Silahkan di bantu di bantu..
1. Share ke MedSos
2. Baca dengan Tab Samaran ~ Incognito Tab
3. Donasi ke Dana/OVO ~ 089653864821
Bab 1262 –
Dewi Mendambakan, Raja Tidak Berkehendak
“Tak, tak, tak—“
“Tak, tak, tak, tak—-“
Peluru menyapu daerah tempat mereka berdiri, belasan
tentara bayaran sama sekali tidak dapat bersembunyi, tidak dapat berlari
kemanapun, mereka bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, hingga
merekalah yang terbunuh oleh peluru-peluru itu.
Termasuk Barata Sun, dalam mimpi pun tidak pernah terpikirkan
olehnya, akan mati di tengah peluru yang menyapu.
“Aaaaa—-“
“Tolong! Jangan bunuh aku! Jangan bunuh aku!”
Suara teriakan Maxentia Yang bahkan tidak lebih lemah
dari suara peluru, di saat ini, setelah peluru melintasi, semua tentara bayaran
pun tergeletak dengan keadaan bersimbah darah.
Elmina Mu dan Nami pun tercengang, sebenarnya ada apa
ini? Keduanya benar-benar merasa bingung, apa saja yang telah terjadi barusan.
Saat peluru-peluru menyapu bersih semua orang yang
berlarian, jantung mereka hampir copot dan melompat keluar, berada di ambang
pintu hidup dan mati, setiap orang merasakan panggilan iblis neraka, rasa putus
asa itu sungguh belum pernah mereka alami sebelumnya.
Tadinya mengira merekalah yang akan tergeletak, tetapi
saat membuka mata dengan lebar, yang terlihat malah semua tentara bayaran
berjatuhan.
Cchhhttt—-
Baling-baling masih terus berputar di atas langit,
suara yang menusuk telinga menyadarkan mereka dari suasana bengong.
Maxentia Yang mengangkat kepala dengan penuh rasa
takut, badan gemetaran, menyadari dirinya tidak mati, yang tergeletak di tanah
hanya para tentara bayaran, ada beberapa yang terjatuh ke arahnya, membuatnya
benar-benar terkejut.
“Bagaimana bisa seperti ini… bagaimana bisa…”
Maxentia Yang menangis meraung-raung, sekujur tubuh
bergetar, namun satu hal yang paling menguntungkan baginya, dia masih hidup.
“Maaf Tuan Qin, aku datang terlambat.”
Di atas helikopter, Ignatius Fang berkata dengan
serius, hampir saja membuat Tuan Qin berada dalam bahaya, Ignatius Fang tahu
dirinya telah sangat lalai.
Thomas menggelengkan kepala, mengambil kotak berisi
raja ginseng, berjalan ke arah Elmina Mu dan Nami.
“Cepat pergi, disini penuh dengan salju, bukan tempat
yang baik untuk didatangi.” Kata Thomas Qin.
“Eh…”
Ekspresi mata Nami sangat rumit, tidak menyangka
Thomas Qin akan sehebat itu, sebanyak sepuluh helikopter hinggap di atas
langit, formasi perlindungan seperti itu sungguh sulit dipercaya.
Semua tentara bayaran mati dalam tembakan beruntun,
tidak terkecuali Barata Sun yang mencoba melarikan diri. Situasi berantakan dan
mengenaskan, tetapi di dalam hutan belantara itu tidak ada yang memperhatikan,
kelak saat musim semi tiba, setelah semua salju meleleh, mungkin saja jasad-jasad
itu sudah menjadi santapan para macan dan serigala, tidak akan ada sedikitpun
jejak tertinggal.
“Nami, Nami, aku disini!”
Maxentia Yang terus melambaikan tangan pada Nami,
membuat Nami tersenyum pahit dalam hati, namun di situasi seperti ini, dia tidak
mungkin meninggalkan Maxentia Yang, meski sebelumnya Maxentia Yang telah
melakukan perbuatan yang menyakiti hatinya, tetapi meninggalkannya seorang diri
disana terlalu berbahaya.
“Kakak Besar Qin.”
Nami melihat ke arah Thomas Qin.
“Pergilah.”
Thomas Qin mengangguk, Nami sontak tersenyum, segera
berlari menghampiri Maxentia.
Elmina Mu menatap pendekar Thomas Qin dengan ekspresi
cengang, kemampuan Kakak Qin membuatnya tidak mampu percaya, bagai dalam dunia
mimpi, perlindungan Kakak Qin padanya sepanjang perjalanan pun begitu maksimal.
Hanya saja, Elmina Mu tahu jelas, mungkin saja dirinya
sama sekali tidak cocok untuk Kakak Qin, tetapi rasa tegang dalam hati seorang
perempuan kecil sepertinya, malah tidak pernah bisa terhapuskan.
Dewi mendambakan, Raja tidak berkehendak, bagi Elmina
Mu, mungkin saja kesedihan terbesar dalam hidupnya adalah, sampai kapanpun
hatinya tidak pernah mampu menyentuh Kakak Besar Qin.
Sebagai seorang perempuan yang pernah paling disayangi
dan dimanja, saat kuliah dia selalu menjadi perempuan idaman yang dikejar-kejar
para laki-laki, tetapi setelah terjun langsung ke dunia luar barulah dia
mengerti, dirinya begitu kecil dan lemah, di hadapan Kakak Besar Qin, dia bagai
seekor bebek jelek, sama sekali tidak ada yang bisa dibanggakan.
Kakak Besar Qin bersikap sangat baik padanya, tetapi
Elmina Mu tahu, ini tidak bisa dianggap sebagai cinta, kecuali Kakak Besar Qin
mengucapkannya sendiri. Meski begitu, hatinya masih saja sangat bersedih, rasa
sukanya pada Kakak Besar Qin tidak main-main, bukan karena harta ataupun
kedudukan, tetapi karena pribadinya, adalah seorang laki-laki yang bertanggung
jawab dan pemberani, orang seperti dia sangat pantas dijadikan pasangan seumur
hidup.
Tetapi mungkinkah dia bersedia?
Elmina Mu tersenyum pahit dalam hati, bagi dirinya,
ini seperti sebuah mimpi yang sangat jauh, dia hanya seorang perempuan dari
keluarga bercocok tanam yang polos dan sederhana, tetapi malah ingin menjalani
kisah cinta bagai mimpi dan dunia fantasi bersama Thomas Qin.
“Ayo jalan! Sudah saatnya kita kembali.”
Thomas Qin berkata sambil tersenyum, lalu menggandeng
Elmina Mu naik ke atas helikopter.
Tangan Kakak Besar Qin terasa sangat hangat, tetapi
Elmina hanya bisa merasakan suhu itu dalam waktu yang sangat singkat.
Setelah tiba dalam desa, hati Maxentia Yang pun
benar-benar gugur, tetapi di saat seperti ini dia sama sekali tidak berani
menatap Thomas Qin karena takut akan dibunuh olehnya.
Pada awalnya, bagi dia Thomas Qin bagai seekor domba
kecil, namun kini dia baru tahu orang itu adalah seekor serigala besar yang
sangat buas, kemampuannya benar-benar membuat orang ketakutan.
“Raja ginseng usia ratusan tahun ini bagus sekali,
terima kasih.”
Thomas Qin melihat sekilas raja ginseng berusia tua
itu, kemudian berkata pada Nami.
“Baguslah jika kamu menyukainya, Kakak Qin, apakah
kamu akan pergi sekarang juga?”
Nami menatap beberapa mobil di depan gerbang desa,
semua sedang menunggunya.
“Hm, kita berjumpa di lain kesempatan. Oh ya, aku
harus memberikan uangnya padamu, 10 juta Yuan ya, aku tidak akan mengambilnya
cuma-cuma darimu.” Kata Thomas sambil tertawa.
“Kakak Qin, sudah aku katakan, tidak perlu, lagipula
aku tidak memiliki kartu bank, tunggu saat kamu teringat, cukup traktir aku
makan saja, itu sudah sangat membuatku puas kok.”
Nami tersenyum manis bagai malaikat di atas langit,
amat menyentuh hati, bahkan Thomas Qin pun tidak tahan tercengang sesaat,
ternyata dia tidak berbeda jauh dengan iblis, wajah cantik penuh menggoda,
membuat orang merasa sangat nyaman.
Saat dia melirik dan tersenyum, semua selir dalam
istana kalah seketika, mungkin saja ini pepatah yang cocok untuk
menggambarkannya.
“Aku ada, aku ada kartu bank, aku kirimkan ke
handphonemu.” Wajah Maxentia Yang memerah, berkata perlahan.
“Jika bukan karena Nami, mungkin saja kamu sudah mati
ratusan kali, ada uang yang boleh diambil, ada uang yang tidak boleh diambil,
mengerti tidak?”
Perkataan Thomas Qin membuat Maxentia Yang seperti
jatuh dalam lubang es, tetapi saat ini dia malah tidak berani membantah
sedikitpun, hanya terus mengangguk, semua pori-pori dalam tubuh seperti sangat
menuruti nasehat Thomas Qin.
“Iya, iya, iya.”
Maxentia Yang mengangguk bagai gelombang laut.
“Sampai jumpa di lain kesempatan.”
Thomas Qin melambaikan tangan pada Nami, berbalik
badan pergi.
Beberapa saat kemudian, Nami menatap bayangan Thomas
Qin pergi, tercengang cukup lama.
“Kenapa? Rohmu melayang? Dia adalah seorang bos besar,
kamu kira dia bisa tertarik padamu? Jangan tergila-gila seperti itu lagi,
Nami!”
Kata Maxentia Yang dengan ekspresi wajah sinis.
“Kamu kali ini tergila-gila, dia sudah menyelamatkan
nyawa kita, bukankah seharusnya kita mengantar kepergiannya.”
Wajah Nami memerah, melototi Maxentia Yang sekilas,
lalu berbalik badan pergi, merasakan kekecewaan yang tidak mampu diungkapkan
lewat kata-kata.
“Tak, tak, tak—“
“Tak, tak, tak, tak—-“
Peluru menyapu daerah tempat mereka berdiri, belasan
tentara bayaran sama sekali tidak dapat bersembunyi, tidak dapat berlari
kemanapun, mereka bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, hingga
merekalah yang terbunuh oleh peluru-peluru itu.
Termasuk Barata Sun, dalam mimpi pun tidak pernah terpikirkan
olehnya, akan mati di tengah peluru yang menyapu.
“Aaaaa—-“
“Tolong! Jangan bunuh aku! Jangan bunuh aku!”
Suara teriakan Maxentia Yang bahkan tidak lebih lemah
dari suara peluru, di saat ini, setelah peluru melintasi, semua tentara bayaran
pun tergeletak dengan keadaan bersimbah darah.
Elmina Mu dan Nami pun tercengang, sebenarnya ada apa
ini? Keduanya benar-benar merasa bingung, apa saja yang telah terjadi barusan.
Saat peluru-peluru menyapu bersih semua orang yang
berlarian, jantung mereka hampir copot dan melompat keluar, berada di ambang
pintu hidup dan mati, setiap orang merasakan panggilan iblis neraka, rasa putus
asa itu sungguh belum pernah mereka alami sebelumnya.
Tadinya mengira merekalah yang akan tergeletak, tetapi
saat membuka mata dengan lebar, yang terlihat malah semua tentara bayaran
berjatuhan.
Cchhhttt—-
Baling-baling masih terus berputar di atas langit,
suara yang menusuk telinga menyadarkan mereka dari suasana bengong.
Maxentia Yang mengangkat kepala dengan penuh rasa
takut, badan gemetaran, menyadari dirinya tidak mati, yang tergeletak di tanah
hanya para tentara bayaran, ada beberapa yang terjatuh ke arahnya, membuatnya
benar-benar terkejut.
“Bagaimana bisa seperti ini… bagaimana bisa…”
Maxentia Yang menangis meraung-raung, sekujur tubuh
bergetar, namun satu hal yang paling menguntungkan baginya, dia masih hidup.
“Maaf Tuan Qin, aku datang terlambat.”
Di atas helikopter, Ignatius Fang berkata dengan
serius, hampir saja membuat Tuan Qin berada dalam bahaya, Ignatius Fang tahu
dirinya telah sangat lalai.
Thomas menggelengkan kepala, mengambil kotak berisi
raja ginseng, berjalan ke arah Elmina Mu dan Nami.
“Cepat pergi, disini penuh dengan salju, bukan tempat
yang baik untuk didatangi.” Kata Thomas Qin.
“Eh…”
Ekspresi mata Nami sangat rumit, tidak menyangka
Thomas Qin akan sehebat itu, sebanyak sepuluh helikopter hinggap di atas
langit, formasi perlindungan seperti itu sungguh sulit dipercaya.
Semua tentara bayaran mati dalam tembakan beruntun,
tidak terkecuali Barata Sun yang mencoba melarikan diri. Situasi berantakan dan
mengenaskan, tetapi di dalam hutan belantara itu tidak ada yang memperhatikan,
kelak saat musim semi tiba, setelah semua salju meleleh, mungkin saja jasad-jasad
itu sudah menjadi santapan para macan dan serigala, tidak akan ada sedikitpun
jejak tertinggal.
“Nami, Nami, aku disini!”
Maxentia Yang terus melambaikan tangan pada Nami,
membuat Nami tersenyum pahit dalam hati, namun di situasi seperti ini, dia tidak
mungkin meninggalkan Maxentia Yang, meski sebelumnya Maxentia Yang telah
melakukan perbuatan yang menyakiti hatinya, tetapi meninggalkannya seorang diri
disana terlalu berbahaya.
“Kakak Besar Qin.”
Nami melihat ke arah Thomas Qin.
“Pergilah.”
Thomas Qin mengangguk, Nami sontak tersenyum, segera
berlari menghampiri Maxentia.
Elmina Mu menatap pendekar Thomas Qin dengan ekspresi
cengang, kemampuan Kakak Qin membuatnya tidak mampu percaya, bagai dalam dunia
mimpi, perlindungan Kakak Qin padanya sepanjang perjalanan pun begitu maksimal.
Hanya saja, Elmina Mu tahu jelas, mungkin saja dirinya
sama sekali tidak cocok untuk Kakak Qin, tetapi rasa tegang dalam hati seorang
perempuan kecil sepertinya, malah tidak pernah bisa terhapuskan.
Dewi mendambakan, Raja tidak berkehendak, bagi Elmina
Mu, mungkin saja kesedihan terbesar dalam hidupnya adalah, sampai kapanpun
hatinya tidak pernah mampu menyentuh Kakak Besar Qin.
Sebagai seorang perempuan yang pernah paling disayangi
dan dimanja, saat kuliah dia selalu menjadi perempuan idaman yang dikejar-kejar
para laki-laki, tetapi setelah terjun langsung ke dunia luar barulah dia
mengerti, dirinya begitu kecil dan lemah, di hadapan Kakak Besar Qin, dia bagai
seekor bebek jelek, sama sekali tidak ada yang bisa dibanggakan.
Kakak Besar Qin bersikap sangat baik padanya, tetapi
Elmina Mu tahu, ini tidak bisa dianggap sebagai cinta, kecuali Kakak Besar Qin
mengucapkannya sendiri. Meski begitu, hatinya masih saja sangat bersedih, rasa
sukanya pada Kakak Besar Qin tidak main-main, bukan karena harta ataupun
kedudukan, tetapi karena pribadinya, adalah seorang laki-laki yang bertanggung
jawab dan pemberani, orang seperti dia sangat pantas dijadikan pasangan seumur
hidup.
Tetapi mungkinkah dia bersedia?
Elmina Mu tersenyum pahit dalam hati, bagi dirinya,
ini seperti sebuah mimpi yang sangat jauh, dia hanya seorang perempuan dari
keluarga bercocok tanam yang polos dan sederhana, tetapi malah ingin menjalani
kisah cinta bagai mimpi dan dunia fantasi bersama Thomas Qin.
“Ayo jalan! Sudah saatnya kita kembali.”
Thomas Qin berkata sambil tersenyum, lalu menggandeng
Elmina Mu naik ke atas helikopter.
Tangan Kakak Besar Qin terasa sangat hangat, tetapi
Elmina hanya bisa merasakan suhu itu dalam waktu yang sangat singkat.
Setelah tiba dalam desa, hati Maxentia Yang pun
benar-benar gugur, tetapi di saat seperti ini dia sama sekali tidak berani
menatap Thomas Qin karena takut akan dibunuh olehnya.
Pada awalnya, bagi dia Thomas Qin bagai seekor domba
kecil, namun kini dia baru tahu orang itu adalah seekor serigala besar yang
sangat buas, kemampuannya benar-benar membuat orang ketakutan.
“Raja ginseng usia ratusan tahun ini bagus sekali,
terima kasih.”
Thomas Qin melihat sekilas raja ginseng berusia tua
itu, kemudian berkata pada Nami.
“Baguslah jika kamu menyukainya, Kakak Qin, apakah
kamu akan pergi sekarang juga?”
Nami menatap beberapa mobil di depan gerbang desa,
semua sedang menunggunya.
“Hm, kita berjumpa di lain kesempatan. Oh ya, aku
harus memberikan uangnya padamu, 10 juta Yuan ya, aku tidak akan mengambilnya
cuma-cuma darimu.” Kata Thomas sambil tertawa.
“Kakak Qin, sudah aku katakan, tidak perlu, lagipula
aku tidak memiliki kartu bank, tunggu saat kamu teringat, cukup traktir aku
makan saja, itu sudah sangat membuatku puas kok.”
Nami tersenyum manis bagai malaikat di atas langit,
amat menyentuh hati, bahkan Thomas Qin pun tidak tahan tercengang sesaat,
ternyata dia tidak berbeda jauh dengan iblis, wajah cantik penuh menggoda,
membuat orang merasa sangat nyaman.
Saat dia melirik dan tersenyum, semua selir dalam
istana kalah seketika, mungkin saja ini pepatah yang cocok untuk
menggambarkannya.
“Aku ada, aku ada kartu bank, aku kirimkan ke
handphonemu.” Wajah Maxentia Yang memerah, berkata perlahan.
“Jika bukan karena Nami, mungkin saja kamu sudah mati
ratusan kali, ada uang yang boleh diambil, ada uang yang tidak boleh diambil,
mengerti tidak?”
Perkataan Thomas Qin membuat Maxentia Yang seperti
jatuh dalam lubang es, tetapi saat ini dia malah tidak berani membantah
sedikitpun, hanya terus mengangguk, semua pori-pori dalam tubuh seperti sangat
menuruti nasehat Thomas Qin.
“Iya, iya, iya.”
Maxentia Yang mengangguk bagai gelombang laut.
“Sampai jumpa di lain kesempatan.”
Thomas Qin melambaikan tangan pada Nami, berbalik
badan pergi.
Beberapa saat kemudian, Nami menatap bayangan Thomas
Qin pergi, tercengang cukup lama.
“Kenapa? Rohmu melayang? Dia adalah seorang bos besar,
kamu kira dia bisa tertarik padamu? Jangan tergila-gila seperti itu lagi,
Nami!”
Kata Maxentia Yang dengan ekspresi wajah sinis.
“Kamu kali ini tergila-gila, dia sudah menyelamatkan
nyawa kita, bukankah seharusnya kita mengantar kepergiannya.”
Wajah Nami memerah, melototi Maxentia Yang sekilas,
lalu berbalik badan pergi, merasakan kekecewaan yang tidak mampu diungkapkan
lewat kata-kata.
No comments: