Bab 8
Adriel tidak
terlalu banyak membicarakan masalah pribadi, tetapi Yunna tetap lanjut
berbicara.
"Dengan
kemampuanmu, menghadapi Ana akan sangat mudah. Aku juga sangat senang bisa
membantu."
"Aku
nggak terburu-buru, bermain pelan-pelan dengannya lebih seru."
Adriel
tersenyum kecil.
Yunna
merenung dalam hati, "Ana, kamu dan aku sama terkenalnya. Dari segi
kemampuan dan penampilan, aku nggak tentu lebih unggul darimu."
"Tapi,
bagaimanapun kamu nggak lebih baik dariku, kamu kalah dariku! Kamu
menyia-nyiakan Adriel, harta karun besar ini. Sedangkan aku bisa berteman
dengannya. Kalau bukan karena kamu orang yang dipercaya orangtuanya, kamu pasti
akan menginjak-nginjak keluarga Millano di masa depan."
Selama
setahun ini, Ana semakin kuat dan tampaknya mulai mengungguli Yunna.
Di kota
Silas, ada yang mengatakan Yunna cantik, tetapi dia kurang memiliki daya tarik
dan dewasa seperti Ana, jadi dia kalah.
Selain itu,
Yunna punya latar belakang yang baik dan kekayaan yang melimpah. Sementara, Ana
mengembangkan Grup Bintang setelah kematian pasangan Juwana dan kemampuannya
juga lebih kuat dari Yunna.
Sebagai dua
wanita cantik yang paling terkenal di Kota Silas, Yunna tentu saja tidak terima
mendengar kata-kata tersebut, dia diam-diam bersaing dengan Ana.
Sekarang dia
merasa sangat nyaman. Bagaimanapun, dengan hubungannya bersama Adriel, dia bisa
mendapatkan kembali kemenangannya!
"Pak
Adriel, apa di rumah masih ada yang kurang? Berikan daftarnya padaku, aku akan
membelinya. Terus, apa kamu butuh pelayan rumah? Aku akan mengaturkannya
untukmu, kamu pasti puas."
Yunna
bertekad untuk menjaga hubungannya dengan Adriel.
"Aku
terbiasa sendiri, aku akan membeli barangnya sendiri, nggak perlu
repot-repot."
Adriel
mengalami pengkhianatan dari Ana dan ibunya. Jadi, dia selalu waspada dan tidak
mudah percaya dengan orang lain.
Yunna adalah
wanita cerdas yang tahu batas dan tidak terburu-buru.
"Baiklah,
kalau ada yang diperlukan, katakan saja padaku."
Adriel
berkeliling di villa, semuanya memang sudah direnovasi ulang, hanya tamannya
yang masih sama.
"Pak
Adriel, sudah malam, apa aku boleh makan malam bersamamu?"
"Makan
malam bersama Nona Yunna adalah hal yang menyenangkan, siapa yang bisa
menolaknya? Ini adalah kehormatan bagiku."
Meskipun
Adriel mencurigai Yunna, kesan yang ada pada dirinya memang begitu, apalagi
Yunna memiliki daya tarik yang tidak bisa dia tolak.
Adriel adalah
orang biasa, dihadapkan dengan wanita cantik, dia sulit menolak.
Yunna
mengemudi membawa Adriel ke pusat perbelanjaan terbesar di pusat kota.
"Bukan
pergi makan?" tanya Adriel.
"Restorannya
ada di lantai paling atas, aku sudah memesan tempat. Sekarang masih sore,
bagaimana kalau kita jalan-jalan di mal dulu, aku akan membelikan beberapa
pakaian."
Yunna berkata
dengan perhatian.
"Oke,
kalau gitu, Nona Yunna tolong berikan aku saran."
Adriel
memakai baju murah yang dibeli di kios pinggir jalan yang sudah dicuci sampai
pudar, memang sudah waktunya membeli beberapa baju baru.
"Nggak
usah khawatir, serahkan saja padaku, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."
Yunna
mengedipkan matanya pada Adriel, menunjukkan sedikit keceriaan yang jarang
terlihat.
Yunna membawa
Adriel ke toko Gucci, ketika mereka hendak masuk, ponsel Yunna berdering.
"Maaf,
aku angkat telepon sebentar, masuk dan lihat-lihat dulu, aku akan segera
datang," ucap Yunna.
Adriel
menganggukkan kepala dan masuk ke toko, segera ada pegawai yang datang untuk
melayani.
"Halo,
Pak, selamat datang di Gucci," sambut pegawai wanita muda dengan hangat.
"Apa
yang mau kamu beli? Aku bisa merekomendasikan yang paling cocok untukmu."
Pegawai
wanita dengan atusias melayani tanpa meremehkan Adriel karena barang yang
dijualnya.
"Aku
lihat-lihat dulu," kata Adriel.
"Adriel?"
Saat itu,
satu pegawai yang mengenali Adriel terkejut.
"Jessica
Mirna?"
Adriel juga
mengenali orang itu, dia adalah teman sekelasnya di SMA, dulu pernah
mengejarnya dan terlihat cukup menarik.
"Kudengar
kamu ditangkap karena menggunakan narkoba, kapan kamu dibebaskan?" tanya
Jessica dengan jijik.
Adriel
merasakan penghinaan Jessica. Dia tidak menjelaskan apa pun dan berkata dengan
tenang, "Nggak ada hubungannya denganmu."
"Kamu
kira kamu siapa? Pecandu narkoba, penjudi kelas dua, apa kamu pikir kamu masih
menjadi tuan muda keluarga Juwana?"
Jessica
mengejek.
Beberapa pegawai
yang sedang tidak sibuk datang dan bertanya pada Jessica apa yang terjadi.
Jessica segera menjelaskan dengan bersemangat, "Ini teman sekelas SMA-ku,
dulu dia anak orang kaya dan sangat sombong."
"Dua
tahun yang lalu, orangtuanya meninggal dan dia kehilangan segalanya. Dia
menjadi pecandu narkoba serta pejudi dan kehilangan seluruh harta."
Pegawai lain
yang mendengar perkataan itu segera ikut bergosip.
"Hari
ini kamu datang ke toko kita untuk apa? Ini toko Gucci, apa kamu bisa
membelinya? Kamu bukan mau mencuri, 'kan? Dasar pejudi."
Jessica
mengejek Adriel dengan sinis.
Adriel
tersenyum dan berkata, "Bukannya dulu kamu yang mengejarku dan aku
menolakmu? Apa kamu sependendam itu?"
"Itu
karena dulu aku buta. Lihatlah dirimu yang berpakaian seperti pedagang kaki
lima, tapi berani masuk ke toko kita, nggak tahu malu. Pergilah dari
sini!"
Jessica
mengusir Adriel.
"Nona
Jessica, dia pelanggan, kita nggak boleh mengusir pelanggan, hati-hati
dilaporankan."
Pegawai toko
yang melayani Adriel, Silvia Wijaya, berkata dengan suara pelan.
"Tutup
mulutmu! Memangnya aku takut dia melaporkanku?" kata Jessica dengan
angkuh.
"Ya,
orang yang suka berjudi sepertinya nggak mungkin bisa membeli Gucci. Jessica
adalah kepala toko, pacarnya manajer, kalau dia melaporkannya, itu juga nggak
ada gunanya."
Kata pegawai
lain yang mendukung Jessica.
"Kamu
sudah dengar? Sekarang aku sudah menjadi kepala toko dan pacarku adalah
manajer, sedangkan kamu? Kamu hanya pejudi yang dibenci semua orang!"
"Cepat
keluar, jangan mengotori lantai kita, kalau nggak aku akan memanggil
satpam."
Jessica
sangat senang, akhirnya dia bisa menunjukkan keberanian di depan Adriel dan
membalas dendam karena ditolak.
Meskipun
Yunna di luar menelepon, dia tetap memerhatikan situasi di dalam toko. Dia bisa
mendengar ucapan Jessica dengan jelas, kemarahan mulai muncul di matanya.
Dia segera
menyelesaikan urusan di telepon dan masuk.
"Seorang
kepala toko berlagak hebat, berani menjelekkan dan mengusir pelanggan. Siapa
yang memberimu keberanian!"
Ketika Yunna
masuk, terpancar aura yang membuat semua orang terpukau.
"Maaf,
jangan salah paham, kita hanya mengincar orang ini, dia bukan pelanggan, tapi
pencuri yang mau mencuri pakaian."
Sebagai
kepala toko, Jessica tidak buta. Ketika Yunna masuk, dari cara berpakaian dan gayanya,
Yunna terlihat bukan seperti orang biasa, dia tidak boleh menyinggungnya.
"Kamu
mencemari nama baik pacarku dengan menyebutnya pencuri dan kamu menyuruhku
jangan salah paham?"
Yunna
mengatakan kata-kata mengejutkan dan berinisiatif memegang lengan Adriel. Hal
ini membuat Adriel tidak siap.
No comments: