Bantu admin ya:
1. Share ke MedSos
2. Donasi ke Dana/OVO ~ 089653864821
Sementara itu Philip
melanjutkan kegiatannya bersama anak-anak itu.
Philip terus mengamati
progres latihan anak-anak ini. Dia merasa cukup puas. Dengan kerja kerasnya,
termasuk kedermawanannya untuk memberi berbagai ramuan berkualitas kepada
anak-anak ini, peningkatan yang ditunjukkan oleh mereka cukup pesat.
Keterampilan seni bela
diri anak-anak ini sudah sebanding dengan para murid dewasa yang ada di
akademi.
Philip yakin tidak lama
lagi mereka akan bisa berdiri sendiri dan berlatih sendiri.
Anak-anak ini juga
anak-anak yang berhati baik, mereka tahu bagaimana membalas kebaikan orang
lain.
Jika bukan karena
bantuan Philip, mereka masih berada di panti asuhan sebagai anak-anak yang
lemah dan tak berdaya.
Meskipun mereka masih
sangat muda, tetapi mereka tahu bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan
untuk berlatih kultivasi.
Anak-anak ini
memperlakukan Philip dengan sangat hormat, bahkan mereka telah menganggap
Philip sebagai ayah mereka.
Ketika Philip sedang
sibuk mengajari anak-anak ini beberapa jurus, tiba-tiba seorang anak laki-laki
berjalan mendekat ke arahnya dengan malu-malu.
Bocah laki-laki itu
berjalan perlahan sambil sesekali melirik Philip dengan malu-malu.
Philip mengusap kepala
anak itu dengan rasa ingin tahu, bertanya-tanya apa yang ingin dikatakan anak
ini.
“Haonan, apakah kamu
ingin mengatakan sesuatu kepadaku?”
Philip bertanya
kepadanya sambil menatap dengan lembut.
Sejak masih bujangan
hingga sekarang, Philip memang sangat menyukai anak-anak.
Bocah laki-laki bernama
Haonan tidak bisa menahan groginya setelah mendengar kata-kata Philip.
Dia mengumpulkan
keberanian untuk bertanya pada Philip dengan suara rendah.
"Bolehkah kami
memanggilmu Ayah!"
Setelah mengatakan ini,
dia mencubit ujung bajunya, merasa sangat gugup.
Anak-anak yang lain juga
memandang Philip dengan penuh harap, mereka semua berharap Philip menyetujui
permintaan anak itu.
Yeny dan yang lainnya
sudah tahu apa yang dipikirkan anak-anak ini. Anak-anak ini sangat ingin
memiliki keluarga.
Sekarang mereka diadopsi
oleh Philip, dan dia mengajari mereka membaca, menulis, dan berlatih seni bela
diri, yang tidak berbeda dengan menjadi seorang ayah.
Melihat mata penuh harap
dari anak-anak ini, Philip mengangguk.
Dia benar-benar sangat
menyukai anak-anak.
Philip sangat suka anak
yang memiliki hati nurani dan memiliki mental pejuang.
“Kalian harus berlatih
kultivasi dengan baik, agar kalian bisa melindungi tanah air, tidak hanya
orang-orang terdekatmu!"
Kata-kata Philip membuat
anak-anak itu merasa diberi semangat baru.
Dalam sekejap mereka
sudah sibuk berlatih lagi, sementara itu Philip dan yang lainnya menonton
dengan puas.
"Haonan, aku akan
segera melampaui keterampilanmu!"
"Melly, sama sekali
tidak mungkin kamu bisa lebih unggul dariku, karena aku akan terus meningkatkan
keterampilanku!"
"Fatty! Lihatlah!
Kekuatanku tidak lebih buruk darimu!"
Kata-kata lugu dan manis
anak-anak itu terus menggema, membuat semua orang tersenyum.
Mereka tahu bahwa
pengorbanan waktu mereka selama ini tidak sia-sia.
Saat semua orang sedang
bersenang-senang, Shi Zhentian bergegas masuk dengan panik.
Shi Zhentian masih belum
bisa beradaptasi dengan etika manusia. Sebenarnya dia sudah mulai terbiasa,
tetapi tetap saja lebih sering lupa.
Tanpa basa-basi dia
langsung menarik Philip ke samping.
"Aku mendapatkan
beberapa petunjuk tentang kejadian hilangnya murid-murid akhir-akhir ini."
Shi Zhentian langsung
berbicara to the point begitu dia membuka mulutnya.
Philip tertegun. Di luar
dugaannya, Shi Zhentian bisa mendapatkan petunjuk begitu cepat.
"Apakah kamu masih
ingat pria yang bernama Unsolved Leopard?”
Shi Zhentian bertanya
dengan serius, membantu Philip mengingat pria tersebut.
Nama Unsolved Leopard
memang agak familiar bagi Philip.
Tapi saat ini dia
benar-benar tidak bisa mengingat siapa orang itu.
No comments: