Bab 8
Kemudian, terdengar langkah – langkah kaki menuju ke dalam
ruangan. Terdengar juga suara tertawa berbeda. Berarti yang menyerang lebih
dari 1 orang.
“Lampu, mati….” teriak Minho.
Lampu kemudian padam. Minho segera menarik Mila, dan
meletakkan Mila di belakang tubuhnya.
Minho kemudian meletakkan jarinya ke bibir Mila memberi
isyarat untuk diam.
Mila terkejut atas perlakuan Minho barusan. Tanpa Minho
sadari, Minho lah pria pertama di dunia ini yang memegang bibir Mila walau
tidak disengaja. Untung lampu sudah padam, kalau tidak, mungkin entah sudah
semerah apa lagi wajah Mila saat itu.
Minho kemudian berbalik untuk melihat siapa tamu tidak di
undang tersebut. Sementara Mila berada di belakang Mila dan menatap punggung
Mila. Merasa ada niat membunuh dari arah belakang, Minho tidak berani untuk
berbalik menatap Mila. Karena dia baru sadar apa yang baru saja dia lakukan.
Dia telah menyentuh bibir Mila. Bibir yang sangat lembut. Minho tersadar.
‘Gila ini tangan… refleksnya kemajuan… sering sering aja lah
ya…’ batin Minho mengutuki perbuatannya. Mana tepat dikatakan Minho mengutuki
perbuatannya, toh dia sangat senang sekali saat ini.
Kembali ke para penyerang.
Mereka telah memasuki ruangan.
Mereka telah pulih dari terkejutnya karena tiba tiba lampu
padam. Mereka mendengar dengan jelas, Minho berkata menyuruh lampu untuk mati,
jadi mereka tahu sedang ada orang lain dalam ruangan itu. Mereka segera
mengambil posisi untuk bertarung. Mereka terlihat mengeluarkan dua buah alat
seperti pentungan polisi untuk mengahalau huru hara. Minho melihat hal tersebut
dengan ekspresi jelek. Memiliki lawan dua orang, yang bersenjata pula. Pasti
pertarungan yang tidak seimbang.
Untung saja lampu telah padam.
Dengan keahlian Minho, dia kemudian bergerak perlahan,
setelah memberi isyarat kepada Mila untuk tetap diam. Minho bergerak tanpa
suara menuju orang terdekat. Orang tersebut tetap celingak celinguk mencari
yang mau di carinya, sementara temannya tetap di belakang.
Minho bergerak ke samping pemuda tersebut secara perlahan.
Walaupun bergerak perlahan, tetap saja bayangan Minho tidak terlihat kedua
orang tersebut. Ya iya lah thor, namanya gelap lampu padam… apaan sih thor…
lupakan
Minho sudah tiba di samping kanan orang yang berada paling
depan. Mengandalkan kekuatan sabuk hitamnya, Minho berencana menyerang orang
pertama sekuat tenaga, agar orang tersebut bisa tidur dalam damai. Minho
mengambil ancang ancang, sebelum melancarkan serangannya.
Mila melihat dalam gelap. Tetapi memang sangat gelap disana.
Selain hari yang memang sudah malam, dan mereka berada di ruangan terpencil di
dalam perkebunan, membuat gelapnya semakin nyata.
Mila tanpa sadar berkata.
“Lampu, hidup”
Tiba tiba lampu menyala kembali. Minho dan kedua orang
tersebut terkejut. Mila pun terkejut karena sadar akan kecerobohannya. Minho
juga terkejut melihat perilaku Mila. Orang seperti apa yang membuka rahasia
mereka secara tiba tiba. Tapi untungnya, Minho sudah lama bersiap – siap.
Orang yang berdiri di depan pun terkejut, karena melihat
Minho sudah mengambil langkah untuk meninjunya. Orang itu segera bereaksi. Dia
mengarahkan pentungan huru hara nya ke arah perut Minho. Tetapi dia cukup
terlambat. Sebelum pukulan pentungan menghantam perut Minho, tinju Minho
terlebih dahulu menyentuh kepala samping orang tersebut. Minho memukul dengan
sekuat tenaga, sehingga memberikan efek yang instan.
Orang tersebut seketika seperti pingsan. Tubuhnya jatuh ke
sebelah kiri.
Pentungan yang di pegangnya jatuh ke tanah menimbulkan
suara.
Minho segera memungut pentungan tersebut dan bergerak menjauhi
orang kedua.
Ini baru pertarungan yang adil.
One by One.
Satu lawan satu.
Sebelum melanjutkan pertarungan, Minho memperhatikan kedua
orang yang menyerang mereka. Ternyata yang menyerang adalah kedua orang yang
menjumpai Minho terakhir kali. Yang berpakaian polisi dan yang berpakaian
loreng. Yang pingsan adalah yang menggunakan pakaian loreng.
Minho kemudian membuka percakapan untuk mengetahui kejelasan
kejadian hari ini. Karena akan repot sekali jika harus berurusan dengan para
aparat.
“Mohon maaf sebelumnya. Apakah ada sesuatu yang kalian
inginkan dari saya?” Tanya Minho.
“Kenapa dari tadi, kalian mengejar saya?” lanjut Minho
bertanya kepada pria berpakaian polisi di depannya. Mereka berdua sama sekali
tidak menurunkan kewaspadaan mereka.
“Memang kami memiliki kepentingan terhadap dirimu.” Jawab
Pria tersebut.
“Kami ingin mengambil kalung yang ada bersamamu…” lanjut
Pria tersebut. Minho mengerti bahwa dugaan dia sebelumnya benar. Semua yang
memburunya, mengejar kalung itu. Berarti mereka memiliki peralatan yang sama
dengan yang dimiliki oleh Mila, yaitu menggunakan informasi dari kalung untuk
mengetahui petunjuk selanjutnya menuju harta karun terbesar.
“Apakah kalian bekerja dengan pemerintah?” Tanya Minho
sekali lagi.
“Iya…” jawab Pria itu singkat.
“Kenapa pemerintah memerlukan harta itu? Bukankah pemerintah
memiliki harta yang banyak sehingga bisa membentuk suatu Negara?” Tanya Minho
lagi. Minho sekedar mengucapkan apa yang ada di pikirannya. Seingat dirinya
waktu di sekolah belajar materi geografi, entah dia benar atau salah ingat,
bahwa syarat – syarat menjadi sebuah Negara harus memiliki sumber daya yang
melimpah, sehingga akan menjamin jika Negara itu akan bangkrut. Sekali lagi
entah benar atau salah, karena Minho tidak suka belajar hafalan.
“Hal itu tidak perlu kamu ketahui untuk apa,” jawab pria
itu. Sebuah senyuman tipis muncul di sudut bibirnya.
“Nah, karena dirimu sudah tahu kami bekerja untuk siapa,
lebih baik, serahkan kalung itu kepada saya, ikat dirimu dan gadis itu di
kursi, dan kami akan membebaskan dirimu dan gadis itu…” lanjut Pria tersebut
sambil tertawa. Dia meremehkan Minho setelah mengetahui bahwa Minho akan takut
karena dia bekerja di bawah pemerintah. Yang sedikit dia tahu, bahwa Minho
tidak takut dengan pemerintah, cuma akan merasa repot saja kalau harus
berurusan dengan suatu Negara. Tingkat kesulitan pasti lebih susah ketimbang
berurusan dengan beberapa organisasi. Begitu lah yang pernah di tonton nya
dalam sebuah drama korea.
Minho segera memasukkan tangannya ke saku celananya, tempat
dirinya meletakkan kalung gading hitam. Minho mengeluarkan kalung tersebut dari
sakunya, dan memandangnya sekitar.
Minho memikirkan hal hal yang sudah terjadi sebelumnya.
Berapa banyak hal yang sudah di alami karena kalung gading hitam tersebut, dan
akhirnya dia akan terbebas dari pengejaran orang lain.
Minho hampir saja memberikan kalung gading hitam tersebut
kepada sang Pria, sebelum mendengar Mila berteriak.
“Minho, jangan berikan kalung itu….” teriak Mila.
Minho kembali menarik tangannya yang sudah terulur ke pria
tersebut. Dia memandang Mila. Membutuhkan jawaban. Kenapa kalung gading hitam
tidak boleh diberikan kepada orang lain, sementara mereka sudah mengetahui isi
dari kalung tersebut. Sebelum Minho berbicara, pria itu sudah mendahului Minho
untuk bertanya.
“Kalian… kalian sudah mengetahui rahasia dari kalung gading
hitam tersebut?” Tanya sang Pria terkejut.
Versi Video, klik DISINI
No comments: