Baca dengan Tab Samaran ~ Incognito Tab
Bab 1364 –
Jangan Banyak Berkomentar Sebelum Memahami Kesulitan Orang Lain
Tatapan mata Thomas Qin pun menjadi dingin, tersenyum
dalam hati.
“Kamu sungguh berhati mulia, atas dasar apa aku harus
bekerja di bawah tekanan mereka? Siapapun yang ingin aku selamatkan akan aku
selamatkan, begitu juga sebaliknya, siapa yang bisa mengaturku? Memangnya siapa
kamu, kamu juga berbicara soal profesi dokter denganku? Memangnya sudah lupa
dengan apa yang kamu katakan tadi? Saat ini tidakkah seharusnya kamu
memanggilku guru.” Kata Thomas sambil menyilangkan kedua kaki, berkata dengan
sangat tenang.
“Kamu—“
Quincy Yu emosi hingga badan gemetaran, namun
perkataan Thomas Qin memang sama sekali tidak salah, dirinya telah kalah,
inilah kenyataan yang tidak bisa diubah siapapun.
Dalam profesi apapun, tinggi rendahnya ilmu tidak
bergantung pada usia dan jabatan, ini adalah logika yang berlaku selamanya,
meski masih berusia muda, Thomas Qin memiliki kemampuan yang tidak kecil, hal
ini meski tidak ingin diakui oleh Quincy Yu, namun dia tidak memiliki pilihan
lain.
Dia paham sedikit banyak tentang ilmu pengobatan
tradisional, pengobatan tradisional Tionghoa bisa bertahan begitu lama bukan
hanya karena beberapa obat-obatan berkhasiat, diteruskan turun-temurun hingga
saat ini, tentu saja memiliki alasan yang bisa diterima, Quincy Yu bukan
memandang remeh seorang tabib, hanya merasa Thomas masih sangat muda, memangnya
orang semuda dia bisa memiliki kemampuan seberapa besar?
Hanya saja saat ini Thomas Qin sudah membuktikan
kehebatan dirinya, tadinya memiliki sedikit kesan baik pada Thomas,
bagaimanapun juga dia bergelut dalam dunia medis di usia yang cukup mudah.
Hanya saja perkataannya baru saja telah merubah kesan Quincy Yu padanya secara
besar-besaran, apakah itu sikap yang seharusnya dimiliki seorang dokter? Apakah
dia masih bisa dikatakan sebagai seorang dokter yang baik?
Thomas Qin tidak pantas, karena dia tidak memiliki
sedikitpun rasa hormat pada pasien, juga tidak memiliki rasa tanggung jawab,
dokter seperti dia sungguh menjadi penghinaan dalam dunia kedokteran, tidak ada
perbedaan antara pengobatan tradisional Tionghoa dan pengobatan Barat dalam
dunia medis, meski bergelut dalam pengobatan Barat, Quincy Yu menyimpan sedikit
rasa kagum pada pengobatan tradisional Tionghoa, hanya saja beberapa tahun
terakhir penerus pengobatan tradisional Tionghoa sudah semakin sedikit,
menyebabkan pengobatan tradisional Tionghoa hampir termakan zaman.
“Aku tidak ingin mencari masalah denganmu, tetapi
sebagai seorang dokter, yang terpenting adalah hati nurani, jika sebuah hati
nurani saja tidak dimiliki, bagaimana bisa orang itu dikatakan sebagai dokter,
tidak berbeda jauh dengan mayat berjalan, tahukah kamu maksudku? Saat ini kamu
sangat membuatku kecewa, kamu adalah seorang dokter yang memiliki kemampuan
tinggi, tetapi malah melibatkan suasana hati dalam pekerjaan, orang dengan
perasaan labil sepertimu bagaimana bisa menjadi seorang dokter yang mulia? Jika
kamu menyimpan maksud lain pada pasien, keterampilan medismu akan menjadi
sangat tidak berguna, kejamnya sifat manusia membuat hati nurani hilang, dengan
hilangnya hati nurani, maka orang itu sama sekali tidak pantas menjadi seorang
dokter.”
“Tanggung jawab kita adalah menyelamatkan dari mati
dan menyembuhkan dari luka, bukan berdiri tinggi menyalahkan orang lain, tugas
kamu adalah menyelamatkan pasien, berbicara soal hal lain akan sama sekali
tidak berguna, seharusnya kamu menyelamatkan pasien, sekarang juga, inilah yang
harus kamu lakukan. Kamu harus menggunakan niat yang tulus agar bisa menyentuh
hati mereka, meski hati mereka sedang sangat panik, namun semua atas alasan
yang jelas, karena mereka sangat peduli pada
keselamatan anak sendiri, barulah berteriak seperti ini padaku. Yang harus kamu
lakukan adalah memahaminya, memaafkannya, menjadi orangtua tidaklah mudah, aku
sarankan kamu tenangkan diri, segeralah pergi selamatkan pasien, ini bukanlah
waktu untuk meluapkan emosi tidak penting.”
Quincy Yu memberi Thomas pelajaran secara
bertubi-tubi, raut wajah penuh serius dan kata-kata penuh makna dalam,
seolah-seolah seorang guru yang berhati sangat bijak.
“Memangnya siapa kamu?”
Kata Thomas sambil tersenyum, seketika membuat Quincy
Yu terdiam, merasa seolah perkataannya yang panjang lebar itu sama sekali tidak
dianggap oleh Thomas Qin.
Amarah mulai terlintas dalam mata Quincy Yu, Thomas
Qin benar-benar tidak memandang siapapun, juga begitu tidak serius pada pasien,
sama sekali tidak pantas disebut sebagai seorang dokter.
“Jangan banyak berkomentar sebelum memahami kesulitan
orang lain!” Kata Thomas Qin dengan suara dingin.
Niat awalnya sangat baik, ingin menyembuhkan semua
orang, tetapi sekelompok orangtua itu terlalu membuatnya kecewa, di mata Quincy
Yu, dirinya harus menyembuhkan penyakit tanpa mempedulikan semuanya, tapi
nampaknya, dia sama sekali tidak bisa melakukannya!
Pada awalnya dia datang ke rumah sakit dengan harapan
besar, tadinya ingin segera memeriksa dan menyembuhkan pasien, tetapi malah
dikepung oleh sekelompok orangtua tidak tahu diri itu. Yang paling kasihan
adalah hati manusia, karena orang-orang itu terus menerus menuduh Thomas Qin
tanpa alasan, juga memfitnah Tante Kedua-nya, bahkan menuduhkan semua tanggung
jawab pada diri mereka, membuat Thomas Qin marah besar.
Penyakit darurat memang boleh mencari dokter
kemanapun, tetapi kalian malah memaksa menuduhkan musibah pada diriku,
bagaimana bisa diterima?
Hati manusia tidak selamanya suci, dari dulu Thomas
Qin tidak menganggap diri sebagai sang penyelamat, meski dia menyembuhkan
pasien atas keinginan hati sendiri, tetapi berhadapan dengan orang-orang yang
tidak menganggapnya ada, bagaimana mungkin dirinya pergi mengobati dalam
situasi dipermalukan?
Aku bahkan sudah akan dimasukkan penjara oleh kalian,
memangnya tidak wajar jika aku marah? Dewa-Dewi sekalipun tetap ada kalanya
marah, begitu pula dengan Thomas Qin, orang-orang itu bagai kaum penentang
paling kejam di dalam cerita-cerita, tanpa membedakan benar dan salah langsung
membawa Thomas pergi, juga memaksa Thomas ganti rugi dengan nyawa, sikap itu
tidak hanya tidak tahu diri, tetapi juga menunjukkan seberapa kejam hati
manusia.
Thomas merasa sangat kesal dalam hati, tadinya rasa
kesal itu belum sempat menghilang, kini orang-orang itu malah datang memerintah
dirinya? Apakah tidak bercanda?
“Apakah mereka semua nenek moyangku, memarahiku,
meneriakiku, bahkan mendesakku ganti rugi dan mengancamku ke dalam penjara,
namun kini aku masih harus membantu menyembuhkan anak-anak mereka? Kenapa harga
diriku serendah ini? Maaf aku salah bicara, kenapa harga dirimu bisa serendah
ini? Kamu begitu mulia, kamu saja yang pergi, aku sama sekali tidak pantas.”
“Kamu, kamu—“
Kata-kata diucapkan Thomas dengan begitu santai, namun
Quincy Yu bisa merasakan dengan jelas amarah dalam diri laki-laki itu, saat ini
Thomas Qin tidak mudah dihadapi lagi, emosinya bahkan sudah ditunjukkan semua,
tidak mungkin tidak terlihat oleh Quincy Yu.
Saat ini, Thomas Qin benar-benar membuatnya kehabisan
kata-kata.
“Sekalipun mereka ada salah, tetapi anak-anak itu
tidak bersalah, bagaimana boleh hatimu sekeras ini? Memangnya menyembuhkan
penyakit dan menolong orang bukan tanggung jawab seorang dokter?” Kata Quincy
Yu dengan kesal.
“Hatiku keras? Maksudmu aku memang pantas dituduh dan
dijatuhkan? Jika bukan karena kepala rumah sakit tiba tepat waktu, mungkin saja
aku sudah ditenggelamkan mereka menggunakan air liur, Kakak Besar, kini kamu
masih membicarakan hati nurani denganku? Ingat baik- baik, saat bongkahan salju
longsor, setiap butiran salju juga tidak berdosa. Aku juga ingin menjadi dokter
yang mulia, yang dihormati semua orang, namun mereka malah mendesakku ke jalan
buntu, aku saja hampir mati dibuat mereka, kini kamu malah menyuruhku
menyembuhkan anak-anak mereka? Apakah kamu tidak merasa ini lucu sekali?” Kata
Thomas Qin sambil tertawa lebar.
Tidak hanya perawat, bahkan kepala rumah sakit pun
kehabisan kata-kata, tidak tahu harus berkata apa, yang Thomas katakan memang
benar, para orangtua tidak tahu diri itu memang sudah menyulitkan Dokter Qin
berkali-kali.
“Tetapi tidakkah kamu merasa mereka sangat kasihan?”
Tanya Quincy Yu.
“Kasihan?! Aku hanya merasa lucu sekali. Orang yang
kasihan pasti memiliki sisi yang mengundang benci, saat aku kasihan, siapa yang
mengasihaniku?” Tanya Thomas sambil tertawa.
“Kata Buddha, jika aku tidak masuk neraka, siapa yang
akan masuk. Sebagai seorang dokter, sudah seharusnya kita berkorban, kita
adalah dokter, orang-orang berhati mulia yang menyelamatkan manusia dari
kesulitan dan penderitaan, kita—“
“Tunggu dulu, aku belum berencana menjadi biksu, dan
kamu sudah cukup berumur, jika tidak segera menikah, mungkin saja akan segera
menjadi biku. Aku masih muda, aku anjurkan kamu berbaik hati!”
Thomas Qin tersenyum dingin, orang baik busuk seperti
itu sama sekali tidak menarik baginya, dan sikap Quincy Yu yang bersikap
seperti sangat tulus dan mulia itu, benar-benar tidak mampu dia lihat lagi.
“Apakah gurumu tidak pernah mengajari, benda yang
tidak kita inginkan, tidak boleh diberikan pada orang lain? Aku melakukannya
dengan penuh kesediaan, siapa yang berani menghalangi?”
Tatapan mata Thomas Qin tajam bagai pisau, membuat
nafas Quincy Yu terdiam sesaat.
Tatapan mata Thomas Qin pun menjadi dingin, tersenyum
dalam hati.
“Kamu sungguh berhati mulia, atas dasar apa aku harus
bekerja di bawah tekanan mereka? Siapapun yang ingin aku selamatkan akan aku
selamatkan, begitu juga sebaliknya, siapa yang bisa mengaturku? Memangnya siapa
kamu, kamu juga berbicara soal profesi dokter denganku? Memangnya sudah lupa
dengan apa yang kamu katakan tadi? Saat ini tidakkah seharusnya kamu
memanggilku guru.” Kata Thomas sambil menyilangkan kedua kaki, berkata dengan
sangat tenang.
“Kamu—“
Quincy Yu emosi hingga badan gemetaran, namun
perkataan Thomas Qin memang sama sekali tidak salah, dirinya telah kalah,
inilah kenyataan yang tidak bisa diubah siapapun.
Dalam profesi apapun, tinggi rendahnya ilmu tidak
bergantung pada usia dan jabatan, ini adalah logika yang berlaku selamanya,
meski masih berusia muda, Thomas Qin memiliki kemampuan yang tidak kecil, hal
ini meski tidak ingin diakui oleh Quincy Yu, namun dia tidak memiliki pilihan
lain.
Dia paham sedikit banyak tentang ilmu pengobatan
tradisional, pengobatan tradisional Tionghoa bisa bertahan begitu lama bukan
hanya karena beberapa obat-obatan berkhasiat, diteruskan turun-temurun hingga
saat ini, tentu saja memiliki alasan yang bisa diterima, Quincy Yu bukan
memandang remeh seorang tabib, hanya merasa Thomas masih sangat muda, memangnya
orang semuda dia bisa memiliki kemampuan seberapa besar?
Hanya saja saat ini Thomas Qin sudah membuktikan
kehebatan dirinya, tadinya memiliki sedikit kesan baik pada Thomas,
bagaimanapun juga dia bergelut dalam dunia medis di usia yang cukup mudah.
Hanya saja perkataannya baru saja telah merubah kesan Quincy Yu padanya secara
besar-besaran, apakah itu sikap yang seharusnya dimiliki seorang dokter? Apakah
dia masih bisa dikatakan sebagai seorang dokter yang baik?
Thomas Qin tidak pantas, karena dia tidak memiliki
sedikitpun rasa hormat pada pasien, juga tidak memiliki rasa tanggung jawab,
dokter seperti dia sungguh menjadi penghinaan dalam dunia kedokteran, tidak ada
perbedaan antara pengobatan tradisional Tionghoa dan pengobatan Barat dalam
dunia medis, meski bergelut dalam pengobatan Barat, Quincy Yu menyimpan sedikit
rasa kagum pada pengobatan tradisional Tionghoa, hanya saja beberapa tahun
terakhir penerus pengobatan tradisional Tionghoa sudah semakin sedikit,
menyebabkan pengobatan tradisional Tionghoa hampir termakan zaman.
“Aku tidak ingin mencari masalah denganmu, tetapi
sebagai seorang dokter, yang terpenting adalah hati nurani, jika sebuah hati
nurani saja tidak dimiliki, bagaimana bisa orang itu dikatakan sebagai dokter,
tidak berbeda jauh dengan mayat berjalan, tahukah kamu maksudku? Saat ini kamu
sangat membuatku kecewa, kamu adalah seorang dokter yang memiliki kemampuan
tinggi, tetapi malah melibatkan suasana hati dalam pekerjaan, orang dengan
perasaan labil sepertimu bagaimana bisa menjadi seorang dokter yang mulia? Jika
kamu menyimpan maksud lain pada pasien, keterampilan medismu akan menjadi
sangat tidak berguna, kejamnya sifat manusia membuat hati nurani hilang, dengan
hilangnya hati nurani, maka orang itu sama sekali tidak pantas menjadi seorang
dokter.”
“Tanggung jawab kita adalah menyelamatkan dari mati
dan menyembuhkan dari luka, bukan berdiri tinggi menyalahkan orang lain, tugas
kamu adalah menyelamatkan pasien, berbicara soal hal lain akan sama sekali
tidak berguna, seharusnya kamu menyelamatkan pasien, sekarang juga, inilah yang
harus kamu lakukan. Kamu harus menggunakan niat yang tulus agar bisa menyentuh
hati mereka, meski hati mereka sedang sangat panik, namun semua atas alasan
yang jelas, karena mereka sangat peduli pada
keselamatan anak sendiri, barulah berteriak seperti ini padaku. Yang harus kamu
lakukan adalah memahaminya, memaafkannya, menjadi orangtua tidaklah mudah, aku
sarankan kamu tenangkan diri, segeralah pergi selamatkan pasien, ini bukanlah
waktu untuk meluapkan emosi tidak penting.”
Quincy Yu memberi Thomas pelajaran secara
bertubi-tubi, raut wajah penuh serius dan kata-kata penuh makna dalam,
seolah-seolah seorang guru yang berhati sangat bijak.
“Memangnya siapa kamu?”
Kata Thomas sambil tersenyum, seketika membuat Quincy
Yu terdiam, merasa seolah perkataannya yang panjang lebar itu sama sekali tidak
dianggap oleh Thomas Qin.
Amarah mulai terlintas dalam mata Quincy Yu, Thomas
Qin benar-benar tidak memandang siapapun, juga begitu tidak serius pada pasien,
sama sekali tidak pantas disebut sebagai seorang dokter.
“Jangan banyak berkomentar sebelum memahami kesulitan
orang lain!” Kata Thomas Qin dengan suara dingin.
Niat awalnya sangat baik, ingin menyembuhkan semua
orang, tetapi sekelompok orangtua itu terlalu membuatnya kecewa, di mata Quincy
Yu, dirinya harus menyembuhkan penyakit tanpa mempedulikan semuanya, tapi
nampaknya, dia sama sekali tidak bisa melakukannya!
Pada awalnya dia datang ke rumah sakit dengan harapan
besar, tadinya ingin segera memeriksa dan menyembuhkan pasien, tetapi malah
dikepung oleh sekelompok orangtua tidak tahu diri itu. Yang paling kasihan
adalah hati manusia, karena orang-orang itu terus menerus menuduh Thomas Qin
tanpa alasan, juga memfitnah Tante Kedua-nya, bahkan menuduhkan semua tanggung
jawab pada diri mereka, membuat Thomas Qin marah besar.
Penyakit darurat memang boleh mencari dokter
kemanapun, tetapi kalian malah memaksa menuduhkan musibah pada diriku,
bagaimana bisa diterima?
Hati manusia tidak selamanya suci, dari dulu Thomas
Qin tidak menganggap diri sebagai sang penyelamat, meski dia menyembuhkan
pasien atas keinginan hati sendiri, tetapi berhadapan dengan orang-orang yang
tidak menganggapnya ada, bagaimana mungkin dirinya pergi mengobati dalam
situasi dipermalukan?
Aku bahkan sudah akan dimasukkan penjara oleh kalian,
memangnya tidak wajar jika aku marah? Dewa-Dewi sekalipun tetap ada kalanya
marah, begitu pula dengan Thomas Qin, orang-orang itu bagai kaum penentang
paling kejam di dalam cerita-cerita, tanpa membedakan benar dan salah langsung
membawa Thomas pergi, juga memaksa Thomas ganti rugi dengan nyawa, sikap itu
tidak hanya tidak tahu diri, tetapi juga menunjukkan seberapa kejam hati
manusia.
Thomas merasa sangat kesal dalam hati, tadinya rasa
kesal itu belum sempat menghilang, kini orang-orang itu malah datang memerintah
dirinya? Apakah tidak bercanda?
“Apakah mereka semua nenek moyangku, memarahiku,
meneriakiku, bahkan mendesakku ganti rugi dan mengancamku ke dalam penjara,
namun kini aku masih harus membantu menyembuhkan anak-anak mereka? Kenapa harga
diriku serendah ini? Maaf aku salah bicara, kenapa harga dirimu bisa serendah
ini? Kamu begitu mulia, kamu saja yang pergi, aku sama sekali tidak pantas.”
“Kamu, kamu—“
Kata-kata diucapkan Thomas dengan begitu santai, namun
Quincy Yu bisa merasakan dengan jelas amarah dalam diri laki-laki itu, saat ini
Thomas Qin tidak mudah dihadapi lagi, emosinya bahkan sudah ditunjukkan semua,
tidak mungkin tidak terlihat oleh Quincy Yu.
Saat ini, Thomas Qin benar-benar membuatnya kehabisan
kata-kata.
“Sekalipun mereka ada salah, tetapi anak-anak itu
tidak bersalah, bagaimana boleh hatimu sekeras ini? Memangnya menyembuhkan
penyakit dan menolong orang bukan tanggung jawab seorang dokter?” Kata Quincy
Yu dengan kesal.
“Hatiku keras? Maksudmu aku memang pantas dituduh dan
dijatuhkan? Jika bukan karena kepala rumah sakit tiba tepat waktu, mungkin saja
aku sudah ditenggelamkan mereka menggunakan air liur, Kakak Besar, kini kamu
masih membicarakan hati nurani denganku? Ingat baik- baik, saat bongkahan salju
longsor, setiap butiran salju juga tidak berdosa. Aku juga ingin menjadi dokter
yang mulia, yang dihormati semua orang, namun mereka malah mendesakku ke jalan
buntu, aku saja hampir mati dibuat mereka, kini kamu malah menyuruhku
menyembuhkan anak-anak mereka? Apakah kamu tidak merasa ini lucu sekali?” Kata
Thomas Qin sambil tertawa lebar.
Tidak hanya perawat, bahkan kepala rumah sakit pun
kehabisan kata-kata, tidak tahu harus berkata apa, yang Thomas katakan memang
benar, para orangtua tidak tahu diri itu memang sudah menyulitkan Dokter Qin
berkali-kali.
“Tetapi tidakkah kamu merasa mereka sangat kasihan?”
Tanya Quincy Yu.
“Kasihan?! Aku hanya merasa lucu sekali. Orang yang
kasihan pasti memiliki sisi yang mengundang benci, saat aku kasihan, siapa yang
mengasihaniku?” Tanya Thomas sambil tertawa.
“Kata Buddha, jika aku tidak masuk neraka, siapa yang
akan masuk. Sebagai seorang dokter, sudah seharusnya kita berkorban, kita
adalah dokter, orang-orang berhati mulia yang menyelamatkan manusia dari
kesulitan dan penderitaan, kita—“
“Tunggu dulu, aku belum berencana menjadi biksu, dan
kamu sudah cukup berumur, jika tidak segera menikah, mungkin saja akan segera
menjadi biku. Aku masih muda, aku anjurkan kamu berbaik hati!”
Thomas Qin tersenyum dingin, orang baik busuk seperti
itu sama sekali tidak menarik baginya, dan sikap Quincy Yu yang bersikap
seperti sangat tulus dan mulia itu, benar-benar tidak mampu dia lihat lagi.
“Apakah gurumu tidak pernah mengajari, benda yang
tidak kita inginkan, tidak boleh diberikan pada orang lain? Aku melakukannya
dengan penuh kesediaan, siapa yang berani menghalangi?”
Tatapan mata Thomas Qin tajam bagai pisau, membuat
nafas Quincy Yu terdiam sesaat.
No comments: