Bab 19
Pegawai itu segera bersikap hormat
setelah melihat gadis itu.
"Nona Jessy, ada apa?"
Jessy segera berjalan ke konter meja
dan berkata, "Dokter Bagas tadi memberikan resep obat untuk menyelamatkan
nyawa ayahku, di dalamnya membutuhkan rumput air liur naga ini. Jadi aku ingin
membeli rumput air liur naga ini."
"Baik, kalau begitu bisa segera
ambil, menyelamatkan Pak Tobby adalah yang terpenting."
Tanpa ragu pegawai itu memberikan
rumput air liur naga pada Jessy.
Adriel Mengerutkan keningnya dan
menekan kotak obat.
"Tarik kembali tanganmu."
Jessy melirik Adriel dengan tatapan
dingin dan Adriel berkata dengan nada perintah.
"Aku sudah membayarnya. Rumput
air liur naga ini punyaku. Dia tidak memiliki hak untuk memberikannya
padamu."
Rumput air liur naga ini sangat
penting baginya, sepertinya sulit menemukan tanaman kedua di seluruh Kota Silas
dalam waktu yang singkat.
Bagaimana mungkin Adriel
menyerahkannya begitu saja kepada orang lain.
"Apa kamu tahu siapa aku?"
"Nggak tahu dan nggak ingin
tahu."
Pegawai Apotek Darma langsung
berkata, "Nona Jessy adalah putri Pak Tobby Buana, Direktur Divisi Keuangan
Kota Silas. Anda tidak bisa menyinggungnya, lebih baik Anda menyerahkan rumput
air liur naga ini pada Nona Jessy."
Adriel mencibir, identitas Jessy
memang cukup kuat.
Menurut sistem administrasi Kerajaan
Elang, pejabat tertinggi di sebua adalah wali kota, orang yang mengendalikan
segalanya. tota
Di bawah wali kota, terbagi menjadi
tiga divisi dan sembilan belas biro, masing - masing mengawasi sembilan belas
departemen.
Divisi Keuangan adalah salah satu
dari tiga divisi dengan kekuasaan yang sangat besar.
"Kalau aku nggak mengizinkan,
bagaimana?"
Meskipun latar belakang Jessy sangat
kuat dan berkuasa, hal itu belum cukup untuk membuat Adriel tunduk, patuh dan
melakukan apa yang diperintahkan.
"Kamu!"
Jessy menatap Adriel dengan marah.
"Kamu, apa kamu! Aku sudah
membayarnya, jadi rumput air liur ini adalah milikku. Kenapa hanya karena
perkataanmu, aku harus memberikannya padamu? Mau memanfaatkan kekuasaanmu untuk
menindas orang lain? Lebih baik kita semua berdiskusi dan mencari solusi yang
adil."
Sikap Adriel tegas dan tanpa rasa
takut.
Banyak orang yang membeli obat dan
berobat di Apotek Darma. Kejadian itu seketika menarik perhatian banyak orang
dan sebagian besar orang masih berdiri di pihak Adriel.
Raut wajah Jessy berubah masam,
dengan identitasnya, tidak baik untuk langsung memicu kemarahan orang banyak.
"Baiklah, anggap saja rumput air
liur naga itu milikmu. Aku akan membelinya dengan uang, bagaimana?"
Jessy menahan amarahnya.
"Aku nggak menjualnya."
Adriel segera menolak.
"Aku akan menaikkan harganya.
Berapa tadi kamu beli? Aku akan membayar dua kali lipat."
"Aku, nggak, menjualnya!"
Adriel berkata dengan jelas,
menunjukkan sikap tegasnya.
Jessy marah hingga sudut matanya
berkedut, matanya berkilat tajam sambil mengepalkan tangannya dengan erat.
"Pak, Pak Tobby sakit parah dan
sangat membutuhkan rumput air liur naga untuk menyelamatkan nyawanya. Ini
masalah hidup dan mati, Nona Jessy juga sudah menawarkan harga dua kali lipat.
Hanya dalam waktu singkat, Anda sudah bisa mendapatkan keuntungan lebih dari
delapan miliar. Kenapa tidak mau melakukannya? Apa Anda juga membutuhkan rumpur
air liur naga ini untuk menyelamatkan nyawa Anda?"
Pegawai Apotek Darma membuka suara
dan berbicara.
Jessy juga seorang wanita cerdas,
tiba - tiba dia mendapat ide brilian dan berkata kepada orang-orang yang
menonton, Para tetua dan warga, saya juga meminta bantuan kalian untuk
memberikan pendapat."
"Ayah saya dalam kondisi kritis,
benar- benar bergantung pada obat ini untuk menyelamatkan nyawanya. Sebelumnya
saya juga sangat khawatir, jadi sikap saya mungkin kurang baik."
"Tapi ini menyangkut nyawa
manusia, saya bersedia membayar dua kali lipat untuk membelinya, itu masuk
akal, 'kan?"
"Bapak ini bisa untung lebih
dari delapan miliar hanya dengan satu gerakan, tapi dia tetap tidak mau
menjualnya. Pada dasarnya, dia hanya melihat kalau saya sedang terburu-buru dan
ingin memeras uang lebih banyak. Apakah kalian pikir ini masuk akal?"
Adriel tersenyum samar saat mendengar
perkataan Jessy. Gadis ini memang cerdas, meniru cara orang lain dengan berdiri
di atas dasar moralitas untuk mengkritik dan memberi tekanan pada Adriel.
No comments: