Bab 16
"Pemuda bernama Harlan itu
adalah Tuan Muda dari Keluarga Tier, keluarga kaya yang muncul beberapa tahun
lalu di Kota Sielo. Mereka menguasai berbagai industri, baik yang legal maupun
ilegal. Bahkan aku pun takut terhadap mereka," jelas Dylan.
Dengan tatapan setajam pisau, Deon
mengucapkan kata demi kata tanpa ekspresi, "Aku nggak peduli soal itu.
Pertanyaanku adalah apa kamu yakin mereka datang untuk bermalam di hotel?"
Dylan langsung ketakutan seolah-olah
baru saja melihat hantu. Lalu, dia menjawab dengan ragu-ragu, "Hotel ini
bernama Hotel Four Seasons. Hotel ini adalah properti Keluarga Tier dan
merupakan hotel cinta terbesar di Kota Sielo. Kabarnya, Harlan selalu membawa wanita
ke sini setiap hari untuk bermalam bersama!"
Deon memandang kedua sejoli itu dan
diam-diam mengkritik Luna dalam hati.
Bukankah Luna bilang dia hanya akan
menegosiasikan proyek dengan Harlan? Kenapa dia malah datang ke hotel ini dan
bahkan bermalam dengannya?'
Wah, wah! Luna, kamu luar biasa!'
Bisa-bisanya aku menganggapmu
menawan. Kukira meskipun temperamenmu agak buruk, kamu unik karena memiliki
prinsip dan pendirian sendiri.'
Ternyata, kamu adalah tipe wanita
yang bisa melakukan apa saja demi uang!'
Bahkan tubuhmu pun bisa dijual!'
Hal-hal yang kamu ucapkan padaku
kemarin, bahwa kamu nggak akan mau bersama Harlan dan akan terus melawan
Keluarga Yossef, semuanya omong kosong!'
Deon merasa sakit hati karena merasa
telah ditipu. Tatapannya juga perlahan menjadi dingin ....
Dylan menelan ludahnya dan bertanya,
"Kak Deon, ada apa?"
Deon menggeleng dan berkata,
"Nggak apa-apa, sekarang sudah larut, pulanglah."
Di sisi lain.
Luna mengangkat alisnya dan berkata,
"Tuan Harlan, tadi kamu bilang kita kemari untuk menandatangani kontrak,
bukan? Kenapa kamu malah membawaku ke hotel cinta?"
Harlan terkekeh dan berkata,
"Ini pertama kalinya kedua keluarga kita bekerja sama, itu pun dalam
proyek yang melibatkan uang triliunan. Untuk merahasiakannya, tentu saja kita
harus mencari tempat yang tersembunyi."
"Walau begitu, kamu nggak perlu
membawaku ke tempat seperti ini, 'kan? Tempat ini membuatku sangat nggak
nyaman! Maaf, aku nggak mau masuk," ucap Luna dengan kesal.
Kaki panjangnya yang dibalut stoking
hitam melangkah cepat ke pintu keluar.
Harlan buru-buru menghentikannya,
"Bu Luna, tunggu sebentar! Asal kamu berkenan ikut denganku, aku berjanji
akan menandatangani kontraknya dalam satu menit!"
Luna tiba-tiba berhenti dan berbalik.
Dengan tatapan sedingin es, dia berkata, "Untuk kali ini saja, aku akan
memberimu waktu satu menit. Begitu waktunya habis, aku akan pergi mau kamu
menandatangani kontraknya atau nggak."
"Baiklah, baiklah! Asal kamu
bersedia meladeniku, aku akan melakukan apa saja!" jawab Harlan dengan
kegirangan.
Tepat ketika mereka hendak masuk,
Luna tiba-tiba melihat Deon dari sudut matanya. Dia pun langsung memanggil
dengan kaget, "Deon? Kenapa kamu di sini? Apakah kamu mengikutiku?"
Deon baru saja berbalik setelah Dylan
selesai berpamitan dengannya. Dia sama sekali tidak menyangka Luna akan
memanggilnya di depan Harlan dan menuduh bahwa Deon menguntitnya.
Apakah Luna sengaja melakukannya
untuk mempermalukannya di depan umum?
Deon menarik napas dalam-dalam, lalu
berbalik dan menjawab dengan tenang, "Bu Luna, sekarang sudah lewat jam
kerjaku, jadi aku bebas pergi ke mana saja, bukan? Bu Luna, aku harap kamu
nggak akan mengontrolku bahkan saat aku sedang nggak bekerja."
Luna tercengang sesaat, lalu
mengerutkan kening dengan jijik dan berkata, "Apakah menurutmu benar
berbicara seperti itu kepada atasanmu? Kurang ajar!"
"Kamu memang atasanku di tempat
kerja, tapi setelah pulang kerja, Dewa sekalipun nggak berhak mencampuri
urusanku," jawab Deon.
"Lagi pula, aku sama sekali
nggak tahu kalau kamu akan bermalam di hotel cinta bersama pria lain, jadi apa
masuk akal kalau aku mengikutimu sampai sini?"
Ekspresi di wajah cantik Luna
seketika menjadi kusut. Dia berkata dengan marah, "Deon! Kamu sudah
kehilangan akal sehatmu, ya?! Omong kosong apa itu?!"
Saking marahnya, Luna hendak menampar
Deon, tetapi Deon menahan pergelangan tangannya dan berkata dengan acuh tak
acuh, "Bu Luna, aku tahu kamu memandang rendah diriku dan hanya menganggapku
seorang pecundang tingkat rendah, yang nggak ada spesialnya dan sama sekali
nggak layak untukmu."
"Tapi, aku sadar bahwa aku
berutang budi padamu, jadi aku menanggung semua ejekanmu."
"Saat kamu berselisih dengan
keluargamu, memerintahku, lalu mengajukan akta nikah tanpa meminta pendapatku
dan memintaku pindah ke vilamu, aku menerima semuanya."
"Aku juga menerima disalahkan
dan dijadikan kambing hitam di depan umum saat kamu lebih memercayai Gomez
daripada aku."
"Tapi, yang kamu lakukan saat ini
...."
Deon menurunkan tangan Luna yang
mulus dan berkata kata demi kata, "Maaf, aku nggak bisa menerima
diperlakukan seperti ini! Utangku padamu sudah lunas!"
"Besok, aku akan mengajukan
pengunduran diri, pergi ke Kantor Catatan Sipil bersamamu untuk mengajukan
cerai dan keluar dari vilamu."
"Mulai sekarang, kita nggak ada
hubungan lagi! Bu Luna, perjalanan hidup kita berdua masih panjang, tapi
kuharap jalan kita nggak akan pernah bertemu lagi!"
Mendengar ucapan Deon, Luna sontak
kaget dan bertanya, "Kamu serius?"
Bekerja di Grup Lixon, menikah dan
hidup bersama dengan Luna adalah hal ajaib yang diimpikan banyak orang!
Namun, Deon bersikeras membuang semua
ini! Ini tidak mungkin!
Deon tetap kukuh dan berkata,
"Serius. Izinkan aku memberimu satu nasihat terakhir. Mereka yang berada
di sekitarmu bukanlah orang baik, kusarankan kamu menjauh dari mereka!"
Harlan berkata dengan heran,
"Kenapa kamu membiarkannya begitu saja? Dia menginjak-injak harga dirimu!
Dia hanya menang di wajah, tapi nggak punya uang maupun kekuasaan. Bu Luna, aku
nggak paham kenapa kamu bisa menyukai orang seperti ini. Kamu, keluar dari sini
sekarang juga! Nggak kupercaya kamu begitu percaya diri hingga mengira bahwa Bu
Luna menyukaimu!"
Deon tidak menoleh ke belakang sama
sekali dan hanya pergi tanpa menghiraukan cacian Harlan.
Di sisi lain, Luna termangu di
tempat, ekspresinya terlihat agak bingung dan dia merasa hampa.
Aku ... diceraikan pria itu? Dia
pasti bercanda, 'kan? Aku ini wanita yang sempurna, wakil presiden sebuah PT,
sedangkan dia hanyalah seorang pegawai tingkat rendah biasa tanpa koneksi,
uang, maupun pendidikan tinggi. Kalau harus bercerai, seharusnya aku yang
menceraikannya!' batin Luna sambil mengepalkan jari-jarinya yang mulus.
Namun, dia kembali tenang beberapa
detik kemudian dan berkata dengan tegas, "Tuan Harlan, kita datang
jauh-jauh untuk menandatangani kontrak, bukan? Mari kita masuk!"
"Oke!" sahut Harlan sambil
tersenyum. Lalu, Harlan pun mengantar Luna ke lantai tertinggi.
Kamar tipe presiden tersebut dihiasi
dekorasi mewah dan dilengkapi tempat tidur ukuran king.
Luna melangkah ke dalam dengan
percaya diri. Namun, dia mendapati sisa kondom di samping tempat tidur dan
mengerutkan kening dengan jijik.
"Tuan Harlan, tolong ambil
kontraknya dan tandatangani secepatnya," pinta Luna.
Dia tidak tahan berada di tempat yang
mengerikan ini lebih lama lagi, jadi dia ingin segera pergi setelah kontraknya
ditandatangani.
Harlan tersenyum penuh arti dan
berkata, "Aku akan menandatangani kontraknya, tapi sebelum itu, kamu harus
menyetujui syarat dariku."
Luna bertanya, "Syarat
apa?"
"Naik ke tempat tidur dan layani
aku sampai aku puas!" jawab Harlan.
Dia tiba-tiba mendorong Luna ke
tempat tidur dan hendak menerkamnya seperti serigala lapar.
No comments: