Silahkan di bantu di bantu..
1. Share ke MedSos
2. Baca dengan Tab Samaran ~ Incognito Tab
3. Donasi ke Dana/OVO ~ 089653864821
Bab 1305 –
Tidak Ingin Berkembang
“Kenapa tidak boleh mencampurkan kedua bahan itu? Kamu
tidak mengetahui resep ini bukan berarti orang lain juga tidak mengetahuinya.
Kamu bahkan terlihat seperti menyalahkan orang lain, padahal kamu tidak
mengetahui yang sebenarnya. Kamu hanyalah seorang tabib dan berapa banyak
pengetahuan yang sudah kamu ketahui? Semua orang tahu kalau resep ini sudah
tertulis di dalam catatan kuno dan untuk apa kamu berpura-pura hebat di sini?
Kita semua sudah lelah dan aku hanya ingin membuat sup untuk kita semua. Kamu
malah mengomentariku sekarang.” kata Tianze dengan nada dingin.
“Benar, kamu diam saja. Kakak senior akan melakukan
yang terbaik untuk kita. Kamu tidak perlu berpura-pura hebat ditempat ini,
meskipun kamu adalah kakak sepupu dari Vivien. Kamu masih perlu belajar dengan
giat agar bisa menjadi master yang sesungguhnya.”
“Benar, pergilah ke sisi lain jika kamu tidak ingin
mempelajari proses peracikan obat ini. Kami masih ingin mempelajarinya, jangan
menunda waktu yang berharga ini.”
“Kakak senior, kamu tidak perlu menghiraukannya, kami
benar-benar ingin mempelajari ini. Bagaimana cara untuk mengolah Chuanbei yang
benar?”
“Aku sudah sering menemukan orang seperti ini, dia
hanyalah sirik melihat orang yang lebih hebat darinya. Tidak perlu hiraukan dia
kakak senior. Saat ini, bagian pinggangku terasa begitu lemas dan aku akan
menyerahkannya padamu. Hehe.”
perkataan semua orang membuat Tianze merasa semakin
senang dan dia pun melirik ke arah Thomas dengan tatapan yang dingin. Dia
merasa kalau Thomas pantas untuk dihina. Apakah Thomas tidak tahu akan
kemampuannya sendiri, hingga berani berpura-pura hebat di tempat ini?
Setelah itu, Tianze pun memulai proses peracikan sup
berbahan dasar Agave dengan Chuanbei. Ini merupakan sebuah sup yang sangat baik
untuk menambah stamina tubuh mereka.
Saat ini, semua orang mulai mengelilingi Tianze untuk
mempelajari segala teknik yang ada, kecuali Thomas.
“Orang yang rendah diri akan terus berkembang dan
orang yang sombong akan mudah terjatuh. Sepertinya ada seseorang yang tidak
rendah diri di tempat ini. Cepatlah datang untuk belajar agar kamu bisa
mempelajari segala teknik peracikan sup yang akan aku tunjukkan.” kata Tianze
dengan nada yang mengejek dan semua orang tahu kalau perkataan ini ditujukan
kepada Thomas.
Setelah selesai meracik sup itu, Tianze menambahkan
beberapa gula batu agar tidak terasa begitu pahit dan semua orang menyantap sup
itu dengan perasaan yang senang.
Hingga giliran Thomas, sup itu hanya tersisa satu
mangkuk.
“Maaf, hanya tersisa satu mangkuk saja. Tidak ada lagi
porsi lebih untukmu. Maafkan aku, kakak sepupu dari Vivien.” kata Tianze sambil
tersenyum.
Sejak awal, Thomas tidak berminat untuk menyantap sup
ini dan dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
“Aku akan menghabiskannya.” kata Tianze sambil menelan
semua sup itu dan semua orang menganggukkan kepala setelah melihat ini.
“Kak Tianze sangatlah hebat, sup ini bahkan tidak
terasa pahit dan sup ini memanglah sup yang sangat baik. Semua tenaga di dalam
tubuhku yang awalnya telah hilang itu langsung pulih kembali. Aku merasa begitu
puas akan hal ini.”
“Benar, setelah meminum sup ini, aku merasakan
kenyamanan yang tiada tara pada tubuhku. Tidak heran kalau hingga saat ini sup
ini terus dicari oleh orang banyak.”
“Sup ini sangatlah tidak diketahui oleh banyak orang.
Kali ini, kakak senior mengajari cara peracikan sup ini kepada kita tanpa
menyembunyikan satu langkah pun. Kita harus mempelajarinya dengan seksama agar
bisa kita teliti kembali nantinya.”
“Kedepannya, aku akan belajar lebih banyak dari kakak
senior. Bukan sembarangan orang bisa membandinginya.”
Tianze memasang ekspresi wajah yang sombong. Saat ini,
Vivien merasa begitu tidak berdaya karena Thomas tidak ikut mempelajari proses
peracikan sup ini tadi.
“Kenapa kamu tidak pergi? Bukankah kamu adalah seorang
tabib? Ini merupakan sebuah kesempatan yang baik untukmu dan kamu malah
melewatkannya. Sungguh disayangkan.” kata Cara dengan sedikit kecewa.
“Thomas, kenapa kamu tidak ingin mengembangkan
pengetahuanmu? Klinikmu itu pastilah akan bangkrut suatu saat nanti.” kata
Vivien.
Awalnya, Vivien berpikir kalau perjalanan kali ini
akan mendatangkan begitu banyak hal yang menguntungkan bagi Thomas. Namun Thomas
malah tidak ingin menggunakan kesempatan ini dengan baik.
Meskipun Tianze bukanlah orang yang baik, namun
dirinya juga berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang medis. Tentunya
pengetahuan yang ia kuasai sangatlah banyak. Di mata orang lain, Tianze
bagaikan barang berharga, namun Thomas malah tidak berniat untuk belajar
darinya. Ketika semua orang pergi menyaksikan teknik peracikan sup ini, Thomas
malah pergi ke sisi lain sendirian.
“Thomas, aku bukannya ingin menegur kamu, namun
kesempatan belajar kali ini sangatlah penting bagimu. Kamu jangan
menyia-nyiakan hal ini begitu saja. Kita semua adalah teman baik dan Tianze
juga merupakan keturunan dari keluarga medis. Kamu tidak boleh memilih untuk
tidak belajar darinya hanya karena kalian bertentangan, bukan? Hal ini akan
sangat merugikan dirimu sendiri.” kata Vivien dengan sedikit kecewa.
“Setidaknya kamu harus menghormati aku kan? Lihatlah
bagaimana cara mereka menatapku tadi.” kata Vivien.
Vivien tidak menyangka kalau Thomas sama sekali tidak
mempelajari proses peracikan sup ini. Untuk apa mereka berkumpul bersama?
Bukankah untuk memperluas pengetahuan diantara sesama? Saat ini, sang pemimpin
tim sedang mengajari sesuatu dan Thomas malah tidak mendengarnya dan
mempelajarinya? Ini sangat jelas kalau dia tidak menyukai Tianze.
“Benar kak Thomas, semua perkataan Vivien itu benar.
Apakah kamu tahu kalau semua aksimu ini akan merugikan dirimu?”
Saat ini, Cara berdiri di sisi yang sama dengan Vivien
dan mulai mengomentari aksi Thomas.
“Apakah aku harus ikut mempelajari cara peracikan sup
yang salah itu?” kata Thomas sambil mengangkat kedua pundaknya.
“Lihatlah, perkataanmu ini sangatlah tidak masuk akal.
Aku sangat menyesal karena telah membawamu ke sini.” kata Vivien dengan marah
dan ia juga tidak ingin mengomentarinya lagi.
Semua orang sudah berjalan seharian dan di tengah
hutan ini, merasa begitu senang karena bisa bermain dan belajar bersama.
Tidak terasa, hari mulai gelap. Matahari mulai
terbenam dan mereka tetap merasa begitu senang ketika melihat kondisi di kaki
gunung dari atas.
Dikarenakan gunung Wumiao sangatlah curam, mereka
hanya bisa mencari tempat untuk mendaratkan kaki mereka. Mereka tidak mungkin
bisa berdiri dengan stabil di atas gunung yang curam itu. Jika mereka ingin
melewati malam mereka di atas gunung ini, maka mereka harus kembali mencari
tempat yang lebih aman.
“Kita sudah berjalan seharian, mari kita mencari
tempat untuk beristirahat.”
“Benar, aku juga merasa begitu lelah.”
“Kakak senior, bagaimana kalau kita mencari tempat
untuk berkemah malam ini?”
“Baik, aku akan menuntun kalian.” kata Tianze selaku
pemimpin tim tersebut. Ia pun menuntun semua orang untuk mencari tempat kemah
yang aman di dalam hutan. Setelah berjalan selama beberapa saat, mereka pun
menemukan sebuah goa yang tidak begitu sama dengan ekspektasi mereka.
“Jangan di sini, meskipun tempat ini sangatlah luas,
namun ini merupakan sebuah lereng yang tidak cocok dijadikan sebagai tempat
tidur.” kata Thomas sambil mengerutkan keningnya. Aura gunung ini sangatlah
aneh, meskipun lereng ini terlihat rata dan sekeliling mereka terdapat pohon
yang mampu menangkal angin, namun Thomas tetap saja merasa tempat ini tidaklah
begitu bagus. Jika dirasakan dari aura yang ada, tempat ini terasa seperti
kuburan yang luas dan tidak cocok untuk ditempati oleh manusia.
“Kenapa tidak boleh mencampurkan kedua bahan itu? Kamu
tidak mengetahui resep ini bukan berarti orang lain juga tidak mengetahuinya.
Kamu bahkan terlihat seperti menyalahkan orang lain, padahal kamu tidak
mengetahui yang sebenarnya. Kamu hanyalah seorang tabib dan berapa banyak
pengetahuan yang sudah kamu ketahui? Semua orang tahu kalau resep ini sudah
tertulis di dalam catatan kuno dan untuk apa kamu berpura-pura hebat di sini?
Kita semua sudah lelah dan aku hanya ingin membuat sup untuk kita semua. Kamu
malah mengomentariku sekarang.” kata Tianze dengan nada dingin.
“Benar, kamu diam saja. Kakak senior akan melakukan
yang terbaik untuk kita. Kamu tidak perlu berpura-pura hebat ditempat ini,
meskipun kamu adalah kakak sepupu dari Vivien. Kamu masih perlu belajar dengan
giat agar bisa menjadi master yang sesungguhnya.”
“Benar, pergilah ke sisi lain jika kamu tidak ingin
mempelajari proses peracikan obat ini. Kami masih ingin mempelajarinya, jangan
menunda waktu yang berharga ini.”
“Kakak senior, kamu tidak perlu menghiraukannya, kami
benar-benar ingin mempelajari ini. Bagaimana cara untuk mengolah Chuanbei yang
benar?”
“Aku sudah sering menemukan orang seperti ini, dia
hanyalah sirik melihat orang yang lebih hebat darinya. Tidak perlu hiraukan dia
kakak senior. Saat ini, bagian pinggangku terasa begitu lemas dan aku akan
menyerahkannya padamu. Hehe.”
perkataan semua orang membuat Tianze merasa semakin
senang dan dia pun melirik ke arah Thomas dengan tatapan yang dingin. Dia
merasa kalau Thomas pantas untuk dihina. Apakah Thomas tidak tahu akan
kemampuannya sendiri, hingga berani berpura-pura hebat di tempat ini?
Setelah itu, Tianze pun memulai proses peracikan sup
berbahan dasar Agave dengan Chuanbei. Ini merupakan sebuah sup yang sangat baik
untuk menambah stamina tubuh mereka.
Saat ini, semua orang mulai mengelilingi Tianze untuk
mempelajari segala teknik yang ada, kecuali Thomas.
“Orang yang rendah diri akan terus berkembang dan
orang yang sombong akan mudah terjatuh. Sepertinya ada seseorang yang tidak
rendah diri di tempat ini. Cepatlah datang untuk belajar agar kamu bisa
mempelajari segala teknik peracikan sup yang akan aku tunjukkan.” kata Tianze
dengan nada yang mengejek dan semua orang tahu kalau perkataan ini ditujukan
kepada Thomas.
Setelah selesai meracik sup itu, Tianze menambahkan
beberapa gula batu agar tidak terasa begitu pahit dan semua orang menyantap sup
itu dengan perasaan yang senang.
Hingga giliran Thomas, sup itu hanya tersisa satu
mangkuk.
“Maaf, hanya tersisa satu mangkuk saja. Tidak ada lagi
porsi lebih untukmu. Maafkan aku, kakak sepupu dari Vivien.” kata Tianze sambil
tersenyum.
Sejak awal, Thomas tidak berminat untuk menyantap sup
ini dan dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
“Aku akan menghabiskannya.” kata Tianze sambil menelan
semua sup itu dan semua orang menganggukkan kepala setelah melihat ini.
“Kak Tianze sangatlah hebat, sup ini bahkan tidak
terasa pahit dan sup ini memanglah sup yang sangat baik. Semua tenaga di dalam
tubuhku yang awalnya telah hilang itu langsung pulih kembali. Aku merasa begitu
puas akan hal ini.”
“Benar, setelah meminum sup ini, aku merasakan
kenyamanan yang tiada tara pada tubuhku. Tidak heran kalau hingga saat ini sup
ini terus dicari oleh orang banyak.”
“Sup ini sangatlah tidak diketahui oleh banyak orang.
Kali ini, kakak senior mengajari cara peracikan sup ini kepada kita tanpa
menyembunyikan satu langkah pun. Kita harus mempelajarinya dengan seksama agar
bisa kita teliti kembali nantinya.”
“Kedepannya, aku akan belajar lebih banyak dari kakak
senior. Bukan sembarangan orang bisa membandinginya.”
Tianze memasang ekspresi wajah yang sombong. Saat ini,
Vivien merasa begitu tidak berdaya karena Thomas tidak ikut mempelajari proses
peracikan sup ini tadi.
“Kenapa kamu tidak pergi? Bukankah kamu adalah seorang
tabib? Ini merupakan sebuah kesempatan yang baik untukmu dan kamu malah
melewatkannya. Sungguh disayangkan.” kata Cara dengan sedikit kecewa.
“Thomas, kenapa kamu tidak ingin mengembangkan
pengetahuanmu? Klinikmu itu pastilah akan bangkrut suatu saat nanti.” kata
Vivien.
Awalnya, Vivien berpikir kalau perjalanan kali ini
akan mendatangkan begitu banyak hal yang menguntungkan bagi Thomas. Namun Thomas
malah tidak ingin menggunakan kesempatan ini dengan baik.
Meskipun Tianze bukanlah orang yang baik, namun
dirinya juga berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang medis. Tentunya
pengetahuan yang ia kuasai sangatlah banyak. Di mata orang lain, Tianze
bagaikan barang berharga, namun Thomas malah tidak berniat untuk belajar
darinya. Ketika semua orang pergi menyaksikan teknik peracikan sup ini, Thomas
malah pergi ke sisi lain sendirian.
“Thomas, aku bukannya ingin menegur kamu, namun
kesempatan belajar kali ini sangatlah penting bagimu. Kamu jangan
menyia-nyiakan hal ini begitu saja. Kita semua adalah teman baik dan Tianze
juga merupakan keturunan dari keluarga medis. Kamu tidak boleh memilih untuk
tidak belajar darinya hanya karena kalian bertentangan, bukan? Hal ini akan
sangat merugikan dirimu sendiri.” kata Vivien dengan sedikit kecewa.
“Setidaknya kamu harus menghormati aku kan? Lihatlah
bagaimana cara mereka menatapku tadi.” kata Vivien.
Vivien tidak menyangka kalau Thomas sama sekali tidak
mempelajari proses peracikan sup ini. Untuk apa mereka berkumpul bersama?
Bukankah untuk memperluas pengetahuan diantara sesama? Saat ini, sang pemimpin
tim sedang mengajari sesuatu dan Thomas malah tidak mendengarnya dan
mempelajarinya? Ini sangat jelas kalau dia tidak menyukai Tianze.
“Benar kak Thomas, semua perkataan Vivien itu benar.
Apakah kamu tahu kalau semua aksimu ini akan merugikan dirimu?”
Saat ini, Cara berdiri di sisi yang sama dengan Vivien
dan mulai mengomentari aksi Thomas.
“Apakah aku harus ikut mempelajari cara peracikan sup
yang salah itu?” kata Thomas sambil mengangkat kedua pundaknya.
“Lihatlah, perkataanmu ini sangatlah tidak masuk akal.
Aku sangat menyesal karena telah membawamu ke sini.” kata Vivien dengan marah
dan ia juga tidak ingin mengomentarinya lagi.
Semua orang sudah berjalan seharian dan di tengah
hutan ini, merasa begitu senang karena bisa bermain dan belajar bersama.
Tidak terasa, hari mulai gelap. Matahari mulai
terbenam dan mereka tetap merasa begitu senang ketika melihat kondisi di kaki
gunung dari atas.
Dikarenakan gunung Wumiao sangatlah curam, mereka
hanya bisa mencari tempat untuk mendaratkan kaki mereka. Mereka tidak mungkin
bisa berdiri dengan stabil di atas gunung yang curam itu. Jika mereka ingin
melewati malam mereka di atas gunung ini, maka mereka harus kembali mencari
tempat yang lebih aman.
“Kita sudah berjalan seharian, mari kita mencari
tempat untuk beristirahat.”
“Benar, aku juga merasa begitu lelah.”
“Kakak senior, bagaimana kalau kita mencari tempat
untuk berkemah malam ini?”
“Baik, aku akan menuntun kalian.” kata Tianze selaku
pemimpin tim tersebut. Ia pun menuntun semua orang untuk mencari tempat kemah
yang aman di dalam hutan. Setelah berjalan selama beberapa saat, mereka pun
menemukan sebuah goa yang tidak begitu sama dengan ekspektasi mereka.
“Jangan di sini, meskipun tempat ini sangatlah luas,
namun ini merupakan sebuah lereng yang tidak cocok dijadikan sebagai tempat
tidur.” kata Thomas sambil mengerutkan keningnya. Aura gunung ini sangatlah
aneh, meskipun lereng ini terlihat rata dan sekeliling mereka terdapat pohon
yang mampu menangkal angin, namun Thomas tetap saja merasa tempat ini tidaklah
begitu bagus. Jika dirasakan dari aura yang ada, tempat ini terasa seperti
kuburan yang luas dan tidak cocok untuk ditempati oleh manusia.
No comments: