Bab 16
Adriel menyadari kalau dia tidak lagi
membenci wanita itu.
Malam berlalu, Ana terbanguri oleh
suara dering telepon. Ketika melihat ponselnya, dia terkejut karena tertidur
hingga pukul sepuluh pagi.
Ana belum pernah bangun se-siang ini.
Meskipun Ana kejam dan tegas, di
dalam hatinya dia adalah seorang wanita yang kurang rasa aman.
Hal ini terkait dengan pengalaman
masa
lalunya. Ketika Ana berusia lima
belas tahun, dia diperkosa oleh orang berpengaruh dan akhirnya berhasil
melarikan diri dari cengkeraman pria itu. Peristiwa ini seperti mimpi buruk
yang terus menghantuinya.
Oleh karena itu Ana berusaha maju
dengan segala cara, menggunakan status dan uang untuk melindungi dirinya hanya
untuk sedikit rasa aman.
Ana sering terbangun karena mimpi buruk
dan merasa takut di dalam hatinya, kualitas tidurnya pun selalu buruk.
Akan tetapi, tidurnya tadi malam tadi
merupakan tidur yang paling tenang dan aman selama dua puluh tahun terakhir.
Ana merasakan pelukan kokoh dan
hangat melindunginya saat masih dalam keadaan linglung, itu membuatnya merasa
aman.
Ana menyadari dirinya tidur di
pelukan Adriel.
Ana langsung menutup telepon dan
segera bangun, lalu merapikan pakaian dan rambutnya.
"Kamu tertidur dengan nyenyak,
jadi aku nggak membangunkanmu," kata Adriel.
"Cepat kamu pergi, jangan
biarkan Yasmin melihatmu."
Ana mengatakannya dengan wajah
dingin.
Adriel juga tidak banyak bicara. Saat
dia sedang berpakaian, suara ketukan pintu terdengar lagi.
"Ibu, sudah bangun?" Suara
Yasmin terdengar dari luar.
Ana kembali terkejut, tetapi
untungnya pintu terkunci. Ana lalu berkata, "Belum, kenapa?"
"Aku ingin mengatakan sesuatu,
boleh aku masuk?"
Sekali lagi Ana memberi isyarat pada
Adriel untuk segera pergi, dia benar- benar takut Adriel tiba-tiba bersuara.
Namun Adriel tetap tidak bergeming
dan terus berbaring di ranjang, membuat Ana marah dan ingin melemparkan pria
itu dari lantai atas.
"Kamu ngomong dari sana,"
kata Ana.
Yasmin merenung sejenak, lalu
berkata, " Ibu, sebenarnya kamu nggak perlu berkorban begitu keras. Selama
ini Ibu hidup seorang diri, itu bukanlah sesuatu yang mudah. Ibu bisa
mencarikan Ayah tiri untukku, aku nggak keberatan."
Wajah Ana memerah, hampir saja mati
di tempat, dia lalu menatap Adriel.
Sementara itu, Adriel hanya tersenyum
dan menganggukkan kepala dengan ekspresi setuju.
Pertama kalinya Adriel menyadari
kalau Yasmin masih memiliki sedikit empat Sepertinya menjadi ayah tiri Yasmin
terdengar sangat menyenangkan.
"Omong kosong apa itu,"
teriak Ana dengan dingin.
"Ibu, aku sudah dua puluh tahun,
bukan lagi gadis kecil. Tadi malam aku nggak pergi ke hotel jadi aku
mendengarnya. Dati pada menghibur diri sendiri, lebih baik carikan aku seorang
Ayah tiri."
Yasmin berkata dengan serius.
Ana begitu kesal dan frustasi sementara
Adriel hampir tidak bisa menahan tawanya.
Ana meraih bantal dan melemparkannya
ke arah Adriel.
"Ibu, sebenarnya aku juga ingin
memiliki seorang Ayah tiri. Selama itu adalah orang yang kamu sukai dan dia
memperlakukanmu dengan baik, aku jamin aku nggak akan keberatan dan akan
memperlakukannya seperti Ayah kandung. Ibu pikirkan lagi, ya!"
Yasmin melanjutkan.
"Sudahlah, jangan bicara lagi,
segera turun ke bawah!"
Ana melihat ekspresi Adriel yang
menahan tawa dan hampir saja dia meledak karena amarah. Ana segera mengusir
Yasmin.
Setelah mendengar suara langkah
Yasmin turun tangga, Adriel baru berkata, " Putrimu sangat perhatian. Aku
merasa apa yang dia katakan sangat masuk akal. Aku juga senang menjadi Ayah
tiri untuknya. Bagaimana kalau aku langsung mengatakannya pada Yasmin?"
"Diam!"
Ana benar-benar kehilangan kendali,
dia menggertakkan gigi dan menerjang ke depan, seolah-olah ingin menelan Adriel
hidup-hidup.
"Adriel, kuperingatkan, ya.
Kalau kamu berani memberi tahu Yasmin tentang hubungan kita, aku pasti akan
memusuhimu seumur hidupku!"
Ana melotot dengan niatan membunuh,
mengancam dengan galak.
Adriel sama sekali tidak peduli
dengan ancaman Ana, dia mengenakan pakaian dan mencemooh. "Aku iri padamu,
bisa memiliki seorang putri yang baik. Kamu seharusnya merasa beruntung
memiliki putri yang pengertian."
"Mati saja kamu!"
Ana kembali menyerang dengan marah,
keanggunan dan kelembutannya hilang begitu saja setelah mendengar perkataan
Adriel.
Adriel melompat ke belakang, dengan
cepat berjalan ke balkon. Sebelum pergi, dia berkata, "Aku akan datang
lagi malam ini."
"Makhluk kecil, kalau kamu
berani datang malam ini, aku akan membuatmu nggak bisa pulang dalam keadaan
utuh. Aku akan menghancurkan tubuh menjadi beberapa bagian!"
Ana juga mengucapkan kata-kata paling
kejam!
No comments: