Bantu admin ya:
1. Share ke MedSos
2. Baca dengan Tab Samaran ~ Incognito Tab
3. Donasi ke Dana/OVO ~ 089653864821
Bab 941 – Sepuluh Juta
Setelah mengatakan ini, Bruce Cai langsung pergi
mengikuti ambulans.
Tersisa Irwanto Jiang berdiri di sana dengan ekspresi
yang canggung.
Baru saja membual tentang betapa hebat gurunya, dan
secara tidak langsung membual tentang keterampilan medisnya sendiri.
Akhirnya, saat mendiagnosis, saat itu juga mukanya
seolah tertampar oleh bualannya, hanya kasus mati rasa di kaki saja, ia bisa
mendiagnosisnya sebagai penyumbatan urat otot kaki.
Sekarang, setelah gurunya datang, lalu apa?
Gurunya datang dengan memberi salam dan hormat ke
Thomas Qin, di setiap perkataannya ia memanggilnya guru besar, ia sampai-sampai
juga membungkuk memberi hormat pada Thomas Qin.
Saat berbicara, mereka juga saling menyapa seolah
mereka satu tingkatan, kalau menurut senioritasnya Irwanto Jiang harus
memanggil Thomas Qin: tuan guru.
Irwanto Jiang tampak malu, tetapi segera kembali ke
restoran, dan kembali tenang.
Lagian dia tidak datang untuk membandingkan
keterampilan medis, dia datang untuk merebut wanita dari Thomas Qin.
Memang, dia mengaku malu barusan, dan keterampilan
medisnya tidak sebaik Thomas Qin, lalu kenapa? Keterampilan medis tidak bisa
menjelaskan semuanya.
Setelah duduk, hening sesaat, dan suasana menjadi
sedikit canggung.
Akhirnya, Irwanto Jiang berkata, “Kamu yang marga Qin.
Apa yang terjadi barusan hanya membuktikan bahwa keterampilan medismu sedikit
lebih baik dariku, tetapi itu tidak berarti kamu layak mendapatkan Thalia.”
“Aku kasih sepuluh juta, tinggalkan Thalia.”
Setelah berbicara, Irwanto Jiang mengeluarkan sebuah
kartu dan melemparkannya ke depan Thomas Qin.
Meskipun Kendri Liu dikejutkan oleh keterampilan medis
Thomas Qin barusan, dia masih berpihak pada Irwanto Jiang, bagaimanapun juga
Irwanto Jiang telah memberinya banyak uang.
Kendri Liu berkata, “Kamu yang marga Qin. Jangan
mengira kamu bisa mendapatkan uang banyak jika kamu bersama Thalia. Biarpun
Thalia adalah orang terkaya di negara ini, tapi tidak sepeserpun ada
hubungannya denganmu.”
“Keluarga kaya seperti keluarga Thalia memiliki
batasan tertentu pada aset mereka. Ini bukan berarti setelah kamu bersamanya,
kamu bisa mendapatkan uang yang banyak itu.”
“Apalagi Thalia ini orang terkaya di China, kamu tidak
berpikir akan menjadi orang kaya juga jika kamu jadian dengan orang terkaya di
China kan?”
“Dengan uang ini, kamu bisa segera menjadi jutawan,
dan kamu bisa hidup dan makan di sisa hidupmu. Aku harap kamu bisa membuat
pilihan yang jelas.”
Tentu saja Kendri Liu membantu Irwanto Jiang
berbicara, dan dia tidak berbicara omong kosong.
Orang seperti Thalia Liu perlu berhati-hati saat
memilih pasangan.
Bahkan jika akan menikah nanti, mereka harus mengurus
laporan aset kekayaan sebelum menikah. Meskipun ini akan melukai perasaan, tapi
apa boleh buat. Orang kaya tetaplah orang kaya, tidak peduli apakah dinikahi
ataupun menikahi orang kaya.
Irwanto Jiang mencibir, menunjuk ke kartu di atas meja
dan berkata dengan sinis.
“Sepuluh juta, ambillah, dan tinggalkan Thalia.”
Thalia Liu tidak berbicara, tapi melipat tangannya dan
berdiri di sebelah seperti sedang melihat sebuah drama.
Membandingkan kekayaan dengan Thomas Qin?
Thalia Liu belum tentu sebanding!
Thomas Qin mencibir, “Sepuluh juta? Kamu hanya punya
ini?” Setelah itu, Thomas Qin mengambil cek dan melemparkannya.”
“Seratus juta, keluar!”
Irwanto Jiang mengerutkan kening, menatap cek di atas
meja, dan tersenyum sinis.
“Benar-benar bisa berpura-pura. Kemana-mana bawa cek
kosong, Siapa takut? Aku beri satu miliar, apakah kamu percaya?”
Thomas Qin tersenyum, “Satu miliar ada, tetapi kamu
tidak pantas mendapatkannya.”
“Hahaha!”
Irwanto Jiang tertawa, dan Kendri Liu di sebelahnya
juga menunjukkan ekspresi seolah bercanda.
“Benar-benar menantang, satu miliar, pernahkah kamu
melihat satu miliar? Tahukah kamu berapa satu miliar itu?”
Irwanto Jiang mencibir, “Kendri, jangan berkata
seperti itu, aku pikir Tuan Qin ini akan melempariku dengan uang, bukan? Ayo,
pakai uang itu untuk menimpaku, aku ingin melihat apakah kamu bisa
menenggelamku dengan uang itu!”
Thomas Qin terdiam sesaat, lalu tersenyum.
“Karena kamu punya permintaan seperti itu, maka akan
aku kabulkan.”
Setelah berbicara, Thomas Qin mengambil ponsel dan
menelepon Samuel Duan.
“Tuan Qin, ini Samuel Duan.”
“Tarik uang tunai dari rekeningku.” Samuel Duan
memiliki rekening Thomas Qin, dan dengan kuasa dari Thomas Qin, dia dapat
menarik uangnya dari bank.
Samuel Duan terkejut, “Tidak masalah, mau berapa?”
Thomas Qin berkata, “Cari sebuah truk, muatkan sampai
penuh.”
“…….Baik.”
Samuel Duan tidak tahu apa yang akan dilakukan Tuan
Qin, tapi bagaimanapun juga dia harus melakukan sesuai perintahnya.
Setelah menutup telepon, Irwanto Jiang dan Kendri Liu
tertawa terbahak-bahak.
“Satu truk penuh, kamu masih membual, kenapa tidak
kamu isi kontainer saja?”
“Sobat, apa kau tidak pernah melihat uang banyak?
Tahukah kau berapa satu juta itu? Sebesar apa tumpukan uang sepuluh juta? Apa
kau tahu berapa yang bisa dimuat di truk? Kau membual, dari apa yang kudengar
sepertinya uang di kartu bankmu tidak terbatas?”
Irwanto terbahak-bahak, dan dia tidak peduli siapa
pun.
Lagian mukanya tebal, tidak perlu berpura-pura, Thomas
Qin ini benar-benar berani memamerkan kekayaannya di depan Irwanto Jiang.
Dalam beberapa tahun terakhir, Irwanto Jiang telah
menghasilkan banyak uang sebagai dokter di luar, dan yang paling penting adalah
ayah Irwanto Jiang berkecimpung dalam bisnis medis.
Mengimpor obat-obatan ke luar negeri sangat menguntungkan.
Sekarang Irwanto Jiang adalah generasi kedua dari orang yang sangat kaya.
Di depan Thalia Liu, dia mungkin bukan siapa-siapa,
tetapi di depan Thomas Qin, dia pasti terlihat sebagai anak muda yang kaya.
Omongan pecundang miskin ini yang sebentar-bentar
berapa juta berapa miliar. Mereka hanya membual. Mereka bahkan tidak tahu
gambarannya.
Thomas Qin mencibir, “Segera aku akan kabulkan yang
kamu inginkan.”
Begitu dia selesai berbicara, sebuah truk melaju
dengan suara gemuruh di luar pintu.
Mobil berhenti di depan pintu, dan dua sosok keluar
dari mobil, satu adalah Samuel Duan dan yang lainnya adalah Henson Long.
Gerbong di belakang terbuka, dan beberapa orang turun
lalu berdiri di kedua sisi.
Uang sebanyak ini, pasti banyak pengawalan yang
dibutuhkan.
“Tuan Qin, aku membawa uangnya, bank-bank besar hanya
punya uang tunai sebanyak ini, dan semua sudah aku keluarkan, tapi truknya
tidak termuat penuh.”
Thomas Qin mengangguk, “Tidak apa-apa. Kira-kira
saja.”
Irwanto Jiang tidak mengenal Samuel Duan, dan berkata
sambil bercanda.
“Berpura-pura, teruslah bersandiwara, masih saja
mencari aktor untuk datang dan bersandiwara denganku? Ayolah, aku ingin melihat
apakah uang sebanyak itu bisa menimpaku!”
Setelah berbicara, Irwanto Jiang berjalan ke truk
dengan tatapan ceria.
Tatapan Thomas Qin memberi aba-aba pada Samuel Duan.
“Turunkan.”
Setelah berbicara, Samuel Duan memberi isyarat kepada
supir.
Setelah itu, supir truk perlahan-lahan menaikkan
kontainer truk hingga mencapai kemiringan maksimum dan beberapa orang menarik
pegangan kontainer.
Pintu konteiner tiba-tiba terbuka.
Irwanto Jiang berdiri di sana, dan begitu pintu mobil
terbuka, tiba-tiba terdengar suara seperti tabrakan, dan lautan uang berwarna
merah langsung menenggelamkan Irwanto Jiang.
Semua orang tercengang, ini uang sungguhan!
Seikat uang, uang kertas seratus yuan merah.
Seratus ribu satu ikat, seperti batu bata yang
besarjatuh menimpanya.
Bang bang bang!
Irwanto Jiang sepertinya tertimpa rumah bata yang
runtuh. Terdengar seperti suara tulangnya patah. Dalam beberapa detik, uang itu
menumpuk seperti bukit, dan Irwanto Jiang langsung terkubur di dalamnya.
Tiba-tiba, semua orang diam.
Melihat tumpukan uang yang seperti gunung, sungguh
spektakuler.
“Tolong tolong…”
Suara lemah Irwanto Jiang berasal dari tumpukan uang.
Tatapan Thomas Qin memberi isyarat, dan sekelompok
orang naik dan mengeluarkan Irwanto Jiang.
Irwanto Jiang yang keluar dari tumpukan itu tampak
sekarat, dan tubuhnya terluka. Ada tanda-tanda yang seolah tulang di kedua
kakinya patah. Kalaupun tidak patah, setidaknya tulangnya remuk.
Tengkurap di lantai, wajah Irwanto Jiang pucat, dan
dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Thomas Qin berjalan ke depan dan bertanya dengan
merendahkan.
“Puas?”
Setelah mengatakan ini, Bruce Cai langsung pergi
mengikuti ambulans.
Tersisa Irwanto Jiang berdiri di sana dengan ekspresi
yang canggung.
Baru saja membual tentang betapa hebat gurunya, dan
secara tidak langsung membual tentang keterampilan medisnya sendiri.
Akhirnya, saat mendiagnosis, saat itu juga mukanya
seolah tertampar oleh bualannya, hanya kasus mati rasa di kaki saja, ia bisa
mendiagnosisnya sebagai penyumbatan urat otot kaki.
Sekarang, setelah gurunya datang, lalu apa?
Gurunya datang dengan memberi salam dan hormat ke
Thomas Qin, di setiap perkataannya ia memanggilnya guru besar, ia sampai-sampai
juga membungkuk memberi hormat pada Thomas Qin.
Saat berbicara, mereka juga saling menyapa seolah
mereka satu tingkatan, kalau menurut senioritasnya Irwanto Jiang harus
memanggil Thomas Qin: tuan guru.
Irwanto Jiang tampak malu, tetapi segera kembali ke
restoran, dan kembali tenang.
Lagian dia tidak datang untuk membandingkan
keterampilan medis, dia datang untuk merebut wanita dari Thomas Qin.
Memang, dia mengaku malu barusan, dan keterampilan
medisnya tidak sebaik Thomas Qin, lalu kenapa? Keterampilan medis tidak bisa
menjelaskan semuanya.
Setelah duduk, hening sesaat, dan suasana menjadi
sedikit canggung.
Akhirnya, Irwanto Jiang berkata, “Kamu yang marga Qin.
Apa yang terjadi barusan hanya membuktikan bahwa keterampilan medismu sedikit
lebih baik dariku, tetapi itu tidak berarti kamu layak mendapatkan Thalia.”
“Aku kasih sepuluh juta, tinggalkan Thalia.”
Setelah berbicara, Irwanto Jiang mengeluarkan sebuah
kartu dan melemparkannya ke depan Thomas Qin.
Meskipun Kendri Liu dikejutkan oleh keterampilan medis
Thomas Qin barusan, dia masih berpihak pada Irwanto Jiang, bagaimanapun juga
Irwanto Jiang telah memberinya banyak uang.
Kendri Liu berkata, “Kamu yang marga Qin. Jangan
mengira kamu bisa mendapatkan uang banyak jika kamu bersama Thalia. Biarpun
Thalia adalah orang terkaya di negara ini, tapi tidak sepeserpun ada
hubungannya denganmu.”
“Keluarga kaya seperti keluarga Thalia memiliki
batasan tertentu pada aset mereka. Ini bukan berarti setelah kamu bersamanya,
kamu bisa mendapatkan uang yang banyak itu.”
“Apalagi Thalia ini orang terkaya di China, kamu tidak
berpikir akan menjadi orang kaya juga jika kamu jadian dengan orang terkaya di
China kan?”
“Dengan uang ini, kamu bisa segera menjadi jutawan,
dan kamu bisa hidup dan makan di sisa hidupmu. Aku harap kamu bisa membuat
pilihan yang jelas.”
Tentu saja Kendri Liu membantu Irwanto Jiang
berbicara, dan dia tidak berbicara omong kosong.
Orang seperti Thalia Liu perlu berhati-hati saat
memilih pasangan.
Bahkan jika akan menikah nanti, mereka harus mengurus
laporan aset kekayaan sebelum menikah. Meskipun ini akan melukai perasaan, tapi
apa boleh buat. Orang kaya tetaplah orang kaya, tidak peduli apakah dinikahi
ataupun menikahi orang kaya.
Irwanto Jiang mencibir, menunjuk ke kartu di atas meja
dan berkata dengan sinis.
“Sepuluh juta, ambillah, dan tinggalkan Thalia.”
Thalia Liu tidak berbicara, tapi melipat tangannya dan
berdiri di sebelah seperti sedang melihat sebuah drama.
Membandingkan kekayaan dengan Thomas Qin?
Thalia Liu belum tentu sebanding!
Thomas Qin mencibir, “Sepuluh juta? Kamu hanya punya
ini?” Setelah itu, Thomas Qin mengambil cek dan melemparkannya.”
“Seratus juta, keluar!”
Irwanto Jiang mengerutkan kening, menatap cek di atas
meja, dan tersenyum sinis.
“Benar-benar bisa berpura-pura. Kemana-mana bawa cek
kosong, Siapa takut? Aku beri satu miliar, apakah kamu percaya?”
Thomas Qin tersenyum, “Satu miliar ada, tetapi kamu
tidak pantas mendapatkannya.”
“Hahaha!”
Irwanto Jiang tertawa, dan Kendri Liu di sebelahnya
juga menunjukkan ekspresi seolah bercanda.
“Benar-benar menantang, satu miliar, pernahkah kamu
melihat satu miliar? Tahukah kamu berapa satu miliar itu?”
Irwanto Jiang mencibir, “Kendri, jangan berkata
seperti itu, aku pikir Tuan Qin ini akan melempariku dengan uang, bukan? Ayo,
pakai uang itu untuk menimpaku, aku ingin melihat apakah kamu bisa
menenggelamku dengan uang itu!”
Thomas Qin terdiam sesaat, lalu tersenyum.
“Karena kamu punya permintaan seperti itu, maka akan
aku kabulkan.”
Setelah berbicara, Thomas Qin mengambil ponsel dan
menelepon Samuel Duan.
“Tuan Qin, ini Samuel Duan.”
“Tarik uang tunai dari rekeningku.” Samuel Duan
memiliki rekening Thomas Qin, dan dengan kuasa dari Thomas Qin, dia dapat
menarik uangnya dari bank.
Samuel Duan terkejut, “Tidak masalah, mau berapa?”
Thomas Qin berkata, “Cari sebuah truk, muatkan sampai
penuh.”
“…….Baik.”
Samuel Duan tidak tahu apa yang akan dilakukan Tuan
Qin, tapi bagaimanapun juga dia harus melakukan sesuai perintahnya.
Setelah menutup telepon, Irwanto Jiang dan Kendri Liu
tertawa terbahak-bahak.
“Satu truk penuh, kamu masih membual, kenapa tidak
kamu isi kontainer saja?”
“Sobat, apa kau tidak pernah melihat uang banyak?
Tahukah kau berapa satu juta itu? Sebesar apa tumpukan uang sepuluh juta? Apa
kau tahu berapa yang bisa dimuat di truk? Kau membual, dari apa yang kudengar
sepertinya uang di kartu bankmu tidak terbatas?”
Irwanto terbahak-bahak, dan dia tidak peduli siapa
pun.
Lagian mukanya tebal, tidak perlu berpura-pura, Thomas
Qin ini benar-benar berani memamerkan kekayaannya di depan Irwanto Jiang.
Dalam beberapa tahun terakhir, Irwanto Jiang telah
menghasilkan banyak uang sebagai dokter di luar, dan yang paling penting adalah
ayah Irwanto Jiang berkecimpung dalam bisnis medis.
Mengimpor obat-obatan ke luar negeri sangat menguntungkan.
Sekarang Irwanto Jiang adalah generasi kedua dari orang yang sangat kaya.
Di depan Thalia Liu, dia mungkin bukan siapa-siapa,
tetapi di depan Thomas Qin, dia pasti terlihat sebagai anak muda yang kaya.
Omongan pecundang miskin ini yang sebentar-bentar
berapa juta berapa miliar. Mereka hanya membual. Mereka bahkan tidak tahu
gambarannya.
Thomas Qin mencibir, “Segera aku akan kabulkan yang
kamu inginkan.”
Begitu dia selesai berbicara, sebuah truk melaju
dengan suara gemuruh di luar pintu.
Mobil berhenti di depan pintu, dan dua sosok keluar
dari mobil, satu adalah Samuel Duan dan yang lainnya adalah Henson Long.
Gerbong di belakang terbuka, dan beberapa orang turun
lalu berdiri di kedua sisi.
Uang sebanyak ini, pasti banyak pengawalan yang
dibutuhkan.
“Tuan Qin, aku membawa uangnya, bank-bank besar hanya
punya uang tunai sebanyak ini, dan semua sudah aku keluarkan, tapi truknya
tidak termuat penuh.”
Thomas Qin mengangguk, “Tidak apa-apa. Kira-kira
saja.”
Irwanto Jiang tidak mengenal Samuel Duan, dan berkata
sambil bercanda.
“Berpura-pura, teruslah bersandiwara, masih saja
mencari aktor untuk datang dan bersandiwara denganku? Ayolah, aku ingin melihat
apakah uang sebanyak itu bisa menimpaku!”
Setelah berbicara, Irwanto Jiang berjalan ke truk
dengan tatapan ceria.
Tatapan Thomas Qin memberi aba-aba pada Samuel Duan.
“Turunkan.”
Setelah berbicara, Samuel Duan memberi isyarat kepada
supir.
Setelah itu, supir truk perlahan-lahan menaikkan
kontainer truk hingga mencapai kemiringan maksimum dan beberapa orang menarik
pegangan kontainer.
Pintu konteiner tiba-tiba terbuka.
Irwanto Jiang berdiri di sana, dan begitu pintu mobil
terbuka, tiba-tiba terdengar suara seperti tabrakan, dan lautan uang berwarna
merah langsung menenggelamkan Irwanto Jiang.
Semua orang tercengang, ini uang sungguhan!
Seikat uang, uang kertas seratus yuan merah.
Seratus ribu satu ikat, seperti batu bata yang
besarjatuh menimpanya.
Bang bang bang!
Irwanto Jiang sepertinya tertimpa rumah bata yang
runtuh. Terdengar seperti suara tulangnya patah. Dalam beberapa detik, uang itu
menumpuk seperti bukit, dan Irwanto Jiang langsung terkubur di dalamnya.
Tiba-tiba, semua orang diam.
Melihat tumpukan uang yang seperti gunung, sungguh
spektakuler.
“Tolong tolong…”
Suara lemah Irwanto Jiang berasal dari tumpukan uang.
Tatapan Thomas Qin memberi isyarat, dan sekelompok
orang naik dan mengeluarkan Irwanto Jiang.
Irwanto Jiang yang keluar dari tumpukan itu tampak
sekarat, dan tubuhnya terluka. Ada tanda-tanda yang seolah tulang di kedua
kakinya patah. Kalaupun tidak patah, setidaknya tulangnya remuk.
Tengkurap di lantai, wajah Irwanto Jiang pucat, dan
dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
Thomas Qin berjalan ke depan dan bertanya dengan
merendahkan.
“Puas?”
No comments: