Bab 52
"Suka, nggak?"
Yunna sedikit mencondongkan tubuh ke
depan sembari memegang dagunya dengan kedua tangan. Matanya yang indah seperti
danau yang jernih bersinar dengan cahaya yang menawan.
Adriel tidak menyangka bahwa begitu
Yunna duduk, sikapnya bisa seagresif ini.
"Tentu saja suka."
Api jahat yang lahir karena mandi
obat Adriel hanya ditahan dan tidak dilampiaskan. Api jahat itu seketika meluap
saat digoda oleh Yunna.
Yunna tersenyum puas, sepertinya dia
puas dengan jawaban Adriel.
Mereka saling bertatapan dengan
hening, seakan-akan ingin menanamkan wajah masing-masing dalam mata.
Hingga pelayan mengantarkan minuman,
pandangan mereka berdua baru terputus.
Adriel menghela napas dan mengangkat
gelasnya, lalu berkata, "Terima kasih atas pengaturan malam ini."
Wajah Yunna sedikit tersipu, dia juga
minum sedikit arak untuk menenangkan
emosinya.
"Ucapan terima kasih yang hanya
di mulut saja nggak terlalu tulus."
"Terus kamu mau aku gimana untuk
terima kasih padamu?"
"Ayo pacaran," kata Yunna.
"Apa?!"
Adriel tercekat. Dia menatap Yunna
dengan kebingungan. Apa Yunna ingin begitu terus terang begini? Apa ini
dianggap sebagai ungkapan cinta?
Yunna melakukan segala sesuatu dengan
cara yang benar-benar berbeda, dia tidak mengikuti aturan yang biasanya!
"Kamu terkejut?" tanya
Yunna sambil tersenyum.
"Aku selalu tegas dan cepat.
Sebenarnya mau atau nggak?" tanya Yunna.
"Ehem, ehem... boleh... "
"Oke, Pak Adriel sendiri yang
janji, karena sudah janji seharusnya nggak tarik kembali ucapanmu, 'kan?"
Yunna langsung mengambil alih
pembicaraan, Adriel tersenyum tanpa daya, "Aku belum selesai bicara."
"Pokoknya kamu sudah bilang
boleh, Wina pasti akan sangat senang. Aku sebagai kakaknya juga akan merasa
lega karena bisa membantu dia mewujudkan sesuatu yang baik," jelas Yunna.
"Tunggu ... kamu bilang apa?
Wina?"
Adriel agak bingung.
"Ya. Wina suka padamu, tapi
gadis ini malu-malu dan nggak berani mengungkapkan perasaannya. Sebagai kakak,
aku hanya bisa menjadi perantara sekali saja," jawab Yunna.
Adriel terlihat bingung karena merasa
ditipu oleh Yunna.
"Kamu lebih baik membereskan
keputusan penting dalam hidupmu lebih dulu, apa yang kamu khawatirkan?"
kata Adriel.
Mata Yunna sedikit meredup saat
mendengar ini. Dia mengambil gelas arak dan meminum semuanya dalam satu
tegukan.
"Keputusan penting dalam hidupku
mungkin bukan sesuatu yang bisa aku putuskan sendiri," ucap Yunna sembari
menghela napas.
"Kamu juga dijodohkan ?"
tanya Adriel penasaran.
"Nggak usah membicarakan
urusanku, jadi gimana masalah kamu dan Wina?" Yunna mengubah topik
pembicaraan.
"Nggak gimana-gimana," ucap
Adriel menolak.
"Kamu nggak suka Wina yang
kurang cantik?"
"Ini bukan masalah cantik atau
nggak, aku cuma bisa bilang, aku nggak ada rasa sama dia. Kalau ganti jadi
kamu, mungkin akan merasakan sesuatu." Adriel juga membalas dengan ejekan.
"Menyebalkan."
Pada saat ini, Adriel melihat Fanny
dan Thomas juga masuk ke bar, keduanya sedang bercanda dan terlihat agak dekat.
"Kok bisa Fanny bersama
Thomas?"
Adriel langsung teringat pada saat
dia memukuli Thomas habis-habisan di SMA.
Pada saat itu, Fanny masih mengikuti
di belakangnya sepanjang hari sambil memanggilnya dengan sebutan Kak Adriel
sebagai tunangan.
No comments: