Bab 4
Minho dan Mila keluar dari ujung jalan dan tiba di sebuah
perkebunan. Minho memperhatikan sekeliling perkebunan, dan ternyata Minho
merasa pernah melewati tempat tersebut. Minho memperhatikan bahwa terdapat
sebuah jalan dari tanah, yang bisa di lalui oleh mobil. Mereka sendiri sudah
menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit untuk tiba di lokasi. Minho
memperhatikan bahwa lokasi yang mereka masuki merupakan lokasi perkebunan
kelapa sawit yang sudah tua. Banyak pohon kelapa sawit yang sudah mati, dimana
hanya tertinggal batangnya yang sudah menghitam. Mungkin bekas dari pembakaran.
Juga ilalang ilalang yang sudah tinggi. Menandakan tempat tersebut sangat tidak
terawatt. Mungkin itu yang menyebabkan kakak Mila menjadikan perkebunan ini
sebagai basis laboratorium. Pekebunan itu sendiri di kelilingi oleh pagar kawat
yang tidak tajam. Pintu masuknya terlihat di rantai dengan gembok yang banyak
dan besar besar, dan terdapat tulisan jelas di pagar yang bertujuan mungkin
mengusir orang – orang yang mau masuk ke dalam perkebunan.
“Awas, yang masuk ke dalam akan menjadi manusia percobaan…”
Minho tersenyum saat ini melihat tulisan itu. Dulu saat
Minho melihat tulisan tersebut ketika pernah melewati perkebunan itu, Minho
merasa yang punya perkebunan alay banget. Seperti tidak ada alasan lain apa,
masa memilih alasan bahwa yang masuk ke areal perkebunan akan menjadi manusia
percobaan. Eh, ternyata. Pemilik perkebunan berkata jujur. Mereka memiliki
laboratorium disana. Wajar saja akan selalu ada yang namanya percobaan. Tetapi
yang bohongnya, percobaan mereka tidak pernah melibatkan manusia maupun makhluk
hidup lainnya untuk subjek penelitian. Tapi untuk mengetes hasil penelitian,
mereka memang menggunakan manusia. Berarti tidak bohong juga ya… Ya sudah,
lupakan…
Minho dan Mila perlahan berjinjit menuju salah satu pagar
perkebunan yang sudah bolong. Mila kemudian menarik beberapa ilalang yang
menutupi pagar yang sudah bolong. Mila langsung berjongkok, dan merangkan
melewati pagar dan Minho mengikuti tepat di belakangnya. Minho terkejut melihat
pemandangan di depannya. Tau lah ya apa yang di alami Milo ketika ada seorang
cewek yang merangkak menggunakan kain sarung, eh… menggunakan celana training.
Seketika Minho merasa pemikirannya seperti melayang. Mungkin karena sudah lama
berlari, dan entah semacam grogi seperti itu lah, Minho merasakan ada serangan
jurus penghancur hidung yang muncul dari arah belakang Mila. Minho seketika
terkejut, mengatur kembali pernafasannya, dan mencoba berdiri. Sialnya, Minho
menyangkut di pagar, yang menyebabkan terjadinya benturan antara pagar dan
punggungnya. Refleks, Minho berusaha menghidar lagi dan terdorong ke arah
depan. Seketika menubruk belakang Mila dan jatuh terjerembab.
Mila yang terdorong juga, dengan sigap berdiri dan
membiarkan Minho tetap telungkup di tanah.
Kemudian terdengar suara pelan Mila meminta maaf.
“Mohon maafkan aku, Minho. Soalnya aku kehilangan kendali
atas kunci yang satu itu. Mungkin kuncinya hilang pas kita kejar – kejaran
tadi…” ucap Mila malu malu. Mila sungguh malu telah buang angin secara tidak
sengaja, tepat di hadapan muka Minho. Seketika dia merasa jatuh se jatuh
jatuhnya dalam perihal kesopanan di mata Minho. Mila seakan berubah dari wanita
cantik dsb, menjadi cantik tapi tak berperasaan. Karena perbuatannya yang bisa
menimbulkan trauma dan gangguan pernafasan.
Minho segera berdiri dan tersenyum cengengesan.
“Biasa aja, Mil. Hal biasa bagiku. Walaupun baru sekali ini
yang melakukan cewek cantik sepertimu…. Hihhi…” balas Minho sambil terus
cengengesan.
Mila menunduk malu.
Wajahnya mungkin memiliki stok blush on yang banyak dan
otomatis always bertambah.
Memang wajah Mila menjadi semerah orang yang habis
berlarian.
Emang iya donk, mereka kan memang habis berlari – lari.
Mila kemudian dengan cepat mengganti wajah blush on nya
menjadi wajah dingin kembali.
Mila segera berbalik, dan berjalan perlahan.
Minho mengikuti.
Tiba – tiba, Minho berkata kepada Mila.
“Mila, kenapa tadi tidak menjemputku naik mobil sih.
Setidaknya naik motor kan lebih keren…” ucap Minho sambil terus berjalan.
Mila terdiam. Memang ada niatnya untuk mengendarai motor
saat menjemput Minho. Tapi membayangkan setelah di jemput, akan memeluk or
dipeluk saat berboncengan, membuat Mila mengurungkan niatnya.
“Saya tidak terbiasa naek motor di hutan” bohong Mila.
Sedangkan mobil saya sedang rusak.
“Oh, mobil mu rusak. Mobil yang mana? Merek Daihats* yang
kecil itu ya? Apa namanya?” ujar Minho setelah memikirkan sesuatu.
Mila berhenti berjalan.
Berputar menghadap Minho.
Koq tahu Minho, merek mobil Mila.
“Ayla maksudmu?” kata Mila.
“Benar…” jawab Minho cengengesan.
Mila berbalik lagi, tidak memikirkan ucapan Minho.
Kemudian Minho bertanya.
“Mila, apa bahasa inggrisnya memandang?” Tanya Minho lagi.
“Banyak… View mungkin maksudmu ya Minho…” jawab Mila tanpa
berbalik.
“Coba stop Mila. Hadap aku,” ucap Minho menyuruh Mila
berhenti.
Mila berhenti. Menghela nafas dan berbalik memandang Minho.
Bingung dalam hatinya, apalagi yang akan di buat ini anak.
“Sekarang Mila, mereka mobilmu dan bahasa inggris
pemandangan di gabung… apa bacaannya…” Tanya Minho sambil tersenyum. Minho
merasa Mila mungkin tidak menjawab pertanyaannya, karena hal itu Minho baca
dari sebuah meme di ponsel temannya. Anehnya, Mila malah memberikan respon.
“Ayla View…. Ada apa sih Minho?” seru Mila tidak sabaran.
Minho tiba – tiba merubah ekspresinya dari senyum menjadi serius, dan berkata.
“Ai lo vi yu tooo…” kata Minho sambil cengengesan. Dia tidak
menyangka bisa menggoda Mila dengan bermodal kata – kata dari sebuah meme.
“Hahh… “ Mila terbengong. Beberapa detik kemudian, Mila
langsung tersadar.
“Gak lucu….” Ucapnya sambil berbalik pergi. Mila menunjukkan
raut merajuk. Mila beranjak pergi dengan kecepatan sedikit di tambah pada
langkah kakiknya.
“Jangan marah lho Mila, bercanda lagi…” ucap Minho sambil
mengejar Mila. Minho terus terusan meminta maaf, tetapi Mila tetap saja
berjalan. Minho merasa Mila marah atas candaanya sebelumnya, tanpa dia sadari,
di sudut bibir Mila, muncul senyuman yang menandakan dia sedikit sedang atas
candaan Minho. Tetapi tidak dia tampilkan.
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah bangunan
kecil. Seperti sebuah toilet, yang memiliki dua pintu. Pintu sebelah kiri untuk
toilet laki – laki, dan pintu sebelah kanan untuk toilet wanita.
Kebetulan, karena tadi Minho capai berlari – lari, Minho
merasa juga hampir kehilangan kendali dalam pengeluaran cairan hasil eksresi.
Dengan segera, Minho menuju toilet pria di sebelah kiri. Minho setengah berlari
meninggalkan Mila.
Minho memasuki toilet.
Toilet itu berukuran sekitar 3 meter kali 2 meter = 6 meter
persegi. Berhitung pula.
Tetapi Minho melihat tidak adanya tanda tanda orang pernah
menggunakan toilet ini.
Selain air yang memang tidak ada, juga sangat – sangat tidak
layak untuk menjadi sebuah toilet untuk membuang sesuatu. Tidak bersih. Sampah
berserak dimana – mana. Tulisan – tulisan tidak pantas banyak di coret coret di
dinding. Pokoknya gak banget lah… Beda jauh sama toilet di podomawon mall…
Minho mencari – cari tombol untuk menghidupkan lampu, siapa
tahu toilet itu memiliki sedikit penerangan. Tenyata tombol yang dibutuhkan,
tidak menghasilkan hasil yang diharapkan. Di tekan, lampu tidak menyala. Yah
mungkin bola lampunya sudah putus, seperti harapan aku dan dia bersama. Siapa
ne yee… Lupakan…
Minho pun melupakan untuk kembali mencari tombol penerangan.
Dia menggunakan instingnya saja untuk mencari tempat dimana
seharusnya sampah dari tubuhnya itu di buang.
Tetapi, hal yang tidak diinginkan terjadi.
Sesaat sebelum Minho berhasil mengeluarkan senjata
terhebatnya dari sarangnya, Mila muncul di belakangnya…
Sepertinya pembaca pun sudah bisa menebak karena apa Mila
muncul di belakang Minho.
Tapi Minho tidak.
Syukur saja si senjata belum keluar.
“Hooooiii…. Braiii… why u here…” teriak Minho
No comments: