Bab 22
Johny sangat membenci Adriel, dia
ingin segera menelannya hidup-hidup.
Adriel keluar dari Apotek Darma
dengan percaya diri, tidak ada yang berani menghalanginya dan orang-orang
secara otomatis memberi jalan ketika dia lewat.
Jessy tidak peduli dengan luka Johny,
rumput air liur naga adalah sesuatu yang bisa menyelamatkan hidup ayahnya.
Bagaimanapun juga Jessy harus
mendapatkannya.
Tanpa ragu Jessy mengejar Adriel
keluar.
Adriel membuka pintu mobil dan siap
untuk naik.
"Berhenti!"
Jessy mengejarnya keluar dan
menghalangi mobil.
Adriel berkata, "Ingin mengambil
dengan paksa?"
"Aku nggak bisa
mengalahkanmu."
Jessy berkata dengan rasa cemas dan
tulus, "Apa yang harus kulakukan agar kamu mau memberikan rumput air liur naga
itu? Kamu yang putuskan."
"Aku sudah bilang, aku nggak
akan menjualnya. Uang bukanlah masalahnya."
Jessy sangat gelisah, tidak ada cara
sama sekali. Jessy belum pernah mengalami situasi yang begitu membuatnya putus
asa, matanya merah dan dia mulai menangis.
"Tolong, jual-lah rumput air
liur naga itu. Ayahku benar-benar menunggu obat ini untuk menyelamatkan
hidupnya. Aku memohon padamu."
Jessy memohon pada Adriel sambil
menangis.
Adriel mengerutkan keningnya, apa
yang Jessy lakukan seakan-akan membuatnya terlihat seperti orang yang jahat.
Johny perlahan keluar dari Apotek
Darma dengan bantuan pegawai toko, dia melihat kejadian ini dengan rasa sedih.
Dia membenci dirinya sendiri yang tidak bisa mengalahkan Adriel dan mengambil
kembali rumput air liur naga, yang pastinya akan membuat Jessy jatuh cinta
padanya.
"Aku pasti akan mematahkan
kepala pria itu untuk meredakan kebencianku dan membalaskan dendam Nona
Jessy!"
Johny menggertakkan giginya dan
bersumpah.
"Aku berlutut padamu, cukup,
'kan? Tolong berbaik hati dan jual obat itu padaku. Keluargaku pasti akan
sangat berterima kasih."
Jessy berpura-pura berlutut.
"Sudahlah cukup."
Adriel menahan lengan Jessy, tidak
membiarkannya berlutut.
"Kamu bersedia menjualnya
padaku? Makasih, terima kasih banyak."
Jessy menangis dengan kegembiraan
muncul di wajahnya.
"Sudah kubilang, rumput air liur
naga ini juga penting untukku. Aku nggak akan menjualnya. Kalau nggak, aku bisa
menyelamatkan ayahmu. Kamu nggak usah menangis."
Adriel tidak berdaya.
"Hah? Maksudnya?" Jessy
kebingungan.
"Antar aku ke rumah sakit, aku
bisa menyelamatkan ayahmu. Dia nggak akan mati dan nggak perlu rumput air liur
naga.
"Kamu ... Kamu bisa
menyelamatkan ayahku? Bagaimana caranya?"
Jessy masih terlihat bingung.
"Kenapa banyak nanya, sih? Masuk
mobilku, kita pergi ke rumah sakit ayahmu dirawat."
Adriel membuka pintu mobil dan masuk,
sedangkan Jessy masih bingung dan ragu- ragu.
"Kamu ini sebenarnya ingin
menyelamatkan ayahmu atau nggak?" tanya Adriel.
Jessy menggertakkan giginya dan
membuka pintu mobil lalu masuk. Jessy berkata dalam hatinya, 'Toh, dia membawa
rumput air liur naga, sesampainya di rumah sakit baru dibicarakan lagi.'
Johny terkejut melihat Jessy malah
masuk ke mobil Adriel.
"Apa yang terjadi? Kenapa Nona Jessy
masuk ke mobil orang itu?" Johny terlihat kebingungan.
"Dia pasti mengatakan sesuatu,
menggunakan rumput air liur naga untuk menjebak Nona Jessy masuk ke mobilnya!
Nona Jessy mungkin dalam bahaya!"
Pegawai toko menganalisis.
"Cepat, ambil ponselku dan
telepon ayahku untuk memberi tahu orang-orang keluarga Buana. Jessy adalah
milikku dan orang itu nggak boleh mengambil keuntungan!"
Johny berteriak marah dengan matanya
yang membelalak.
No comments: