Bab 3
Adriel
menekan tubuh Ana dengan kuat, melepaskan bajunya dan mengikat tangan Ana
dengan baju itu.
"Dasar
b*rengsek! Lepaskan aku, kalau nggak ... hmph ... "
Sebelum Ana
bisa menyelesaikan makiannya, mulutnya sudah ditutupi dan dia hanya bisa
merintih.
Ana berjuang
dengan keras, tidak pernah terpikirkan kalau Adriel yang biasanya lemah dan
pengecut tiba-tiba menjadi begitu kuat.
Perjuangan
Ana sia-sia!
Ana membayar
harga atas perbuatannya sendiri.
Amarah dan
rasa frustasi Adriel yang tertumpuk selama dua tahun ini tiba-tiba meledak,
sama sekali tidak mengerti apa itu belas kasihan.
Setelah
sekian lama, Adriel melepaskan semua kemarahan dan kekecewaan yang telah dia
tahan selama bertahun-tahun.
Mata Ana
berkaca-kaca dengan tubuh yang terbaring di sofa, dia merasa lemas dan hampir
hancur.
"Makhluk
kecil, turun dari tubuhku!"
Resonansi
suaranya perlahan memudar, hanya menyisakan kemarahan dan niat membunuh di hati
Ana.
Sayangnya,
Ana tidak memiliki sisa tenaga, kalau tidak dia pasti akan mengangkat pedangnya
dan menyerang Adriel.
Pada saat ini
Adriel juga sudah tenang dan berpikiran jernih, amarah di dalam hatinya mereda,
tetapi dia tidak menyesal telah melakukan hal itu.
Karena, Ana
benar-benar sangat halus!
Hanya saja,
rencana awal Adriel untuk memukuli Ana dan mencungkil matanya tidak lagi
memungkinkan.
Meskipun agak
kasar dan kejam, ini adalah cara terbaik dan paling memuaskan untuk membalas
dendam kepada Ana dan Yasmin.
"Ana,
hutang antara kita sudah selesai. Kuberi kamu waktu satu minggu, serahkan Grup
Bintang! Itu bukan milikmu dan aku harus mengambilnya kembali! Kalau aku
menemukan kematian orang tuaku ada hubungannya denganmu, aku akan
membunuhmu!"
"Makhluk
kecil, kamu berani mengancamku? Masih ingin merebut warisan? Aku nggak akan
membiarkanmu hidup sampai besok!"
Ana marah
besar!
"Benarkah?
Kalau begitu coba saja, apa kamu bisa membunuhku atau nggak!"
Adriel
mengenakan pakaian dan pergi dengan gagah!
Ana marah
besar, dia melihat tubuhnya memar-memar, terutama di bagian yang dia banggakan,
terasa sangat sakit karena dipukul.
Shh!
Tiba-tiba Ana
merasa sangat sakit saat dia duduk!
Sudah dua
puluh tahun berlalu dan belum ada yang berani bertindak seperti ini padanya!
Meskipun agak
menyenangkan, tetapi Adriel masih harus dibunuh!
"Sebenarnya
aku ingin memberimu kesempatan hidup, tapi sekarang kamu yang mencari mati
sendiri. Biarlah aku memenuhi keinginanmu!"
Mata Ana
penuh dengan aura membunuh.
Pertama-tama
Ana menelepon Yasmin dan berkata kalau Adriel tidak mati.
"Orang
buta sialan ini benar-benar menyebalkan dan susah mati!"
Yasmin memaki
dari telepon.
"Yasmin,
aku merasa kalau dia sepertinya berubah menjadi orang yang berbeda, nggak
seperti sebelumnya!"
Ana meraba
pantatnya yang panas dan ngilu sambil kebingungan. Bagaimanapun, selama ini
hidup Adriel lebih parah dari pada kucing di keluarga Juwana. Kenapa bisa
terjadi perubahan besar dalam satu malam?
"Apanya
yang bisa berbeda? Dia berubah sebanyak apa pun, tetap saja orang buta nggak
berguna."
Luna
mengatakannya dengan nada menghina.
Ana juga
tidak bisa mengatakan kalau Adriel memperkosanya, masalah ini adalah sesuatu
yang tidak boleh diketahui oleh Yasmin.
"Dia
sekarang seperti kucing yang gila, bisa melakukan apa saja. Hati-hati, mungkin
saja dia akan membalas dendam padamu!"
Ana
mengingatkan.
Yasmin
langsung tertawa setelah mendengar kata-kata itu.
"Ibu ...
Ibu baik-baik saja? Dia berani membalas dendam padaku? Anggap saja dia berani,
apa aku akan takut juga padanya? Aku bisa membunuhnya dengan mudah!"
Yasmin
mencibir.
"Dia
kembali, 'kan? Aku akan segera pulang, lihat bagaimana aku akan
menghajarnya!"
"Jangan
kembali! Aku akan mengatur orang untuk menanganinya, belajarlah dengan baik di
sekolah."
Ana tidak
ingin putrinya melihat penampilannya sekarang.
Kalau sampai
Yasmin tahu Ana dipermainkan oleh orang yang paling dia remehkan, Ana tidak
bisa memikirkan bagaimana putrinya akan marah dan menggila di tempat!
Setelah
menutup telepon dengan Yasmin, Ana kemudian menelepon pelayan rumah.
"Adriel
nggak mati, sekarang pergi dan temukan dia. Bunuh dia dan bawa kepala nya
kembali kepadaku. Aku nggak akan menyalahkan apa yang telah terjadi
sebelumnya!"
Tania lalu
berkata, "Bukannya Bu Ana nggak ingin dia mati?"
Semalam Tania
melemparkan Adriel ke sungai dan Ana sangat marah setelah dia pulang. Ana
menyalahkan Yasmin dan mengusir pelayan rumah yang telah setia padanya selama
bertahun-tahun.
Ana marah
karena dia tidak mengizinkan siapa pun melanggar perintahnya.
Tania hanya
bisa mengikuti perintahnya, bukan perintah Yasmin. Ini adalah otoritas
mutlaknya.
"Aku
ingin dia mati sekarang!"
Ana berkata
dengan nada dingin.
Hal yang
paling membuat Ana marah adalah tubuh mulianya ini ternodai oleh orang yang
paling lemah dan paling tidak berguna, Adriel harus dibunuh!
Ana masih
tidak bisa membalas dendam pada orang berpengaruh yang memperkosanya waktu itu.
Akan tetapi
Adriel berbeda. Dia adalah sampah yang buta, beraninya dia mencemari Ana? Ini
adalah aib yang besar!
"Siap
laksanakan!"
Tania
berkata.
Adriel
meninggalkan vila keluarga Juwana dan langsung menuju Pemakaman Bukit Langit.
Selama dua
tahun ini, Adriel berada di bawah kendali keluarga Juwana dan tidak pernah
pergi berziarah ke makan orang tuanya.
Pemakaman
Bukit Langit adalah pemakaman terbaik di Kota Silas, hanya orang kaya atau
berkuasa yang bisa dikubur di sini.
Kuburan ini
awalnya dipilih oleh Ana.
Adriel datang
ke depan makam dan melihat ada bunga segar dan persembahan yang diletakkan di
sana. Mungkin ada yang datang untuk berziarah hari ini.
"Siapa
yang akan berziarah ke orang tuaku?"
Adriel tidak
memiliki kerabat di Kota Silas, yang paling dekat dengannya adalah ibu dan
putri keluarga Juwana, serta keluarga Lein yang telah bertunangan dengannya.
Ibu dan anak
dari keluarga Juwana pasti tidak mungkin datang mengunjungi makam, keluarga
Lein juga tidak mungkin.
Cheky Lein
dan Michael, ayah Adriel adalah saudara sepupu. Pada awalnya mereka berdua
memulai usaha bersama, tetapi Cheky sering gagal dan berhutang puluhan miliar.
Sementara
perusahaan Michael berkembang pesat dan makin maju.
Kemudian
Michael membantu Cheky melunasi hutangnya dan memberikan modal untuk membantu
memulai bisnis kembali. Michael mendukung Cheky dengan maksimal sehingga
membuat perusahaannya tumbuh dan menjadi kuat.
Cheky
mengusulkan pernikahan antara dua keluarga dan menjanjikan putrinya, Fanny,
kepada Adriel sebagai calon pengantin.
Kemudian
Michael dan istri mengalami masalah, keluarga Lavali jatuh miskin dan Cheky
berbalik mengingkari janji. Tidak lama setelah pemakaman, Cheky langsung
mengusulkan untuk membatalkan pertunangan. Sejak saat itu, tidak ada hubungan
lagi dengan keluarga Lein.
Saat ini,
Cheky adalah pengusaha terkenal di Kota Silas, dia memiliki bisnis yang maju
dan keluarga yang besar.
"Ayah,
Ibu, maafkan anak kalian yang nggak pernah datang mengunjungi kalian selama dua
tahun ini."
Adriel
berlutut di depan makam orang tuanya, tidak bisa menahan tangisnya.
"Aku
bersumpah akan menyelidiki kecelakaan mobil waktu itu. Kalau ada orang yang
dengan sengaja menyakiti kalian, aku akan membalas dendam untuk kalian."
"Keluarga
Juwana dan keluarga Lein adalah orang-orang yang jahat dan nggak tahu berterima
kasih. Aku nggak akan membiarkan satu pun dari mereka lepas!"
"Lucu
sekali, sungguh nggak tahu diri. Kedua keluarga ini hanya perlu menggerakkan
jari mereka dan bisa langsung menghancurkanmu."
Terdengar
suara ejekan dari belakang Adriel.
Adriel
mengusap air mata dan berbalik melihat tiga orang di belakangnya. Seorang pria
berusia sekitar enam puluh tahun, seorang lagi pria paruh baya dan seorang
gadis muda yang cantik dan berkarisma.
"Siapa
kamu?"
"Kamu
nggak perlu tahu aku siapa. Tapi kalau aku nggak salah, kamu adalah orang
bawahan Ana, 'kan?"
Wina Millano
tersenyum menghina sambil mengatakannya.
Adriel
mengerutkan keningnya dan berkata, "Bukan urusanmu!"
"Aku
muak dengan orang sepertimu yang nggak punya kemampuan apa pun, tapi bisanya
membual di depan orang mati saja."
"Wina!
Jangan bicara lagi."
Simon Millano
dengan tegas menghentikan gadis itu, lalu berkata kepada Adriel, "Maaf,
gadis ini terlalu sombong, perkataan dan tindakannya nggak sopan. Mohon
dimaafkan, ya, teman kecil."
Adriel
melirik Simon sekilas dan menyimpulkan kalau dia bukanlah orang biasa. Pria
paruh baya di sisinya memiliki pandangan yang tajam, napasnya panjang dan
stabil dengan puncak kepala yang sedikit menonjol. Jelas kalau orang ini adalah
seorang ahli.
No comments: