Bab 15
Warna batu karang api biasa adalah
merah muda, sedangkan yang kualitasnya lebih bagus lagi berwarna merah tua.
Namun, Karang Api Nyala Abadi
memantulkan warna keemasan saat terkena sinar matahari!
Karang api yang dipilih Deon
diselimuti cahaya keemasan yang sangat terang!
Dalam sekejap, seluruh kios langsung
ricuh!
Dalam sepuluh tahun terakhir, Karang
Api Nyala Abadi hanya pernah muncul dua kali.
Kali pertama adalah ketika seorang
kepala negara asing menyumbangkan dana dalam bentuk batu mulia kepada Negara
Nozil, sedangkan kali kedua adalah ketika batu mulia itu dijual di lelang
internasional terkemuka seharga 30 triliun!
Ekspresi semua orang di sana
menggambarkan rasa kaget, heran sekaligus gembira, seolah-olah mereka sedang
menyaksikan terjadinya suatu keajaiban.
Di dalam Rolls-Royce, Suzie juga
duduk tegak dan berkata sambil tersenyum manis, "Di luar dugaanku, Deon
jauh lebih menarik dari yang kubayangkan."
Sepertinya, Luna menyembunyikan
sesuatu darinya. Pria ini sama sekali tidak sedangkal itu.
Ketertarikannya terhadap Deon kian
membangkit. Dia pun berkata dengan pelan, "Paman Yoshi, saatnya pergi.
Setelah sampai di rumah, tolong selidiki Deon lagi dan laporkan semua informasi
tentangnya kepadaku."
Setelah mobil Suzie pergi ....
Deon sedang berjalan sambil memegang
batu Karang Api Nyala Abadi dan bergumam, "Sudah kubilang, aku nggak suka
bertaruh dengan orang lain."
Karena kalau bertaruh dengan orang
lain, dia pasti menang.
"Tunggu sebentar!" panggil
pemilik kios.
Pemilik kios yang raut wajahnya masam
itu menghentikan Deon dan berkata, "Anak muda, kuakui kamu beruntung,
izinkan aku meminta maaf kepadamu. Bagaimana kalau begini saja? Aku mau membeli
kembali batu di tanganmu itu dengan harga 200 juta."
Deon bertanya dengan bingung,
"Aku kurang paham. Apa maksudmu?"
"Haha. Bocah, aku yakin kamu pernah
mendengar ucapan 'manfaatkan kesempatan yang mendatangimu'. Karang Api Nyala
Abadi ini terlalu berharga, nggak cocok digunakan oleh seseorang
sepertimu."
Pemilik kios berkata sambil tersenyum
masam, "Lebih baik serahkan saja kepadaku. Dengan begitu, kamu akan
langsung mendapatkan 200 juta tanpa melakukan apa-apa."
Seorang pejalan kaki yang kebetulan
mendengar tawaran tersebut langsung berkata, "Berengsek! Itu namanya
perampokan!"
Deon mengerutkan kening dan berkata,
"Bukankah tadi kamu bilang aku nggak perlu membayar apa-apa asal aku
berhasil menemukan batu karang api?"
"Haha, memangnya aku pernah
berkata seperti itu? Kenapa aku nggak ingat, ya?"
Pemilik kios tersebut mengedipkan sebelah
mata. Sesaat kemudian, para preman tadi langsung mengepung Deon.
"Kalau kamu menolak, kamu nggak
akan bisa keluar dari sini hidup-hidup."
Setelah itu, para preman kekar itu
bergegas ke arah Deon dengan garang, bagaikan serigala dan harimau yang sedang
berburu.
Raut wajah Deon tiba-tiba menjadi
dingin. Dia berkata, "Kalianlah yang memulainya, bukan aku!"
Deon tahu bahwa semua manusia
memiliki tiga titik vital! Terlebih lagi, dia merupakan mantan tiran pembunuh
yang sangat berkuasa, Raja Gangster!
Kesalahpahamannya dengan Luna hari
ini, ditambah para gangster yang mengancamnya ini, benar-benar membuat emosinya
mendidih.
Di tengah kericuhan, pria botak di
kios judi tiba-tiba datang ke hadapan mereka dan meninju mereka terlebih
dahulu!
Dalam sekejap, para preman itu
berjatuhan hingga gigi dan darah mereka berceceran di lantai!
"Aku akan melindungi orang ini!
Mari kita lihat apakah ada di antara kalian yang berani maju!"
Dia langsung melepas bajunya dan
memperlihatkan tato naga yang menakutkan!
Di saat yang bersamaan, sekelompok
besar pria kekar yang menakutkan keluar dari segala arah dan berbaris di
belakangnya.
"Tato naga itu! Di seluruh Kota
Sielo, hanya ada satu orang yang berani membuat tato itu. Orang itu adalah Raja
Gangster Kota Sielo, Dylan Kareem!"
Semua orang di sana langsung
tercengang!
Ternyata, pria botak itu adalah salah
satu dari Tiga Raksasa Kota Sielo, Raja Gangster Dylan Kareem yang memiliki
seratus ribu bawahan yang kuat!
Pemilik kios tersebut langsung lemas
dan terjatuh saking ketakutan.
"Tuan Dylan! Aku pedagang baru
di sini, jadi aku nggak mengenalimu!"
Dylan mengambil batu mentah kelas
atas yang tadi dan menghancurkannya dengan satu tangan. Benar saja, di dalamnya
tidak ada apa-apa!
"Hmph! Dasar perampok, beraninya
kamu mencari masalah denganku!"
Dylan tiba-tiba menghancurkan kaki
pemilik kios itu di tempat hingga dia menjerit kesakitan. Lalu, Dylan
melemparnya ke hadapan Deon.
"Berlutut dan minta maaflah
kepada pria ini!"
"Tolong maafkan aku, ini semua
salahku yang nggak berpikir jernih!" ucap pemilik kios itu sambil bersujud
dengan kesakitan.
Namun, tanpa menoleh sekalipun, Deon
langsung meremukkan kepala pemilik kios itu dengan kakinya!
Inilah konsekuensi dari membohongi
Raja Gangster!
Energi jahat nan mengerikan yang Deon
pancarkan seketika membuat udara di sana seakan membeku!
Bahkan Dylan yang sering membunuh
sekalipun bergidik melihatnya.
Diiringi bunyi plop, Dylan tiba-tiba
berlutut di depan semua orang dan berkata dengan penuh semangat, "Kak
Deon, ternyata benar kamu sudah kembali!"
Deon tercengang sejenak dan bertanya,
"Apa aku mengenalmu?"
"Kamu memang biasanya nggak
mengenaliku, tapi aku mengingatmu. Aku adalah Dylan yang dulu membersihkan
kakimu di kamp militer!" jawab Dylan dengan penuh semangat.
Mendengar ini, para pemimpin gangster
lainnya yang berada di bawah Dylan tercengang.
Apa? Raja Mafia yang mereka kenal,
Dylan Kareem yang ditakuti itu, dulunya membasuh kaki pemuda itu?!
Dylan berkata dengan penuh semangat,
"Saat aku masih bertugas membasuh kakimu, aku hanyalah orang cacat yang
nggak dianggap, tapi kamu melihatku sebagai orang yang pantas dikasihi dan
menyembuhkan kecacatanku. Kamu juga membantuku membuka saluran darahku yang
tersumbat dan membuatku mampu mempelajari seni bela diri!"
Berkat keahliannya itulah, dia berhasil
membangun kekuasaannya di dunia mafia Kota Sielo!
Saat dia melihat Deon di kios judi,
dia tidak yakin apakah Deon benar-benar adalah kenalannya, tetapi dia langsung
yakin itu Deon saat dia melihat niat membunuh yang tebersit di matanya!
Deon akhirnya mengingat Dylan dan
berkata, "Oh, ternyata Dylan yang itu. Sudah beberapa tahun kita nggak
bertemu, aku bahkan nggak mengenalimu lagi."
Saat masih di kamp militer, dia
hanyalah orang cacat yang jujur dan agak pengecut. Tanpa diduga, sekarang dia
malah menjadi seorang bos mafia.
"Omong-omong, tadi aku melihatmu
mencoba segala cara untuk menemukan batu karang api. Kalau ketemu, akan kamu
gunakan untuk apa?"
Raut wajah Dylan tiba-tiba tampak
agak malu. Dia menjawab, "Sejujurnya, aku datang ke sini untuk mengobati
penyakit dalamku."
Deon menatapnya dan berkata sambil
tersenyum penuh arti, "Ambillah batu karang api ini. Selain memiliki efek
afrodisiak yang sangat baik, ia juga dapat membuat tubuh kita menjadi rileks.
Aku akan memberikan resepnya nanti. Kalau diolah sesuai resep ini, efek
sampingnya nggak akan muncul."
Dari sekilas, Deon bisa melihat
penyakit tersembunyi yang menggerogoti tubuh Dylan. Faktanya ... ginjalnya
tidak bekerja dengan baik!
Mendengar ucapan Deon, Dylan menjawab
kegirangan, "Kak Deon, aku ... Aku sungguh bersyukur! Aku nggak pantas
menerima batu Karang Api Nyala Abadi ini, walaupun untuk digunakan sebagai obat
sekalipun!"
Deon melambaikan tangannya dan
berkata, "Anggap saja ini bantuan kecil dariku, nggak apa-apa."
Harta karun sekelas Karang Api Nyala
Abadi memang sangat berharga bagi orang awam, tetapi harta itu dulunya hanya
merupakan batu kecil dalam kotak harta Raja Gangster.
Kata-kata Deon yang menghibur membuat
Dylan semakin bersyukur. Sambil berjalan bersama, dia terus berterima kasih
kepada Deon.
Saat mereka sampai di persimpangan,
Deon tiba-tiba melihat seseorang yang dia kenal.
Dari sebuah mobil sport Bentley yang
diparkir di depan sebuah hotel, Luna dan Harlan perlahan keluar bersama!
Deon mengerutkan kening. Apa yang
sedang Luna lakukan di sini? Itu pun bersama Harlan!
Dylan yang berjalan di belakang Deon
menyengir dan berkata, "Ck, ck, bukankah pria itu Harlan Tier, Tuan Muda
Keluarga Tier? Lagi-lagi, bedebah itu membawa seorang wanita cantik ke kamar
hotelnya untuk bermalam bersama!"
"Apa kamu bilang? Mereka mau
bermalam bersama di hotel?" tanya Deon.
No comments: