Bab 4
Pihak lain
meminta maaf secara aktif dan Adriel tidak mempermasalahkannya lagi. Dia tetap
berlutut di depan makam orang tuanya.
Simon pergi
ke samping dengan pengawalnya dan Wina.
"Ayah,
orang ini sangat nggak tahu malu. Kamu nggak tahu 'kan, dia adalah seorang
penjudi buruk dengan hutang yang besar dan ditangkap karena menggunakan
narkoba. Jadi pernikahannya dengan keluarga Lein dibatalkan. Kalau bukan karena
Ana, seorang wanita yang memiliki kemampuan luar biasa, sedikit warisan orang
tuanya pasti sudah habis olehnya."
"Selain
itu, kalau bukan karena perlindungan Ana, dia sudah lama mati ditikam oleh
rentenir!"
"Kutebak
pasti Ana nggak mau memberikan uang padanya untuk berjudi dan menggunakan
narkoba, jadi dia memarahi Ana dengan kejam. Faktanya, dia adalah orang yang
kejam."
"Bagaimana
kamu tahu masalah ini?" tanya Simon.
"Ana
memiliki kerja sama bisnis dengan keluarga kita. Aku sudah beberapa kali
bertemu dengannya dan sedikit mengaguminya, jadi aku mendengar beberapa gosip
tentang keluarga Lavali."
"Ana
Juwana ... Aku juga pernah mendengar tentangnya. Dia adalah wanita yang cukup
cerdas dan berbakat. Tapi, urusan orang lain nggak ada hubungannya dengan kita,
nggak perlu dipedulikan."
Simon
berkata.
Adriel
sekarang adalah seorang mahaguru alam bawaan, dengan pendengaran yang tajam dan
penglihatan yang jelas. Dia mendengar kata-kata Wina dengan jelas.
"Hebat
sekali Ana! kamu menjadi orang yang suci, meraih nama baik dan keuntungan, tapi
merusak reputasiku. Kamu sangat jahat!"
Adriel
mengepalkan tangannya, memikirkan reputasinya yang pasti buruk dan busuk di
kalangan orang-orang.
Adriel ingin
sekali menghukum Ana dengan keras untuk meredakan kemarahannya.
Adriel duduk
di depan makam untuk beberapa saat sebelum dia bangkit dan bersiap-siap pergi.
Pada saat itu,
tiba-tiba terdengar suara panik Wina yang tidak jauh dari sana.
"Ayah,
apa yang terjadi denganmu? Bangunlah!"
Adriel
menggunakan kemampuan mata ganda untuk melihatnya dan dalam sekejap dia dapat
melihat pemandangan yang berjarak seratus meter darinya.
Dia hanya
melihat Simon sudah pingsan, wajahnya pucat, mulutnya mengeluarkan busa putih
dan disertai dengan kejang-kejang.
Simon yang
tiba-tiba sakit membuat Wina dan pengawalnya, James Eswin, ketakutan.
"Cepat,
antar ayah ke rumah sakit."
Wina segera
menenangkan diri dan James menggendong Simon di punggungnya, lalu berlari ke
tempat parkir.
"Waktu
perjalanan dari sini ke rumah sakit, paling cepat setengah jam. Kalau nggak
ditangani dalam waktu sepuluh menit, dia akan mati."
Adriel
berkata sambil melewati mereka.
"Omong
kosong! Kamu bukan dokter, kamu ngerti apa?"
Wina sangat
marah.
"Aku
bukan dokter, tapi aku mengerti ilmu kedokteran. Sekarang hanya aku yang bisa
menyelamatkannya," kata Adriel dengan penuh keyakinan.
"Kamu
pikir kamu ini siapa? Dasar penjudi busuk, jangan berpikir aku nggak tahu siapa
kamu."
Wina sangat
meremehkan Adriel, lalu berkata kepada James, "Paman James, ayo kita
pergi."
"Beri
aku waktu tiga menit. Kalau aku nggak bisa menyelamatkannya, lakukan apa yang
kalian inginkan. Kalau kalian tetap ingin membawanya ke rumah sakit dalam
keadaan seperti ini, dia pasti akan mati."
Kata-kata
Adriel membuat Wina dan James berhenti lagi.
"Nona
Wina, bagaimana kalau mencobanya?"
James ragu
melihat ekspresi tenang Adriel dan dia agak kurang percaya.
"Perkataan
penjudi buruk ini nggak bisa dipercaya, 'kan? Keadaan ayahku nggak bisa ditunda
lagi."
Wina sama
sekali tidak percaya pada Adriel.
"Aku
sudah mengatakan apa yang harus kukatakan. Percaya atau nggak itu urusan
kalian."
Adriel
berjalan langkah demi langkah untuk turun gunung.
"Kak
James, ayo cepat pergi. Kita nggak bisa menundanya."
Wina
mendesak.
Namun, James
membuat keputusan dan menghentikan Adriel.
"Aku
memberimu waktu tiga menit untuk mencobanya. Kalau dalam tiga menit kamu nggak
bisa menyelamatkannya, aku akan langsung mematahkan lehermu!"
Adriel
tertawa dingin di dalam hatinya. James belum tentu bisa menjadi lawannya kalau
memang akan melakukan itu.
"Kak
James ... " Wina ingin menghentikannya.
James lalu
berkata, "Nona Wina, kalau terjadi sesuatu pada Pak Simon, aku akan
membunuh anak ini dan meminta maaf dengan mati. Sekarang, kita harus
bertaruh."
Setelah James
selesai berbicara, dia meletakkan Simon.
"Biarkan
dia berbaring datar, lepaskan bajunya."
Meskipun
Adriel mewarisi ilmu pengobatan dari gurunya, ini adalah pertama kalinya dia
beraksi untuk menyembuhkan. Jadi dia agak gugup dan mengeluarkan jarum emas
saat berbicara.
Setelah
memastikan titik-titik akupunktur dengan benar, Adriel menusukkan lima jarum
emas dengan panjang bervariasi ke titik akupunktur Simon.
Ini adalah
jarum takdir yang diajarkan oleh gurunya, yang merupakan teknik jarum pertama
di dunia. Teknik ini memiliki kekuatan untuk mengambil takdir langit, mengubah
nasib, mengubah daging dan tulang serta bisa menghidupkan orang yang sudah
mati.
Adriel
menjepit jarum emas dengan dua jari, mengangkat dan menekannya.
James yang
duduk di sampingnya menatap Adriel dengan pandangan tajam. Dia melihat kalau
dua jari Adriel tidak benar-benar menyentuh jarum emas, tetapi jarum emas itu
masih bisa bergerak naik turun.
James
terkejut dan dia berpikir di dalam hatinya, 'Apa menggunakan energi untuk
mengendalikan jarum? Dia benar-benar seorang mahaguru alam bawaan?'
'Nggak
mungkin! Sepertinya dia baru berusia dua puluhan, mana mungkin bisa menjadi
mahaguru alam bawaan!'
James sendiri
memiliki bakat yang luar biasa, dia telah berlatih dengan keras selama lebih
dari dua puluh tahun. Dia saja baru mencapai petarung tingkat enam. Sulit
dipercaya kalau pria muda di depannya ini adalah seorang mahaguru alam bawaan.
"Sudah
hampir tiga menit. Kenapa ayahku belum bangun juga? Aku benar, 'kan, kamu ini
seorang penipu!"
Wina berkata
dengan marah, "Kak James, bunuh dia!"
"Diam,
jangan berisik!"
Adriel
berkata dengan dingin, "Apa kamu terburu-buru ingin dilahirkan kembali?
Belum tiga menit, kenapa kamu terburu-buru?"
"Kamu!"
Wina begitu
marah dan putus asa, berani sekali Adriel menghinanya seperti ini, sangat
jahat!
"Nona
Wina, tenanglah sedikit," kata James.
"Oke!
Tinggal tiga puluh detik terakhir, nanti aku lihat bagaimana kamu bisa
berkelit."
Wina
memandangi jam tangannya sambil menghitung waktu, sementara Adriel sudah mulai
mencabut jarum emas itu.
"Kenapa
masih belum bangun? Aku tahu kamu memang penipu!" maki Wina dengan keras.
Pada saat
yang sama, Simon batuk dengan keras dua kali dan benar-benar terbangun!
Wina dan
James langsung terkejut, tidak bisa memercayainya.
"Ayah!
Akhirnya Anda bangun, bagaimana perasaannya?"
Wina segera
membantu Simon.
"Tiba-tiba
aku merasakan nyeri menusuk di dada, apa yang terjadi?"
Simon
berdiri, dia tidak merasa ada yang aneh saat ini.
"Ini
adalah serangan jantung mendadak."
Adriel
menjelaskan dari samping.
James
menceritakan apa yang baru saja terjadi dan baru setelah itu, Simon tahu kalau
Adriel adalah orang yang menyelamatkannya.
"Terima
kasih sudah menyelamatkan nyawaku tanpa memedulikan kesalahan masa lalu. Aku
nggak menyangka kalau pemuda spertimu memiliki keahlian medis yang begitu
hebat. Kami sudah salah menilaimu."
Simon
membungkuk kepada Adriel dengan wajah penuh rasa terima kasih.
"Keahlian
medis apanya? Menurutku dia hanya beruntung saja. Mungkin hanya pingsan
tiba-tiba, nggak serius sama sekali. Dia mendapat untung dari itu."
Wina masih
tidak percaya kalau Adriel, seorang penjudi buruk bisa memiliki keterampilan
medis yang luar biasa. Wina merasa tidak puas dan segera menghinanya.
"Kamu
bilang aku kucing buta juga nggak apa-apa, tapi dari perkataanmu itu, ayahmu
tikus mati, ya?"
Adriel
membalas dengan ejekan.
"Cari
mati kamu!"
Wina sangat
marah dan mengacungkan jarinya ke Adriel, matanya terbuka lebar karena amarah,
siap untuk memberi pelajaran kepada Adriel.
"Diam!"
Simon
berteriak dengan marah, "Cepat minta maaf padanya!"
No comments: