Bab 1
"Heh, orang buta bodoh! Cepat
bereskan barang-barangmu dan keluar dari rumahku."
Di vila keluarga Juwana, Yasmin yang
telanjang bulat berjalan ke ruang bawah tanah tempat Adriel tinggal. Wanita itu
menatap angkuh Adriel yang sedang membersihkan lantai.
Adriel tidak mengangkat kepalanya dan
tetap diam, terus membersihkan lantai.
Yasmin menendang Adriel hingga jatuh
ke tanah.
"Dasar orang buta bodoh! Aku
sedang berbicara padamu, apa kamu tuli?"
Adriel perlahan bangkit, tidak
mengetahui kalau wanita seksi di depannya dengan tubuh lebih indah dari pada
artis sangat senang bertelanjang di rumah.
"Bisa saja aku pergi, tapi aku
ingin mengambil kembali apa yang menjadi milikku," ucap Adriel.
"Memang apa yang menjadi
milikmu? Kornea mata? Atau saham di Grup Bintang?"
Yasmin tertawa sarkasme.
"Fantasimu tinggi juga, ya. Sekarang nggak ada yang menjadi milikmu,
termasuk Grup Bintang. Semuanya adalah milik keluargaku."
"Bahkan nyawamu pun milik
keluargaku. Aku nggak akan membunuhmu, hanya membiarkanmu pergi dan bertahan
hidup sendiri. Itu saja sudah lebih dari cukup untukmu."
Adriel tanpa sadar mengepal erat
tangannya, kemarahan jelas terlihat di wajahnya.
Lebih dari sepuluh tahun yang lalu,
Ana melarikan diri ke Kota Silas bersama putrinya, Yasmin Juwana. Mereka berdua
hidup dalam kesulitan.
Ana Juwana adalah wanita yang lahir
dengan kecantikan alami. Dia tidak memiliki keluarga dan dianiaya oleh
penjahat. Ibunya Adriel menyelamatkan Ana dan putrinya, menerima mereka dan
membuat Ana bekerja di Grup Bintang.
Ibunya Adriel sangat menyukai Ana dan
menganggapnya sebagai sahabat. Dia membimbing Ana menjadi wakil dirut di
perusahaan dengan tanggung jawab yang besar.
Dua tahun yang lalu, orang tua Adriel
terlibat dalam kecelakaan mobil. Akan tetapi sebelum meninggal, mereka
memercayakan perusahaan dan Adriel pada Ana.
Adriel sangat memercayai Ana, sama
sekali tidak pernah berpikir kalau Ana adalah wanita yang jahat. Wanita itu
memenangkan hati para karyawan di perusahaan dan menyingkirkan pihak-pihak yang
dianggap sebagai ancaman. Saham Adriel hanya cukup untuk makan dan minum saja.
Lebih parahnya lagi, mata Yasmin
terluka dan Ana mengambil kornea Adriel untuk ditransplantasikan pada mata
Yasmin.
Sejak saat itu Adriel buta dan
dikendalikan di rumah oleh Ana, layaknya seekor kucing peliharaan, mengalami
siksaan dan penghinaan dari kedua orang itu. Adriel hanya bisa tinggal di ruang
bawah tanah yang gelap dan lembab, hidup dalam kemalangan.
"Kenapa? Marah? Ingin
memukulku?"
Yasmin tersenyum menghina, melangkah
maju dengan anggun dan membusungkan dadanya dengan bangga, lalu berkata dengan
penuh tekanan, "Ayo pukul aku! Dasar buta!"
"Ayo, pukul aku!" kata
Yasmin sambil menampar pipi Adriel dengan keras.
Yasmin sudah berlatih taekwondo ejak
kecil , sekarang dia sudah menjadi sabuk hitam DAN V. Meskipun Adriel tidak
buta, dia juga tidak akan bisa mengalahkan Yasmin.
Selama dua tahun dikurung di ruang
bawah tanah oleh keluarga Juwana, Adriel menjadi "samsak" manusia.
Dia sering dipukuli Yasmin hingga babak belur, bahkan beberapa tulang rusuknya
pernah patah.
"Nggak berguna! Aku menyuruhmu
memukul tapi malah nggak berani, untuk apa pengecut sepertimu masih hidup?
Lebih baik kamu mati saja!"
Darah mengalir dari sudut bibir
Adriel. Rasa amarah, frustasi dan dendam yang dia pedam selama dua tahun ini
akhirnya meledak. Tiba-tiba dia meninju Yasmin.
Yasmin juga tidak pernah menyangka
kalau Adriel, yang biasanya tetap diam meski dipukul, dimaki dan pengecut ini
berani melawannya. Tanpa persiapan, Yasmin terkena pukulan Adriel di dadanya.
Seketika itu Adriel sedikit bingung,
pukulannya ini terasa seperti mengenai gumpalan yang lembut.
Walaupun mengenai bagian tubuh Yasmin
yang lembut, tetap saja menyakitkan.
"Cari mati kamu!"
Yasmin menendang kepala Adriel ke
samping dengan kaki telanjangnya. Adriel langsung merasa kepalanya terkena
palu, membuatnya pusing dan terjatuh.
Yasmin menginjak keras punggung
Adriel sambil menarik tangan kanan pria itu, yang membuat tangan kanan Adriel
patah. Adriel menjerit kesakitan.
Yasmin masih belum puas walaupun
sudah mematahkan satu tangan Adriel. Yasmin kembali menghajar, memukul dan
menendang Adriel, membuat pria itu berdarah-darah dan sekarat.
"Sudah cukup! Apa kamu
benar-benar ingin membunuhnya?"
Ana masuk ke ruang bawah tanah,
memancarkan pesona yang elegan.
Yasmin memang sudah tumbuh menjadi
wanita muda yang anggun dengan tubuh menggoda, tetapi kalau dibandingkan dengan
Ana, dia masih kalah jauh.
Ana melahirkan Yasmin saat dia
berumur lima belas tahun. Sekarang Ana berusia tiga puluh empat tahun. Kedua
ibu anak ini lebih terlihat seperti kakak adik dari pada orang tua - anak.
Pesona dan daya tarik Ana adalah
sesuatu yang Yasmin tidak bisa gapai.
"Bu, kita sudah memelihara orang
nggak berguna ini selama dua tahun. Apa gunanya lagi? Lebih baik kita bunuh
saja. Aku selalu muak setiap kali melihatnya."
Yasmin berkata sambil menarik lengan
Ana.
"Dia masih belum boleh mati, itu
akan memengaruhi reputasiku. Aku pasti sudah membunuhnya sejak lama kalau bukan
karena itu."
Ana berbicara dengan suara dominan
yang menakutkan, sangat kuat dan meyakinkan.
"Ibu ... "
Yasmin merajuk.
"Sudahlah, panggil Dokter Landa
untuk merawatnya. Ada urusan mendesak di perusahaan, aku harus pergi,"
kata Ana.
"Iya, aku mengerti."
Yasmin menjawab dengan cemberut.
Namun setelah Ana pergi, Yasmin
kembali ke ruang bawah tanah dan berkata dengan dingin, "Ibuku ingin
mempertahankan hidupmu, tapi aku ingin kamu mati. Orang nggak berguna sepertimu
hanya membuang-buang udara!"
Yasmin menyeret satu tangan Adriel
keluar dari ruang bawah tanah seperti sedang menyeret karung, lalu
melemparkannya ke ruang tamu sehingga meninggalkan jejak darah!
"Bibi Tania, bersihkan rumah ini
dengan bersih. Aku nggak ingin ada barang-barangnya di sini. Nanti malam, buang
dia ke sungai untuk memberi makan ikan!"
Yasmin berkata kepada pelayan
rumahnya.
"Nona Yasmin, bukannya Bu Ana
bilang dia nggak boleh mati?" tanya Bibi Tania.
"Lakukan saja sesuai perintahku.
Aku akan bertanggung jawab kalau ada masalah nanti."
Yasmin tampak tidak senang.
Bibi Tania segera menyeret Adriel
keluar dan melemparkannya ke dalam bagasi mobil. Setelah malam tiba, di tengah
hujan deras dia mengendarai mobil menuju tepi Sungai Silas dan langsung
menjatuhkan Adriel ke sungai.
Namun, hujan yang lebat membuat volum
air naik, arus sungai yang deras malah mendorong Adriel ke tepi sungai.
Air hujan yang dingin membangunkan
Adriel yang hampir mati, membangkitkan keinginannya untuk bertahan hidup.
Adriel merangkak perlahan-lahan di
lumpur dan akhirnya masuk ke dalam sebuah kuil tua yang sudah terbengkalai di
tepi Sungai Silas. Dia benar-benar sudah kehabisan tenaga.
Adriel tergeletak di tanah, merasa
dirinya hampir mati, hanya saja dia tidak menerima keadaan ini!
"Dewa, apa Engkau buta?"
ucap Adriel dengan napas tersengal.
"Mengapa orang baik nggak
memiliki akhir yang baik? Orang tuaku baik, tetapi mereka malah terkena
malapetaka. Ibu dan Anak keluarga Juwana begitu licik, tapi mereka malah
beruntung. Aku nggak rela!"
"Ya Dewa, kenapa Engkau begitu
nggak adil!"
Duar!
Sebuah petir menggelegar, seolah-olah
langit marah dan membelah pohon tua di luar kuil yang sudah miring itu menjadi
arang!
"Ayo, Dewa. Kalau Engkau bisa,
kenai aku dengan petir sampai mati!"
Adriel menatap dengan mata
membelalak, wajahnya penuh dengan keputusasaan dan kemarahan yang tidak
terungkap!
Kilat menyambar dan petir bergemuruh,
hujan dan angin bersatu, kuil tua itu hampir runtuh karena badai.
Adriel tidak bisa bertahan lebih lama
lagi, kelopak matanya terasa berat dan kesadarannya mulai kabur, lalu dia
pingsan.
Pada saat itulah, seorang kakek
keluar dari belakang patung di dalam kuil yang sudah hancur.
"Langit dan bumi nggak berbelas
kasihan, Dewa ini benar-benar buta, nampaknya kamu juga manusia yang
sial."
Kakek itu menghela nafas. Dia
memeriksa tubuh dan denyut nadi Adriel yang lemah, lalu membuka matanya.
Tiba-tiba, kakek ini tertawa seperti
orang gila.
"Ternyata dia memiliki kemampuan
mata ganda?"
"Dewa, apa Engkau membuka mata?
Engkau membiarkanku bertemu dengan seseorang yang memiliki kemampuan mata ganda
sebelum aku mati. Aku akan mewariskan pemuda ini pengetahuanku, memberikannya
kesempatan yang luar biasa!"
No comments: