
mereka mendengar ucapan Tuan Muda Peng, mereka pun menjadi semakin yakin.
Tristan Peng
menatap ke arah Lydia Wang dan berkata, “bibi, kali ini kamu dapat bertaruh
lebih banyak meskipun tingkat kekalahan sangat rendah akan tetapi jika kamu
bertaruh semakin banyak maka kamu akan mendapatkan lebih banyak.”
Lydia Wang
ragu-ragu sejenak. 200 miliar rupiah pemberian Thomas Qin sudah habis, jika
ingin bermain lagi maka dia sudah harus menggunakan uang pribadinya sendiri.
Dia mengadahkan
kepalanya dan melihat ketiga kuda tersebut. Lydia Wang berpikir bahwa ketiga
kuda tersebut memang sangat hebat.
“Baik kalau begitu
aku akan bertaruh 400 juta rupiah!”
Begitu selesai
berbicara, Thomas Qin langsung menggelengkan kepalanya.
“Bibi Wang, aku
sarankan kamu untuk membeli nomor lima.”
Setelah selesai
berbicara, semua orang pun melihat ke arah kuda nomor lima.
Kuda nomor lima ini
memang tidak buruk dan kakinya juga lumayan panjang. Akan tetapi dia tampak
lesu dan tidak bersemangat.
Tristan Peng
mendengus, “jangan-jangan kamu mengira setelah kamu berhasil di babak pertama,
kamu akan berhasil lagi pada selanjutnya? Taruhan kuda ini bukan hanya
mengandalkan tebak-tebakan saja, akan tetapi kita juga harus mengandalkan
kemampuan dia. Orang lain saja dapat melihat bahwa kuda nomor lima terlihat
sangat lesu seperti sedang sakit dan kamu bisa-bisanya menyuruh Bibi Wang
bertaruh pada nomor lima?”
“Iya, kamu jangan
berpura-pura mengerti lagi di sini. Apakah mungkin kamu akan berhasil lagi pada
babak kedua? Aku sebaiknya mengikuti perkataan Tuan Muda Peng saja.”
“Benar,
keberuntungan itu merupakan suatu hal yang tidak dapat diandalkan. Bertaruh
kuda itu harus mengandalkan keahlian.”
“Aku percaya pada
Tuan Muda Peng. Aku akan bertaruh tierce pada kuda nomor dua, tiga dan empat.
Aku bertaruh satu miliar rupiah!”
Lydia Wang juga
sudah tidak dapat menahan dirinya begitu mleihat orang lain sudah mulai
bertaruh. Dia pun mengeluarkan 400 juta rupiah untuk bertaruh.
Melissa Zhu yang
berada di samping bertanya dengan pelan, “Kak Thomas, apakah kamu yakin?”
Thomas Qin berkata,
“kurang lebih.”
Melissa Zhu
penasaran. “mengapa pada babak sebelumnya kamu tahu bahwa nomor delapan tidak
akan menang melainkan nomor dua?”
Thomas Qin berkata,
“aku ada menyentuh leher dia dan menyadari bahwa nomor delapan ini menderita
penyakit asma.”
“Hah?” Melissa Zhu
ternganga karena terkejut. Dia tidak menyangka Kak Thomas bahkan dapat melihat
penyakit seekor kuda, pantas saja ketka kuda itu berlari setengah jalan, dia
pun mulai menjulurkan lidahnya dan bibirnya mengeluarkan busa bahkan
kecepatannya pun menurun. Rupanya karena dia menderita asma.
“Lalu bagaimana
dengan babak ini?”
Thomas Qin berkata.
“tidak ada hal yang khusus pada tiga ekor kuda ini. Tetapi kuda nomor lima itu
jauh lebih hebat karena dia sedang kasmaran.”
“Ini…..”
Ujung bibir Melissa
Zhu berkedut, dia tidak menyangka hanya seekor kuda saja dapat dilihat hingga
sedetail itu.
Kuda nomor lima
terlihat lesu bukan karena tubuhnya lemah, melainkan karena hormon dia terlalu
tinggu dan tidak tahu harus mengeluarkan tenaganya ke mana dan siapa yang dapat
berbicara pasti dalam hal ini?
Pada kali ini
Tristan Peng juga ikut bermain tierce karena tingkat keberhasilannya lebih
tinggi, sehingga dia pun bertaruh 2 miliar rupiah.
“Hehe, kita tunggu
saja.”
Bab 329
Babak selanjutnya
pun langsung dimulai. Kuda nomor dua, tiga dan empat pun langsung maju dan
berlari di baris terdepan.
Lalu semuanya pun
berteriak dengan penuh semangat dan nomor lima pun juga langsung berlari maju.
Jelas-jelas dia
berlari lebih lambat beberapa detik, akan tetapi kecepatannya berhasil
melampaui kuda nomor dua, tiga dan empat.
Nomor lima ini
terlihat sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya. Keempat kakinya bergantian
dengan sangat cepat dan meninggalkan kuda-kuda yang lain jauh di belakang.
Hanya dalam
beberapa detik, dia sudah berhasil melewati garis akhir.
Lalu kembali
terdengar suara kutukan di sana.
Semua orang pun
tertegun, mereka tidak menyangka kuda nomor lima ini begitu hebat!
Dia sangat
berbanding terbalik dengan keadaan sebelumnya.
Tristan Peng juga
tertegun, dia ini sudah bertaruh 2 miliar rupiah. Apakah kuda nomor lima ini
memakan obat penyemangat! Bagaimana mungkin dia bisa secepat itu!
Lydia Wang dengan
kesal menghentakkan kakinya.
“400 juta
rupiahku!”
Jika sejak awal dia
mendengar ucapan Thomas Qin, jika dia bertaruh 400 juta rupiahnya pada kuda
nomor lima, kemungkinan besar dia akan mendapatkan 2 miliar rupiah!
Pada saat ini
Tristan Peng dan yang lain pun terdiam karena bagaimana pun juga mereka sudah
kalah dalam dua babak. Sedangkan Thomas Qin sudah berhasil menebak dua babak
dan kali ini tidak mungkin sebuah kebetulan lagi bukan?
Bila yang pertama
adalah keberuntungan, apakah mungkin yang kedua juga sebuah keberuntungan?
Bahkan ketika
Thomas Qin sedang mengatakannya, dia terlihat sangat yakin tanpa ada sedikit
keraguan.
Harga diri Tristan
Peng sudah turun, akan tetapi dia masih dengan muka tebal berkata.
“Hehe, kekalahan
merupakan suatu hal yang wajar di dalam sebuah perjudian. Perjudian kuda ini
memang harus banyak bertaruh agar memiliki lebih banyak kesempatan untuk
menang. Kalah sekali, dua kali merupakan satu hal yang wajar.”
Tristan Peng
melirik sekilas ke arah Thomas Qin dan mendengus.
“Keberuntungan
sobat ini sepertinya lumayan juga karena kamu bisa berhasil memenangkan dua
babak. Mengapa kamu sendiri tidak bermain? Tidak seru bukan jika hanya
menggerakkan mulutmu saja?”
Hanya berbicara
saja memang sangat sulit untuk membuat orang lain mempercayai diri kita.
Memangnya ada arti jika kita hanya berani berbicara tanpa berani bertaruh?
Seperti Tristan
Peng ini meskipun perkiraan dia meleset akan tetapi dia juga ikut bertaruh,
sehingga dia pun kalah bersama-sama dengan yang lain dan inilah yang membuat
orang mempercayai dia.
Thomas Qin berpikir
sejenak dan berkata, “baiklah kalau begitu aku juga akan bermain beberapa
babak.”
Tristan Peng
mendengus, “sobat berencana bertaruh berapa banyak? Di sini itu nominal minimal
untuk bertaruh adalah 10 juta rupiah. 400 hingga 600 ribu rupiah itu tidak
diperbolehkan di sini.”
Thomas Qin berkata,
“kalau begitu aku akan bertaruh 200 juta rupiah.”
Melissa Zhu
mengerutkan keningnya dan menarik Thomas Qin.
“Kak Thomas kamu
tenanglah!”
200 juta rupiah
dapat dihasilkan oleh Thomas Qin sebagai seorang dokter sudah termasuk melakukan
penghematan yang sangat banyak. Pada awalnya, dia memiliki 20 miliar rupiah,
akan tetapi Lydia Wang sudah menghabiskannya.
Thomas Qin juga
tidak peduli akan hal tersebut. 200 juta rupiah itu hanya untuk bermain-main
saja.
Tristan Peng
mencibir, “aku akan mengikuti permainanmu.”
Thomas Qin melirik,
“aku akan bertaruh enam kuda sekaligus.”
Begitu selesai
berbicara, suasana di sana pun menjadi sangat hening.
“Bertaruh enam kuda
sekaligus? Sobat, kamu jangan gegabah.”
Taruhan ini sedikit
berbeda dengan tierce pada sebelumnya.
Taruhan ini harus
tepat pada keenam-enamnya baru dapat dikatakan sebagai pemenang.
Ingin memenangkan
satu babak saja sudah sangat sulit, bagaimana dengan enam babak?
Jadi ini merupakan
taruhan dengan level tertinggi. Sekali kalah kita harus membayar 125 kali lipat
dari harga awal.
Tristan Peng juga
tertegun begitu mendengar ucapan dia. Dia sudah bertahun-tahun bermain
perjudian seperti ini dan dia tidak pernah betemu dengan siapa pun yang berani
bertaruh enam sekaligus.
Karena tingkat
keberhasilannya sangat rendah dimana jika kita gagal satu babak saja maka lima
babak sisanya menjadi sia-sia.
Tristan Peng
mendengus, “karena sobat bersedia bermain ini, aku akan mengikutinya dan aku
juga akan bertaruh 200 juta rupiah.”
Entah seberapa
besar uang yang kamu gunakan dalam taruihan ini, hasilnya tidak akan dapat
diprediksi. Jadi Tristan Peng juga bertaruh 200 juta rupiah hanya untuk
bersaing dengan Thomas Qin di depan Melissa Zhu.
Bab 330
Jika dia
memenangkan lebih banyak dalam enam babak tersebut, maka dia dapat
menyelamatkan sedikit harga dirinya.
Lalu mereka berdua
pun pergi melihat kuda. Thomas Qin berjalan melewati satu per satu dengan
sangat cepat, dia pun hanya akan menyentuh kuda yang dia sukai dan dengan cepat
dia pun sudah selesai menulis enam angka.
Tristan Peng
mendengus. Gelagat Thomas Qin yang seperti itu sudah pasti dia hanya asal
menebak saja.
Dia ini sudah
menyelidiki dengan sangat rinci dan dia sudah sangat paham dengan informasi
setiap ekor kuda yang ada di sini. Bahkan kapan mereka lahir saja dia pun
mengetahuinya. Jadi pasti penilaian Tristan Peng akan lebih tepat.
Setelah Tristan
Peng selesai menulis nomor, pertandingan pun dimulai.
Pada babak pertama,
Thomas Qin dan Tristan Peng sama-sama menang.
Pada babak kedua,
Thomas Qin dan Tristan Peng sama-sama menang.
Pada babak ketiga,
Thomas Qin dan Tristan Peng sama-sama menang.
Setelah tiga babak
berlalu, orang-orang pun semakin yakin terhadap Tristan Peng.
Tuan Muda Peng
memang sangat hebat. Dia pasti sudah melalukan banyak cara di depannya dan
memang cukup hebat jika dapat memenangkan tiga babak di awal.
Sedangkan mengenai
kemenangkan Thomas Qin, tentu saja alasannya sangat mudah, yaitu pasti karena
dia mengikuti jawaban Tuan Muda Peng.
Babak keempat
menjadi babak yang penting karena Tristan Peng dan Thomas Qin memilih kuda yang
berbeda.
Tristan Peng
mendengus, “penilaianmu benar-benar sangat hebat ya, kamu memang sangat suka
memilih kuda yang payah.”
Thomas Qin hanya
tersenyum tipis tanpa mengeluarkan suara.
Informasi Tristan
Peng mengenai kuda pasti bersumber dari analisis pedagang kuda atau pakar di
majalah.
Bagaimana mungkin
tingkat ketepatan informasi ini bisa lebih baik daripada pengamatan dekat yang
dilakukan oleh Thomas Qin?
Memeriksa keadaan
makhluk hidup bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk hewan.
Pada babak keempat,
ekspresi wajah Tristan Peng berubah saat kuda yang dipilih oleh Thomas Qin tiba
terlebih dahulu pada garis akhir.
Yang lain pun juga
terdiam.
Sedangkan Melissa
Zhu terlihat sangat bersemangat, “Kak Thomas, kamu sudah memenangkan empat
babak!”
Karena Tristan Peng
kalah terlebih dahulu, sehingga tentu saja ekspresi wajahnya tidak terlihat
baik.
“Huh, ini baru
empat babak saja. Aku saja tidak yakin dengan dua babak selanjutnya. Selama dia
kalah dalam satu babak saja maka kemenangan yang dia raih di depannya itu akan
sia-sia.”
Orang-orang yang
mengelilingi mereka pun menggelengkan kepalanya yang menunjukkan penyesalan.
Jika Thomas Qin memang seyakin itu, seharusnya dia bertaruh pada satu kuda
saja, dengan begitu setelah memenangkan empat babak, dia pasti akan mendapatkan
banyak uang.
Akan tetapi pemuda
ini begitu serakah hingga berani-beraninya bertaruh enam babak sekaligus. Dia
pasti tidak mungkin menang.
Pada babak kelima,
semua orang pun menatap kuda yang dipilih oleh Thomas Qin dengan sangat lekat.
Meskipun mereka tidak ikut bertaruh akan tetapi mereka masih ingin melihat
hasil akhir yang didapatkan Thomas Qin.
Pada babak kelima,
Thomas Qin lagi-lagi menang!
Seketika ekspresi
semua orang pun berubah, dalam tatapan mereka dapat terlihat ekspresi terkejut
dan kagum.
Bahkan sudah lima
babak berturut-turut Thomas Qin menang. Tidak mungkin jika hanya mengandalkan
keberuntungan bukan? Bahkan jika kamu Tuan Muda Peng saja kamu juga tidak dapat
berhasil memenangkan lima babak.
Hingga babak
keenam, semua orang pun menjadi sangat gugup. Jika Thomas Qin menang, maka
Thomas Qin akan mendapatkan hadiah yang sangat besar!
Lydia Wang juga
ikut menjadi bersemangat. Semua orang menatap kuda hitam kurus itu dengan
sangat lekat.
Begitu terdengar
suara tembakan dan pagar dibuka, kuda hitam itu bagaikan peluru yang
ditembakkan keluar dan dia pun memimpin di baris terdepan.
Jelas-jelas dia
merupakan kuda terkecil dan terkurus akan tetapi dia dapat mengalahkan
lawannya.
Thomas Qin berhasil
memenangkan enam babak dan hadiah dia pun dikali 125 kali lipat dan dia
mendapatkan 25 miliar rupiah!
Bab 331 - Bab 340
Bab 311 - Bab 320
Bab Lengkap
No comments: