Bab 60
Pedro langsung terdiam, lalu dengan
dingin tertawa, "Yunna, demi menarik perhatian Mahaguru, kamu rela
mengeluarkan banyak uang, ya."
"Aku mau melakukannya, memangnya
apa urusanmu?"
Yunna berjalan ke samping Adriel,
lalu merangkul lengan Adriel.
Pedro marah dan tertawa balik,
kemudian mengacungkan jempol besar kepada Yunna.
"Oke, aku kalah dalam
pertarungan kali ini, kalian boleh pergi."
Adriel tersenyum dingin sambil
berjalan mendekati Pedro.
"Mau apa kamu? Aku
memperingatkanmu, ayahku adalah ketua Persatuan Dagang Hariga, Doni Wijaya. Di
balik Persatuan Dagang Hariga ada Sekte Harimau Hitam. Kalau kamu berani
menyentuh sehelai rambutku, ayahku nggak akan melepaskanmu."
Pedro tampak panik sambil terus
mundur.
Adriel mengabaikan ancaman Pedro, dia
malah mendekat langkah demi langkah.
"Kenapa kalian hanya diam saja?
Lindungi aku!"
Bawahan Pedro masih ada tujuh hingga
delapan pria kuat, saat ini mereka berlari mendekat dengan tegas.
Adriel menyerang dengan tegas. Dia
menggunakan teknik pengendalian kecil dan besar secara bergantian. Pedro dan
orang-orang lainnya tiba-tiba menjerit dan meratap dalam keadaan tangan patah,
kaki patah, atau tulang rusuk patah.
"Hati-hati!" Yunna
tiba-tiba berseru!
Dor!
Bunyi tembakan terdengar!
Pedro mengeluarkan pistol secara
sembunyi - sembunyi untuk menyerang Adriel.
Adriel berjaga-jaga dengan mengangkat
seorang kuat untuk memblokir peluru.
"Apa gunanya menjadi mahaguru
alam bawaan? Aku punya pistol, apa kemampuan bela dirimu yang tinggi bisa
mengalahkan peluru?"
Pedro memegang pistol di tangannya,
seketika dia merasa lebih percaya diri.
Adriel berdiri di depannya dan pria
kuat yang telah ditembak mati langsung dia lemparkan ke arah Pedro.
Pedro bereaksi dengan cepat dan
segera menghindar, kemudian dengan cepat menekan pelatuk untuk menembak lagi
secara beruntun. Adriel sepenuhnya
melepaskan kekuatan
dan kecepatan mahagurunya, sedangkan
Pedro mulai melepaskan beberapa tembakan tanpa bisa mengenai Adriel.
Tiba-tiba, Pedro berteriak kesakitan.
Pistol di tangannya jatuh ke lantai, sebab pergelangan tangannya ditusuk oleh
sebuah jarum perak.
Pedro akan mengambil pistol, tetapi
Adriel sudah berada di depannya untuk menahan kedua lengannya. Adriel memeras
dengan kuat menggunakan lima jari untuk meremukkan bahu Pedro.
"Ah!"
Pedro berteriak kesakitan. Dia
kesakitan hingga keringat bercucuran, kini kedua lengannya benar-benar hancur.
Adriel tidak membunuh Pedro. Dia
hanya melemparkan Pedro ke lantai, lalu pergi dari klub malam dengan Yunna.
Adriel mengantarkan Yunna sampai di
luar halaman rumah keluarga Millano. Kemudian Yunna berkata, "Terima kasih
banyak Pak Adriel sudah membantuku, sekarang kamu juga jadi penyelamatku."
"Menggunakanku sebagai senjata
dan membantumu menyelesaikan masalah besar. Kamu merasa bangga, 'kan?"
ujar Adriel dengan wajah dingin.
"Aku nggak begitu!" Yunna
buru-buru menjelaskan.
"Nggak perlu menjelaskan. Kamu
memang cerdas, memanfaatkan kesempatan untuk mengajakku minum, pulang untuk
mengganti pakaian, mengungkapkan keberadaanmu, menggali mata-mata yang
tersembunyi di keluarga Millano, kemudian memanfaatkanku dan dengan lancar
membereskan Pedro, perhitunganmu memang sangat cerdik."
Adriel turun dari mobil dan melempar
kunci mobil kepada Yunna.
"Aku kembalikan mobilnya padamu.
Uang rumah akan aku transfer besok."
Adriel sangat marah, setelah
mengalami pengkhianatan dari Ana dan ibunya, dia sangat sensitif dalam hal ini.
Pada awalnya dia memiliki perasaan yang
cukup baik terhadap Yunna, tetapi kejadian malam ini membuat semua perasaan
baik itu hilang begitu saja.
Dia benci dimanfaatkan. Jika Yunna
berkonsultasi dengannya sebelumnya, dia akan bersedia membantu.
Namun, Yunna tidak melakukannya.
Yunna malah memanfaatkannya dengan
seenaknya sendiri, hal ini membuat
Adriel
sangat marah.
"Pak Adriel, dengarkan
penjelasanku, aku benar-benar nggak bermaksud memanfaatkanmu," ucap Yunna
sambil menghentikan Adriel.
"Minggir."
"Bisakah kamu memberiku satu
menit?" ujar Yunna sambil memegang lengan Adriel dengan sikap yang sangat
tulus.
"Kamu masih punya waktu 50
detik," ucap Adriel dengan datar.
No comments: