Baca dengan Tab Samaran ~ Incognito Tab
Bab 1368 –
Aku Ungkap Semuanya
Orang-orang berbondong-bondong membungkukkan badan di
hadapan Thomas, demi menyatakan rasa terima kasih, beberapa di antaranya bahkan
memberikan hadiah pada Thomas, tetapi semua ditolak oleh Thomas.
“Dokter Qin sungguh mulia dan berwibawa!”
“Tidak salah menjadi teladan untuk generasi muda,
kelak aku pasti menyuruh anakku berguru dengan Dokter Qin.”
“Tentu saja, Dokter Qin, Anda harus memberikan arahan
dan bimbingan, semua bergelut di dunia kedokteran, Anda masih sangat muda
tetapi sudah memiliki semangat yang luar biasa, memiliki keterampilan medis
yang tinggi, sungguh seperti terlahirnya kembali Hua Tuo di dunia.”
“Dokter Qin, ini adalah nomor handphoneku, kelak jika
menemui masalah, Dokter Qin boleh meneleponku langsung.”
“Ini punyaku, Dokter Qin ingat hubungi aku ya..”
Semua orang bersikap ramah pada Thomas Qin, sama
sekali tidak arogan dan kasar seperti sebelumnya, bahkan sempat berencana
menginjak-injak Thomas di bawah kaki sendiri.
Manusia memang seperti itu, berbicara soal perasaan,
membuat orang merasa sangat tidak menentu, bagi mereka, hidupnya anak-anak dan
berada dalam keadaan aman, adalah jasa besar Dokter Qin, jika bukan karena
Dokter Qin, anak-anak mereka sangat terancam, rumah sakit tak kunjung memberi
hasil, dan hanya bisa terus mengamati keadaan pasien, situasi sangat berbahaya.
Tetapi begitu Dokter Qin tiba, semua situasi berubah,
mereka sama sekali tidak cemas lagi. Di usia yang masih muda, Dokter Qin
menguasai keterampilan medis yang sangat tinggi, membuat mereka kagum hingga
tunduk.
Kali ini benar-benar kagum, benar-benar hormat pada
Dokter Qin, sama sekali tidak ada lagi sikap lancang seperti sebelumnya
“Baguslah jika baik-baik saja, aku sudah harus kembali
istirahat, ini sudah menjadi tanggung jawab kami sebagai dokter, hati dokter
bagai hati orangtua.”
Selesai bicara, Thomas berbalik badan, semua orang
mengacungkan jempol padanya, inilah teladan yang baik dalam dunia medis, hanya
orang-orang seperti dia, yang pantas disebut sebagai pahlawan.
Setelah pulang ke rumah, Thomas Qin makan dengan
jumlah sangat banyak, tidur selama satu hari satu malam, namun kesadarannya tak
kunjung pulih sepenuhnya, karena yang terkuras memang terlalu banyak, setiap
kali makan selalu dengan porsi beberapa orang, bahkan Bibi Lee pun terkejut
karenanya.
“Tut…tut…tut…”
Thomas mengambil handphone, terlintas nama Vivien
dalam latar, bukankah dia sedang marah pada dirinya? Bagaimana bisa
meneleponnya di saat seperti ini?
“Thomas Qin, sebenarnya apa hubungan kamu dengan
Dokter Qin?”
Tanya Vivien dengan suara berat.
“Aku dan Dokter Qin ya… Kami teman.” Jawab Thomas
sambil tersenyum.
“Kamu bohong!” Kata Vivien.
“Dokter Qin begitu hebat, bagaimana mungkin berteman
denganmu? Dokter Qin pasti gurumu, atau mungkin orang pintar dari Keluarga Qin
kalian. Benar tidak? Jangan membohongiku, jika tidak, bagaimana bisa saat aku
menghubungi Dokter Qin, malah sampainya ke kamu?”
Dalam nada bicara Vivien tersimpan sedikit rasa kesal.
Thomas Qin sangat kewalahan, Vivien sungguh hebat
memikirkan segalanya.
“Baiklah, aku ungkap semuanya.” Kata Thomas sambil
menghela nafas.
“Dokter Qin adalah Paman jauhku, tetapi masih muda,
baru berusia 30 tahun, dulunya dia selalu bertapa di hutan dalam, tidak suka
berinteraksi dengan dunia luar, karena itulah memintaku berpura-pura menjadi
Dokter Qin, agar tidak menyakiti hatimu.”
“Benarkah?” Kata Vivien dengan suara pelan, timbul
rasa kecewa dalam hati.
“Kalau begitu, hubungan kamu dan Dokter Qin memang sangat
dekat, Dokter Qin tidak ingin menyakitiku, Dokter Qin…” Kata Vivien dengan
bengong.
“Kamu punya bukti apa?” Setelah berpikir sejenak,
Vivien lanjut bertanya dengan serius.
“Soal ini ya… kamu tunggu sebentar, aku tanyakan pada
Dokter Qin.”
Thomas Qin tersenyum pahit dalam hati, kelihatannya
Vivien memang tidak mudah dibohongi, tetapi dialah orang pertama yang
menanyakan hubungan dirinya dengan Dokter Qin, baguslah jika begitu, dengan
begitu dirinya pun tidak perlu dijadikan kambing hitam lagi.
Hanya saja yang menjadi kambing hitam kali ini malah
dirinya sendiri.
“Kata Dokter Qin, di bagian bokongmu ada sebuah tahi
lalat merah.”
Setelah berpikir keras, akhirnya demi membuat Vivien
percaya, Thomas Qin terpaksa mengungkit tahi lalat merah yang dia lihat saat
menyembuhkan Vivien.
“Kamu—“
Vivien sontak merasa kesal, menggigit bibir dengan
kuat, merasa sangat malu, bagaimana mungkin Dokter Qin membocorkan rahasia itu
ke orang lain?
Vivien tahu, Dokter Qin pasti memiliki hubungan dengan
Thomas Qin, setelah diyakinkan seperti itu, dia pun menjadi semakin percaya.
“Dengan siapa kamu menelepon, Vivien? Beritahu Kakak
Sepupumu, Thomas, malam ini makan di rumah, Ibu menyiapkan banyak makanan enak,
agar membersihkan hawa-hawa buruk dalam dirimu.” Di ujung telepon, suara Tante
Kedua terdengar oleh Thomas.
“Tidak perlu aku ulangi sekali lagi ya. Suara Ibuku
sudah cukup jelas, semua lantai mendengarnya, dia memasak masakan enak, kamu
beruntung sekali, cepatlah datang.”
Kata Vivien sambil tersenyum, suasana hatinya sedang
sangat baik, kelihatannya dalam hati Dokter Qin, dirinya menempati posisi yang
cukup tinggi, Dokter Qin takut menyakiti hatinya, maka meminta Kakak Iparnya
yang berkomunikasi, hal ini cukup menunjukkan bahkan Dokter Qin adalah seorang
laki-laki berhati hangat.
“Baiklah, sebentar lagi aku kesana, soal makan akulah
jagonya.”
Thomas sangat senang mendengarnya, belakangan ini dia
telah membuat Ibu Angkatnya itu kaget setengah mati, takut sekali dia makan
kebanyakan hingga timbul penyakit.
“Oh ya… masih ada satu hal yang ingin aku tanyakan,
Kak Thomas, eh… apakah Dokter Qin sudah menikah?” Kata Vivien dengan suara
terpatah-patah dari ujung telepon.
“Ini adalah masalah pribadi, jika aku menjawabmu
langsung, rasanya tidak terlalu baik deh?”
Kata Thomas dengan perasaan ragu, kelihatannya Vivien
sungguh menyimpan maksud pada Dokter Qin.
“Katakan tidak! Cepat, kelak jika ada masalah di rumah
sakit kami, aku akan memanggilmu ikut bersama.” Kata Vivien dengan panik.
“Sampai saat ini Dokter Qin belum memiliki pasangan pernikahan.”
Jawab Thomas Qin, pacar memang ada, tetapi sampai saat
ini belum menikah, hanya itu yang bisa dikatakan pada Vivien.
Itu artinya aku masih memiliki kesempatan? Hehehe!
Kata Vivien dalam hati dengan perasaan riang.
“Aku peringatkan kamu, Thomas Qin, awas saja jika kamu
berani sembarang bicara, membocorkan semua yang aku katakan.”
Hati Vivien dipenuhi rasa gembira, Dokter Qin belum
memiliki pasangan, dengan begitu dirinya memiliki kesempatan yang sangat besar.
Dalam hati meronta-ronta, Vivien sudah yakin memilih
Dokter Qin, tidak akan berubah selamanya!
Vivien melihat sekilas tubuh sendiri, dia harus
menikah dengan Dokter Qin, bagaimanapun caranya, dia harus mendapatkan Dokter
Qin, itu adalah tujuan perjuangan hidupnya. Wibawa Dokter Qin, ilmu dan bakat
yang dimiliki Dokter Qin, dan hati Dokter Qin yang begitu mulia, membuat Vivien
tergila-gila.
Sejak awal dia sudah merasa yakin dalam hati, Dokter
Qin pasti akan menjadi suaminya, berpikir demikian Vivien merasa semakin yakin.
Kali ini dirinya menjadi orang yang pertama kali
disembuhkan oleh Dokter Qin, sudah cukup terlihat, jika orang lain, bagaimana
mungkin mengutamakan keselamatan dirinya? Hanya Dokter Qin yang bisa
melakukannya, hanya Dokter Qin pasangan idamannya.
Mungkin saja ini adalah sebuah pertanda? Bahwa Dokter
Qin memang ditakdirkan berjodoh dengan dirinya, dan di situasi mendesak seperti
itu, siapa lagi yang disembuhkan Dokter Qin jika bukan dirinya?
Dan dalam keadaan tidak sadar, dia bisa merasakan
dengan jelas betapa besar rasa peduli Dokter Qin padanya, bagi Vivien, dirinya
sudah pasti akan berkeluarga dan hidup selamanya bersama Dokter Qin.
Kini dengan adanya perkataan Thomas Qin sebagai
penengah, Vivien merasakan hubungannya dengan Dokter Qin semakin dekat, benar
kata pepatah, mengandalkan seseorang demi meraih sebuah keinginan, Thomas
adalah Kakak Sepupunya, dalam masalah seperti ini dia harus memberi bantuan dan
dukungan.
Hati Vivien penuh kegembiraan, meski dia belum pernah
bertemu langsung dengan Dokter Qin, tetapi dari segi tubuh dan paras, Dokter
Qin pasti termasuk tipe yang paling dirinya sukai.
“Dokter Qin, seumur hidup ini aku akan bersamamu,
hehehe…”
Kata Vivien sambil tertawa kegirangan memeluk
handphonenya.
“Ting…tong…”
“Siapa? Cepat bukakan pintu, Vivien, coba lihat siapa
yang datang, jangan bilang Kakak Thomas-mu? Kenapa cepat sekali?” Kata Ernie
Tang sambil memasak di dalam dapur.
“Baiklah.”
Vivien segera bergegas membukakan pintu, dia baru saja
selesai telepon dengan Thomas Qin, mungkinkah orang itu tiba secepat ini?
Vivien membuka pintu, raut wajah seketika menjadi
aneh.
Orang-orang berbondong-bondong membungkukkan badan di
hadapan Thomas, demi menyatakan rasa terima kasih, beberapa di antaranya bahkan
memberikan hadiah pada Thomas, tetapi semua ditolak oleh Thomas.
“Dokter Qin sungguh mulia dan berwibawa!”
“Tidak salah menjadi teladan untuk generasi muda,
kelak aku pasti menyuruh anakku berguru dengan Dokter Qin.”
“Tentu saja, Dokter Qin, Anda harus memberikan arahan
dan bimbingan, semua bergelut di dunia kedokteran, Anda masih sangat muda
tetapi sudah memiliki semangat yang luar biasa, memiliki keterampilan medis
yang tinggi, sungguh seperti terlahirnya kembali Hua Tuo di dunia.”
“Dokter Qin, ini adalah nomor handphoneku, kelak jika
menemui masalah, Dokter Qin boleh meneleponku langsung.”
“Ini punyaku, Dokter Qin ingat hubungi aku ya..”
Semua orang bersikap ramah pada Thomas Qin, sama
sekali tidak arogan dan kasar seperti sebelumnya, bahkan sempat berencana
menginjak-injak Thomas di bawah kaki sendiri.
Manusia memang seperti itu, berbicara soal perasaan,
membuat orang merasa sangat tidak menentu, bagi mereka, hidupnya anak-anak dan
berada dalam keadaan aman, adalah jasa besar Dokter Qin, jika bukan karena
Dokter Qin, anak-anak mereka sangat terancam, rumah sakit tak kunjung memberi
hasil, dan hanya bisa terus mengamati keadaan pasien, situasi sangat berbahaya.
Tetapi begitu Dokter Qin tiba, semua situasi berubah,
mereka sama sekali tidak cemas lagi. Di usia yang masih muda, Dokter Qin
menguasai keterampilan medis yang sangat tinggi, membuat mereka kagum hingga
tunduk.
Kali ini benar-benar kagum, benar-benar hormat pada
Dokter Qin, sama sekali tidak ada lagi sikap lancang seperti sebelumnya
“Baguslah jika baik-baik saja, aku sudah harus kembali
istirahat, ini sudah menjadi tanggung jawab kami sebagai dokter, hati dokter
bagai hati orangtua.”
Selesai bicara, Thomas berbalik badan, semua orang
mengacungkan jempol padanya, inilah teladan yang baik dalam dunia medis, hanya
orang-orang seperti dia, yang pantas disebut sebagai pahlawan.
Setelah pulang ke rumah, Thomas Qin makan dengan
jumlah sangat banyak, tidur selama satu hari satu malam, namun kesadarannya tak
kunjung pulih sepenuhnya, karena yang terkuras memang terlalu banyak, setiap
kali makan selalu dengan porsi beberapa orang, bahkan Bibi Lee pun terkejut
karenanya.
“Tut…tut…tut…”
Thomas mengambil handphone, terlintas nama Vivien
dalam latar, bukankah dia sedang marah pada dirinya? Bagaimana bisa
meneleponnya di saat seperti ini?
“Thomas Qin, sebenarnya apa hubungan kamu dengan
Dokter Qin?”
Tanya Vivien dengan suara berat.
“Aku dan Dokter Qin ya… Kami teman.” Jawab Thomas
sambil tersenyum.
“Kamu bohong!” Kata Vivien.
“Dokter Qin begitu hebat, bagaimana mungkin berteman
denganmu? Dokter Qin pasti gurumu, atau mungkin orang pintar dari Keluarga Qin
kalian. Benar tidak? Jangan membohongiku, jika tidak, bagaimana bisa saat aku
menghubungi Dokter Qin, malah sampainya ke kamu?”
Dalam nada bicara Vivien tersimpan sedikit rasa kesal.
Thomas Qin sangat kewalahan, Vivien sungguh hebat
memikirkan segalanya.
“Baiklah, aku ungkap semuanya.” Kata Thomas sambil
menghela nafas.
“Dokter Qin adalah Paman jauhku, tetapi masih muda,
baru berusia 30 tahun, dulunya dia selalu bertapa di hutan dalam, tidak suka
berinteraksi dengan dunia luar, karena itulah memintaku berpura-pura menjadi
Dokter Qin, agar tidak menyakiti hatimu.”
“Benarkah?” Kata Vivien dengan suara pelan, timbul
rasa kecewa dalam hati.
“Kalau begitu, hubungan kamu dan Dokter Qin memang sangat
dekat, Dokter Qin tidak ingin menyakitiku, Dokter Qin…” Kata Vivien dengan
bengong.
“Kamu punya bukti apa?” Setelah berpikir sejenak,
Vivien lanjut bertanya dengan serius.
“Soal ini ya… kamu tunggu sebentar, aku tanyakan pada
Dokter Qin.”
Thomas Qin tersenyum pahit dalam hati, kelihatannya
Vivien memang tidak mudah dibohongi, tetapi dialah orang pertama yang
menanyakan hubungan dirinya dengan Dokter Qin, baguslah jika begitu, dengan
begitu dirinya pun tidak perlu dijadikan kambing hitam lagi.
Hanya saja yang menjadi kambing hitam kali ini malah
dirinya sendiri.
“Kata Dokter Qin, di bagian bokongmu ada sebuah tahi
lalat merah.”
Setelah berpikir keras, akhirnya demi membuat Vivien
percaya, Thomas Qin terpaksa mengungkit tahi lalat merah yang dia lihat saat
menyembuhkan Vivien.
“Kamu—“
Vivien sontak merasa kesal, menggigit bibir dengan
kuat, merasa sangat malu, bagaimana mungkin Dokter Qin membocorkan rahasia itu
ke orang lain?
Vivien tahu, Dokter Qin pasti memiliki hubungan dengan
Thomas Qin, setelah diyakinkan seperti itu, dia pun menjadi semakin percaya.
“Dengan siapa kamu menelepon, Vivien? Beritahu Kakak
Sepupumu, Thomas, malam ini makan di rumah, Ibu menyiapkan banyak makanan enak,
agar membersihkan hawa-hawa buruk dalam dirimu.” Di ujung telepon, suara Tante
Kedua terdengar oleh Thomas.
“Tidak perlu aku ulangi sekali lagi ya. Suara Ibuku
sudah cukup jelas, semua lantai mendengarnya, dia memasak masakan enak, kamu
beruntung sekali, cepatlah datang.”
Kata Vivien sambil tersenyum, suasana hatinya sedang
sangat baik, kelihatannya dalam hati Dokter Qin, dirinya menempati posisi yang
cukup tinggi, Dokter Qin takut menyakiti hatinya, maka meminta Kakak Iparnya
yang berkomunikasi, hal ini cukup menunjukkan bahkan Dokter Qin adalah seorang
laki-laki berhati hangat.
“Baiklah, sebentar lagi aku kesana, soal makan akulah
jagonya.”
Thomas sangat senang mendengarnya, belakangan ini dia
telah membuat Ibu Angkatnya itu kaget setengah mati, takut sekali dia makan
kebanyakan hingga timbul penyakit.
“Oh ya… masih ada satu hal yang ingin aku tanyakan,
Kak Thomas, eh… apakah Dokter Qin sudah menikah?” Kata Vivien dengan suara
terpatah-patah dari ujung telepon.
“Ini adalah masalah pribadi, jika aku menjawabmu
langsung, rasanya tidak terlalu baik deh?”
Kata Thomas dengan perasaan ragu, kelihatannya Vivien
sungguh menyimpan maksud pada Dokter Qin.
“Katakan tidak! Cepat, kelak jika ada masalah di rumah
sakit kami, aku akan memanggilmu ikut bersama.” Kata Vivien dengan panik.
“Sampai saat ini Dokter Qin belum memiliki pasangan pernikahan.”
Jawab Thomas Qin, pacar memang ada, tetapi sampai saat
ini belum menikah, hanya itu yang bisa dikatakan pada Vivien.
Itu artinya aku masih memiliki kesempatan? Hehehe!
Kata Vivien dalam hati dengan perasaan riang.
“Aku peringatkan kamu, Thomas Qin, awas saja jika kamu
berani sembarang bicara, membocorkan semua yang aku katakan.”
Hati Vivien dipenuhi rasa gembira, Dokter Qin belum
memiliki pasangan, dengan begitu dirinya memiliki kesempatan yang sangat besar.
Dalam hati meronta-ronta, Vivien sudah yakin memilih
Dokter Qin, tidak akan berubah selamanya!
Vivien melihat sekilas tubuh sendiri, dia harus
menikah dengan Dokter Qin, bagaimanapun caranya, dia harus mendapatkan Dokter
Qin, itu adalah tujuan perjuangan hidupnya. Wibawa Dokter Qin, ilmu dan bakat
yang dimiliki Dokter Qin, dan hati Dokter Qin yang begitu mulia, membuat Vivien
tergila-gila.
Sejak awal dia sudah merasa yakin dalam hati, Dokter
Qin pasti akan menjadi suaminya, berpikir demikian Vivien merasa semakin yakin.
Kali ini dirinya menjadi orang yang pertama kali
disembuhkan oleh Dokter Qin, sudah cukup terlihat, jika orang lain, bagaimana
mungkin mengutamakan keselamatan dirinya? Hanya Dokter Qin yang bisa
melakukannya, hanya Dokter Qin pasangan idamannya.
Mungkin saja ini adalah sebuah pertanda? Bahwa Dokter
Qin memang ditakdirkan berjodoh dengan dirinya, dan di situasi mendesak seperti
itu, siapa lagi yang disembuhkan Dokter Qin jika bukan dirinya?
Dan dalam keadaan tidak sadar, dia bisa merasakan
dengan jelas betapa besar rasa peduli Dokter Qin padanya, bagi Vivien, dirinya
sudah pasti akan berkeluarga dan hidup selamanya bersama Dokter Qin.
Kini dengan adanya perkataan Thomas Qin sebagai
penengah, Vivien merasakan hubungannya dengan Dokter Qin semakin dekat, benar
kata pepatah, mengandalkan seseorang demi meraih sebuah keinginan, Thomas
adalah Kakak Sepupunya, dalam masalah seperti ini dia harus memberi bantuan dan
dukungan.
Hati Vivien penuh kegembiraan, meski dia belum pernah
bertemu langsung dengan Dokter Qin, tetapi dari segi tubuh dan paras, Dokter
Qin pasti termasuk tipe yang paling dirinya sukai.
“Dokter Qin, seumur hidup ini aku akan bersamamu,
hehehe…”
Kata Vivien sambil tertawa kegirangan memeluk
handphonenya.
“Ting…tong…”
“Siapa? Cepat bukakan pintu, Vivien, coba lihat siapa
yang datang, jangan bilang Kakak Thomas-mu? Kenapa cepat sekali?” Kata Ernie
Tang sambil memasak di dalam dapur.
“Baiklah.”
Vivien segera bergegas membukakan pintu, dia baru saja
selesai telepon dengan Thomas Qin, mungkinkah orang itu tiba secepat ini?
Vivien membuka pintu, raut wajah seketika menjadi
aneh.
No comments: