Bab 9
Dia menyadari bahwa Minho dan Mila pasti sudah mengetahui
akan kegunaan kalung gading hitam tersebut, sehingga Mila melarang Minho
memberikan kalung gading hitam kepadanya.
Minho hampir saja berkata, tetapi di dahului kembali oleh
Mila.
“Rahasia apa? Kami tidak tahu apa apa tentang kalung itu?”
jawab Mila. “Yang aku tahu, itu kenang kenangan dari almarhum kakak ku.’ lanjut
Mila kepada pria tersebut.
Pria itu tersenyum mengejek.
“Mau membodohiku?” ujar Pria tersebut.
“Maaf saja lah ya, aku tahu dari gelagat dirimu, bahwa
kalian sudah mengetahui rahasia kalung gading hitam…” lanjut Pria tersebut.
“Kalau begitu, aku tidak perlu membiarkan kalian pergi. Aku
akan menangkap kalian, dan menyiksa kalian, untuk mengatakan rahasia apa yang
ada dalam kalung gading hitam ini?” senyum jahat muncul di bibir pria tersebut.
Dia memang tidak tahu rahasia apa yang terkandung dalam kalung gading hitam.
Dia merupakan petugas polisi yang biasanya berurusan dengan para preman pasar,
sehingga dia sendiri terbiasa untuk bertarung. Dia tiba tiba saja mendapat
instruksi untuk menemani pria pingsan yang berasal dari tentara, untuk
menangkap seorang pemuda, dan mengambil kalung yang digunakan. Pimpinan
menyatakan dia tidak perlu tahu untuk apa kalung tersebut, tetapi pria yang
pingsan itu, membocorkan sedikit rahasia saat dia mabuk, yang mengatakan bahwa
kalung gading hitam memiliki rahasia sebagai jalan untuk menuju harta karun
terbesar di dunia.
Pria tersebut masih tetap tersenyum, sambil mengarahkan
pentungan huru haranya ke wajah Minho.
“Serahkan benda itu, dan aku hanya akan mematahkan keempat
anggota badan kalian, dan akan membiarkan kalian hidup, selagi kalian berjanji
membawa sampai mati rahasia kalung gading hitam,” ujar Pria tersebut tersenyum
sambil memandang rendah kedua orang di depannya. Wajar saja dia bersikap
seperti itu. Dia selain sering berurusan dengan para preman untuk melatih
keterampilan tempurnya, dia juga merupakan instruktur bela diri dalam jajaran
kepolisian. Dia memandang Minho dan Mila sebagai sosok yang bisa di kalahkan
kapan pun dia mau.
Mila bergidik mendengar ancaman dari pria tersebut.
Bagaimana dia masih bisa hidup normal, jika keempat anggota badannya di
patahkan, jangankan berjalan normal, makan normal pun pasti susah. Apalagi
kalau Minho mengalami hal yang sama. Manalah bisa kami nanti makan romantis,
dibawah cahaya lilin, berdua, saling menyuap makan, dan ujung ujungnya berciuman.
Mana mungkin bisa makan kalau tangan patah, dan sakit lah pinggang kami kalau
duduk di kursi roda, lalu memaksa bibir kami berdekatan…
Hiii…. Tubuh Mila bergidik.
‘Amit – amit…’ batinnya.
Mila terlalu banyak memikirkan hal yang tidak perlu. Kalau
kita terus membahas apa yang ada di pikiran Mila, tak jadi – jadi Minho
bertarung dengan Pria tersebut.
Kembali ke arena pertarungan.
Mila hampir saja mengeluarkan ponselnya, saat melihat pose
Pria tersebut, menunjuka Minho dengan pentungan huru hara. Seperti adegan yang
ada di film High and Low. Minho berdiri diam dengan tetap memegang pentungan
huru hara. Ingin dia buat story di ig nya, dengan caption… ‘Seru coy…
pertandingan hidup mati abad ini….’ . Tapi keinginan itu dia abaikan, karena
kalau Minho kalah, berarti dia akan mati.
‘Hiksss…’ kembali Mila bersedih dalam hati.
Kembali lagi ke arena pertarungan. Sudah ya Mila, gak usah
pikir apa – apa lagi. Karena author bisa membaca pikiranmu, jadi nanti
ceritanya tentang masalahmu aja.
Minho berdiri memandang pria tersebut. Minho bisa merasakan
aura petarung dari pria tersebut. Minho merasa kali ini dia menghadapi lawan
yang sulit. Minho kemudian mengangkat pentungan huru hara di tangannya, dan
mengarahkannya juga ke pria tersebut.
Pria tersebut tertegun melihat sikap Minho yang berbuat
serupa dengan dirinya, sebelum berkata:
“Oh… jadi berniat untuk melawan… Bagus, bagus, kita lihat
seberapa mampukan dirimu menahan semua pukulanku,” ucap pria tersebut sambil
tertawa mengejek. Dia pikir sebelumnya, Minho akan segera menyerah. Ternyata
yang terjadi di luar harapannya. Minho memilih melawan.
Minho tidak berniat menjadi orang lumpuh di sisa hidupnya,
makanya dia memilih untuk mengambil resiko, dan berharap memiliki keberuntungan
untuk mengalahkan pria di depannya.
Segera pria tersebut melompat menuju Minho sambil
mengarahkan pentungan di tangannya ke kepala Minho. Dia sepertinya ingin
menghabiskan Minho dalam satu serangan. Minho mundur selangkah dan bersiap menyambut
pukulan pria tersebut. Seperti dugaan Minho, pria tersebut sepertinya memang
ahli dalam pertarungan tangan kosong. Terbukti gerakan pria tersebut barusan,
membuat Minho merasa diberikan tekanan yang berat. Menghindar kemungkinan
kecil, dan bisa berakibat counter attack yang lebih berbahaya, tetapi kalau
menghadapi secara langsung, mungkin memiliki tingkat keberhasilan yang lebih
baik. Minho segera mengarahkan pentungan huru hara di tangganya melintang
melindungi kepalanya. Kedua tangan Minho berpegangan kuat – kuat pada ujung
ujung pentungan huru hara, dan mengarahkan sisi pentugan yang kosong untuk
menyambut pukulan dari pentungan pria tersebut.
“Tengggg….” (gak tau bunyinya sepeerti apa) akhirnya
terdengar suara keras menandakan kedua pentungan yang sudah lama terpisahkan
ruang dan waktu, bersatu kembali. Minho merasakan tekanan yang kuat dari
pukulan pria tersebut. Hampir saja tangan dan kakinya goyah karena tekanan dari
atas oleh pria itu. Tetapi, Minho harus bertahan, kalau tidak, maka kepalanya
mungkin tidak kuat menahan benturan pukulan dari pentungan pria tersebut.
Minho merasa kesulitan. Seperti pikirannya sebelumnya.
‘Pria itu kuat…’
Minho sekuat tenaga menyalurkan energi ke tangan Minho dalam
rangka mengurangi efek dari pukulan pria itu. Minho kemudian mendapatkan momen
sejenak, yang membuat Minho bisa mengarahkan pentungan huru haranya ke atas,
dan mundur secara cepat ke belakang.
“Hmmm…. Kaut juga dirimu.” puji Pria itu.
“Baru kali ini, ada yang bisa menahan pukulan ku yang sekuat
itu.” lanjut Pria itu.
“Minho ya namamu. AKu cukup tertarik dengan mu. Aku rubah
perkataanku. Bagaimana jika dirimu menjadi anak buahku? Bersama kita mencari
harta terbesar itu…” ujar Pria tersebut sambil tersenyum. Hanya dengan bertukar
satu pukulan, Pria itu merasa Minho sangat berbakat di usia semuda itu. Karena
memang jarang yang bisa menahan pukulan pria tersebut di pukulan pertama. Pria
itu hampir memiliki julukan seperti One Punch Man.
Minho memikirkan tawaran pria itu.
Memiliki satu teman tambahan, lebih baik dari pada memiliki
banyak musuh.
Tetapi menjadi anak buah?
Berarti bawahan donk.
Minho mana sudi tunduk dengan orang. Dia memiliki keinginan
untuk bebas tanpa terkekang suatu apapun. Makanya Minho memilih tidak untuk
berpacaran. Minho kan memiliki wajah yang tampan, dan juga terkenal kuat di
kalangan teman – temannya. Wajar banyak teman wanita di sekolahnya yang
tertarik kepadanya, dan ingin Minho menjadi pacar mereka. Tetapi Minho tidak
mau terikat, selain tidak ada yang bisa menarik perhatiannya. Kecuali Mila.
Versi Video, klik DISINI
No comments: