Bab 17
Setelah Adriel pergi, Ana butuh
beberapa saat untuk menenangkan diri dari amarahnya yang meluap, lalu dia
menelepon sekretarisnya. A
"Bu Ana, ada masalah," kata
Sania.
"Katakan."
Ana segera memulihkan kembali kewibawaan
dan auranya.
"Grup Jahaya baru saja mengirim
seseorang untuk menghentikan semua kerja sama. Para pemegang saham sepertinya
telah mendapatkan kabar sebelumnya. Sekarang, mereka ingin Anda datang dan
memberikan penjelasan. 11
Ana mengerutkan keningnya
kebingungan. "Kenapa panik? Hari ini adalah pesta ulang tahun Simon dan
pasti banyak orang yang ingin menjilatnya. Semua orang mengincarnya. Grup
Jahaya menghentikan kerja sama dengan k pada saat ini hanya untuk melihat
kesungguhan kita, bahkan mungkin ingin mendapatkan beberapa kondisi yang
menguntungkan."
"Lalu para pemegang saham...
"Biarkan mereka semua pulang,
aku akan menanganinya sendiri. Bukan bagian mereka mencampuri urusanku."
Ana tetap tegas seperti biasa,
setelah selesai bicara dia langsung menutup telepon.
Ana membersihkan diri dan mengenakan
pakaian sebelum turun ke bawah, lalu berpas-pasan dengan Yasmin yang keluar
dari kamar.
"Ibu... Maafkan aku. Aku nggak
mendengarkanmu untuk menginap di hotel. Aku nggak ingin menginap di hotel, di
sana sangat kotor."
Yasmin berkata.
"Belakangan ini kamu makin
mandiri dan memiliki pendapatmu sendiri. Kalau kamu begitu berpendirian, kenapa
nggak mencoba pergi keluar dan mencari pengalaman ? Apa yang kamu lakukan di
rumah?"
Ana berkata dengan nada dingin.
"Maaf, aku nggak akan
melakukannya lagi. Ibu jangan marah, jangan usir aku, ya."
Yasmin terkejut dan memegang lengan
Ana sambil memohon ampun dengan manja.
"Jangan terjadi lagi."
Ana berjalan dua langkah, lalu
tiba-tiba berbalik dan berkata, "Selain itu, mulai sekarang kenakan
pakaian dengan baik dan jangan lagi telanjang di rumah."
"Kenapa?" Yasmin berpikir
dalam hatinya, 'Kebiasaanku ini 'kan belajar dari Ibu?'
"Nggak ada alasan, lakukan
saja."
Setelah Ana selesai berbicara, dia
turun ke lantai bawah. Yasmin terpaksa kembali ke kamarnya untuk mengenakan
pakaian sebelum turun.
"Kamu segera kembali ke sekolah
dan tinggal di sana."
"Baiklah."
Yasmin mengatupkan bibirnya dan tiba-
tiba berkata, "Bu, bisakah membawaku ke pesta keluarga Millano malam ini?
Aku juga ingin menambah pengalamanku. Beberapa teman sekelasku juga
pergi."
Ana ragu sejenak, lalu mengangguk
setuju.
Namun sebelum Yasmin pergi, dia tiba
- tiba berkata, "Ibu, pertimbangkanlah apa yang aku katakan tadi dengan
serius."
"Iya, urus dirimu sendiri dan
jangan membuat masalah untukku. Aku bisa mengurus urusanku sendiri."
Ana tidak bisa mengatakan apa pun dan
tidak tahu lagi harus menjawab seperti apa. Dia segera menyuruh Yasmin pergi.
Setelah Yasmin pergi, Ana pergi ke
ruang bawah tanah dan membangunkan nia yang pingsan.
"Bu Ana, apa Anda baik-baik
saja? Maaf, saya tidak menyangka Adriel akan menjadi begitu kuat."
Kedua tangan dan kaki Tania patah,
sekarang dia adalah orang cacat.
"Tolong bantu aku sekali lagi,
carikan seorang ahli yang hebat. Nggak peduli biayanya, yang pasti harus
membunuh Adriel!"
Mata Ana penuh dengan aura membunuh.
Meskipun dia merasa nyaman semalam, itu tidak menghalangi tekadnya untuk
membunuh Adriel. Kalau tidak, ke depannya Ana akan dikuasai oleh bocah busuk
itu.
Ana tidak akan pernah membiarkan
dirinya dikendalikan oleh orang lain.
"Dia bisa dengan mudah melukai
saya, mungkin kemampuannya di tingkat empat. Kalau ingin membunuhnya, minimal
memerlukan bantuan ahli tingkat lima. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana dia
bisa mencapai kemampuan tingkat empat!"
Tania masih bingung
Ana juga sebenarnya tidak bisa
mengerti. Adriel awalnya buta dan nggak berguna, bagaimana bisa pria itu
tiba-tiba bangkit.
"Itu sudah nggak penting lagi.
Yang penting sekarang, aku ingin dia mati."
Tania merenung sejenak lalu berkata,
" Saya teringat seseorang. Dia pasti memiliki kemampuan untuk membunuh
Adriel."
No comments: