Bab 45
Ketika para tamu sudah berdatangan,
pesta masih belum resmi dimulai.
Tapi Yunna dengan sengaja membiarkan
Irish sekretarisnya mengungkapkan informasi tentang sosok yang penting itu.
Banyak tamu yang membicarakannya setelah mendengar berita tersebut.
"Barusan ada yang bilang, di
pesta ulang tahun hari ini akan ada sosok misterius yang hadir, bahkan Pak
Tobby datang karena sosok itu. Thomas, apa kamu tahu siapa orang itu?"
Sri saat ini bertanya.
"Nggak tahu. Mungkin salah satu
dari Keluarga Millano."
Thomas menjawab.
"Tapi aku dengar orang itu
sepertinya bermarga Lavali, bukan Millano."
"Untuk apa menebak -nebak? Kita
akan segera tahu saat pesta dimulai."
Fanny tidak terlalu peduli, karena
sebenarnya sosok penting seperti itu sulit dijangkau mereka.
"Masuk akal juga. Orang penting
seperti itu nggak mungkin bertemu orang-orang seperti kita."
Suasana hati Sri sedang baik, jadi
dia berkata pada Thomas, "Thomas, kali ini terima kasih ya! Kamu dan Fanny
'kan teman sekelas, jangan ragu untuk sering datang ke rumah. Datang dan cicipi
masakan Bibi."
"Nggak usah sungkan, ini nggak
seberapa. Selama itu adalah urusan Fanny, itu urusanku juga, jadi aku pasti
akan membantu," kata Thomas.
"Baiklah, baiklah. Bibi suka
sekali anak muda sepertimu."
Sri sangat senang sampai-sampai tidak
berhenti bicara.
Cheky juga sangat puas dengan sikap
Thomas. Dia tidak keberatan kalau Fanny memang berkencan dengannya.
Di ruang istirahat, Tobby dan Justin
sedang membicarakan soal pekerjaan, Adriel tidak begitu tertarik.
Yunna melihatnya, lalu berinisiatif
mengajak Adriel jalan-jalan.
Setelah keluar dari ruang istirahat,
Adriel berkata, "Terima kasih."
"Pasti nggak nyaman, ya? Aku
juga bosan mendengar obrolan mereka, nggak bisa duduk diam."
Yunna menjawab dengan bijak.
Di saat yang sama, Irish datang
sambil membawa folder, dia dengan hormat memanggil Pak Adriel.
"Bu Yunna, ini adalah daftar
perusahaan kerjasama tahun ini, silakan dilihat dan dipilih."
Yunna membuka folder dan melihat
sekilas, lalu berkata kepada Adriel, " Bagaimana kalau Tuan yang lihat,
mana yang cocok untukku?"
"Aku nggak tahu, tapi aku mau
merekomendasi satu perusahaan. Mungkin kamu bisa mempertimbangkannya."
"Oh? Yang mana?" Yunna
sangat penasaran.
"Grup Candila."
"Grup Candila milik Cheky?"
"Benar." Adriel mengangguk.
"Bukannya kamu punya dendam
dengan Keluarga Lein? Aku lihat sendiri bagaimana ekspresi buruk Fanny saat
itu."
Yunna agak bingung dengan obat apa
yang dijual Adriel.
"Sebelumnya ada salah paham.
Paman cukup baik padaku, sedangkan untuk Fanny, aku malas perhitungan
dengannya. Aku dengar Grup Candila sedang ada masalah, apa kamu bisa bantu? 11
"Karena kamu sudah bicara
begitu, tentu saja aku bisa bantu. Tapi ... apakah kamu masih punya perasaan
terhadap Fanny dan berencana untuk menjalani kembali hubungan kalian?"
Yunna cemberut.
"Apakah menurutmu mungkin? Aku
bukan penjilat."
Adriel menggelengkan kepalanya.
"Baiklah." Yunna tampak
lega.
"Hmm? Apakah kamu cemburu?"
Adriel bertanya sambil tersenyum.
"Ya, aku cemburu. Bagaimana
dong?"
Yunna mengangkat alisnya.
Melihat Yunna sedang bercanda dengan
Adriel dengan mesra, Irish segera mundur beberapa langkah.
"Gampang, aku punya resep khusus
untuk mengatasi rasa cemburu. Akan aku berikan padamu," jawab Adriel
serius.
"Menyebalkan!"
Yunna memukul lengan Adriel, setelah
itu berkata kepada Irish, "Aku nggak perlu lihat lagi. Seperti yang
dikatakan oleh Tuan Adriel, pilih Grup Candila dan umumkan langsung di pesta
nanti."
"Baik, Bu Yunna."
Irish segera pergi, tidak berani
tinggal lebih lama.
"Kamu benar-benar pilih Grup
Candila? Nggak mau mempertimbangkan kecocokan atau keuntungannya lebih
dulu?"
Adriel tidak menyangka Yunna begitu
terus terang.
No comments: