Bantu admin ya:
1. Share ke MedSos
2. Donasi ke Dana/OVO ~ 089653864821
Bab 831 – Skripsi
Thomas bergerak dengan pelan dan langsung membuat
Jessy terjatuh.
Jessy merasa begitu tidak berdaya dan hanya
berpura-pura sedih sambil meraih lengan Thomas dan mulai bersikap centil.
“Kakak ipar, kamu tidak boleh bersikap seperti itu
padaku! Apakah kamu tahu, aku adalah seorang perawat yang sangat hebat. Jika
skripsiku ini tidaklah lolos, maka dunia ini akan kehilangan seorang perawat
yang hebat!”
Thomas lalu berkata: “Kamu juga kuliah di bidang
medis?”
Jessy berkata: “Benar, aku dan kakakku mengambil
bidang yang sama. Kakakku mengambil jurusan kedokteran dan aku mengambil
jurusan keperawatan. Kami sangatlah cocok jika digabungkan. Menurut kamu,
apakah aku terlihat seperti seorang perawat?”
Setelah mengatakan itu, Jessy pun memasang pose.
Thomas tersenyum, “Jika pasien ditangani oleh perawat
seperti kamu, mungkin pasien itu tidak akan sembuh dalam waktu 3 tahun.”
“……”
Jessy melototinya dan kembali berkata dengan centil,
“Kakak ipar, aku mohon padamu, bantulah aku untuk membicarakan hal ini kepada
dosenku. Kamu juga merupakan seorang dokter dan tentunya kalian pastilah
memiliki topik pembahasan yang serupa.”
Thomas terlihat sedikit ragu dan dia tidak bisa
menolaknya.
“Baiklah, berilah skripsimu kepadaku, aku akan
melihatnya!”
Jessy mengeluarkan sejumlah berkas dari dalam tasnya
dan itu semua merupakan berkas skripsinya.
Isi dari skripsi adalah tentang pentingnya seorang
perawat dan juga tanggung jawabnya.
“Apa masalah dari skripsi ini?”
Secara akademis, ini merupakan sebuah skripsi yang
sangat baik. Jessy telah memperdalam betapa pentingnya seorang perawat dan juga
ia telah menganalisis pekerjaan serta tanggung jawab dari seorang perawat.
Skripsi ini tidaklah ada masalah bagi Thomas.
Jessy memasang wajah yang cemberut, “Dosen
pembimbingku berkata kedudukan dokter haruslah diduluankan. Perawat hanyalah
seorang pembantu dan dia berkata kalau penggunaan kata di dalam skripsi ku ini
terlalu berlebihan.”
Thomas mengerutkan keningnya dan dia tidak menyangka
masih ada orang seperti itu.
“Baiklah, aku akan ikut pergi bersamamu.”
Mungkin Thomas tidak bisa membantunya di bidang lain,
namun di bidang medis ini, Thomas masih memiliki hak untuk berbicara.
Setelah itu, mereka berdua pun tiba di universitas dan
langsung pergi ke ruang kantor.
“Bu, orang tuaku sudah datang.”
Di depan mereka terlihat seorang dosen wanita yang
berkacamata. Wanita ini terlihat berumur sekitar 30 tahun-an dan dia merupakan
dosen pembimbing dari Jessy.
Setelah mendengar suara itu, dosen pembimbing itu pun
menolehkan kepala sambil mengerutkan keningnya.
“Jessy, kamu tidak sedang bercanda kan? Orang tuamu
masih muda seperti ini?”
Jessy berkata, “Tentu saja tidak, dia adalah kakak
iparku dan termasuk sebagai orang tuaku kan?”
“Ini…”
Dosen pembimbing itu sedikit kehabisan kata-kata. Dia
sangat jelas akan sikap Jessy dan sangat ingin mengizinkan dirinya untuk segera
tamat dari sekolah ini. Namun dia tidak bisa melakukan hal itu karena kepala
universitas itu tidak menerima skripsi milik Jessy ini. Dia meminta Jessy untuk
mengganti kembali isi skripsinya agar bisa tamat.
Dosen pembimbing itu pun berkata, “Pak, tujuan kami
mencarimu adalah untuk menjelaskan kondisi skripsi milik Jessy ini. Terdapat
sedikit masalah yang harus membuatnya menulis ulang skripsinya ini. Namun Jessy
tidak ingin mengikuti arahan dari kami. Oleh karena itu, kami berharap pihak
keluarga bisa membantunya.”
Thomas meraih skripsi tersebut dan berkata dengan
snagat sopan: “Bu, aku tidak menemukan sedikit masalah pun di dalam skripsi
ini. Tidak ada masalah bagi seorang mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya di
dalam skripsi kan?”
Dosen pembimbing itu mengerutkan keningnya: “Namun
kepala universitas ini tidak beranggapan seperti itu.”
Thomas tersenyum dan berkata: “Kalau begitu, seperti
apa tanggapannya? Kamu boleh menyuruhnya untuk menuliskan pendapatnya di dalam
skripsi ini. Menurutmu?”
Ekspresi wajah dosen pembimbing itu berubah drastis
dan ia segera berkata: “Tuan Qin, kamu tidak bisa berkata seperti itu! Kepala
universitas kami ingin memberikan teladan yang baik bagi orang lain dan kami
harus mengajari siswa kami tentang ilmu medis yang benar.”
Thomas tersenyum dingin: “Ilmu medis yang benar? Ilmu
tabib sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan masih belum mencapai tahap
yang pasti hingga sekarang. Di zaman sekarang ini juga tidak ada yang berani
berkata kalau ilmu medis ini sudah pasti benar. Kepala universitas kalian
begitu percaya diri?”
Setelah mengatakan itu, Thomas pun melototkan matanya
dan beranjak berdiri.
Perkataan seperti apa ini! Bagaimana boleh dia
mengatakan ini di sini, Ini akan sangat berbahaya jika di dengar oleh kepala
universitas.
Kepala universitas memiliki emosi yang tinggi dan
memiliki sikap yang teliti di bidang medis ini. Jika ada yang berani
mencurigainya dan diketahui olehnya, maka dia akan datang untuk berdebat dengan
orang itu.
Setelah Thomas mengatakan perkataan itu, terlihat
bayangan tubuh seorang pria di dekat pintu.
Ekspresi dosen pembimbing itu berubah drastis, “Senior
Meng, kenapa kamu berada di sini?”
Hal yang ia khawatirkan itu pun terjadi. Dia baru saja
merasa khawatir kalau senior Meng mendengar semua perkataan Thomas ini. Namun
seperti dugaannya, senior Meng telah datang dan mendengar semua ini.
Setelah melihat keberadaan Thomas, senior Meng pun
berjalan masuk dengan ekspresi murung.
“Aku mendengar kalau kamu memiliki kritik tentang cara
mengajarku?”
Setelah senior Meng berjalan masuk, Jessy yang
biasanya tidak takut kepada siapapun itu pun berjalan mundur beberapa langkah
dan memasang ekspresi wajah yang penuh hormat.
Senior Meng merupakan dosen yang terkenal di seluruh
dunia. Bahkan dia memiliki kedudukan yang lumayan tinggi di dunia tabib.
Semua dosen dan juga mahasiswa sangatlah takut
kepadanya dan juga begitu menghargai setiap ilmu yang diajarkan olehnya.
Hanya Jessy yang berani menulis skripsinya ini tidak
sesuai dengan ajaran senior Meng, dia lalu dimarahi olehnya dan langsung
memanggil orang tuanya untuk datang ke sini.
Thomas tersenyum, “Aku tidak masalah dengan cara
pengajaranmu, aku hanya meragukan keterampilan medismu.”
Brak!!
Perkataan Thomas membuat berkas yang ada di tangan
dosen pembimbing itu terjatuh.
Ruangan itu terasa begitu hening dan hanya terdengar
suara detik jam dan bahkan terdengar suara nafas mereka.
Jessy juga tidak menyangka kalau kakak iparnya bisa
bersikap sadis seperti ini? Dia bahkan meragukan keterampilan medis senior
Meng?
Dosen pembimbing itu juga merasa begitu terkejut, dia
terus memberi kode kepada Thomas, namun Thomas tidaklah menghiraukannya.
Sang dosen kembali memberi kode kepada Jessy, namun
Jessy berpura-pura tidak melihatnya.
Dia dengan susah payah meminta kakak iparnya untuk
datang dan tentunya dia tidak akan menyerah secepat ini. Dia akan membiarkan
kakak iparnya untuk membalas semua penderitaan yang ia alami selama ini.
Meskipun keterampilan medisnya tidaklah sehebat senior
Meng, namun dia juga merasa puas ketika melihat senior Meng marah!
Ekspresi wajah senior Meng terlihat begitu beragam.
Berawal dari terbengong, terkejut, marah dan juga sadis.
Senior Meng sudah terkenal selama beberapa tahun dan
ini merupakan kali pertama dirinya diragukan.
“Bagus, sangat bagus! Kebetulan aku akan menghadiri
sebuah rapat sekarang, bagaimana kalau kamu menjelaskan pendapatmu di depan
semua orang?”
Senior Meng juga merasa sangat lucu akan hal ini.
Sejak kapan seorang bocah berani meragukan kemampuannya?”
Kebetulan hari ini diadakan rapat yang akan dihadiri
oleh beberapa ahli. Senior Meng ingin mendengar alasan kenapa bocah ini
meragukan keterampilan medisnya!
No comments: