Bab 71
Pergi begitu saja melanggar prinsip
hidupnya, tetapi kata-kata Diro dan Kakek juga membuatnya menyadari betapa
parahnya situasi.
"Dengarkan kakekmu, pergilah
sekarang, aku akan baik-baik saja," ucap Adriel lebih dulu.
Adriel menggigit bibirnya kuat-kuat.
Dia menatap Adriel dengan penuh penyesalan.
"Adriel, maaf."
Adriel hanya tersenyum tipis tanpa
mengatakan apa pun lagi.
Lisa dan Diro membantu Rogan turun
gunung, lalu Adriel berkata, "Kaki kakekmu terkilir membuatnya agak
kesulitan turun gunung, biarkan aku membantunya dulu sebelum kalian melanjutkan
perjalanan."
"Nggak perlu, aku bisa
jalan."
Rogan tidak ingin tinggal di Gunung
Violet lagi, sebab dia takut diadang oleh Jamie dan orang-orangnya.
"Kakek Rogan, aku akan
menggendongmu turun gunung."
Diro menggendong Rogan, sementara
Lisa berjalan di samping untuk menopangnya.
Adriel juga berjalan ke bawah gunung.
Diro adalah seorang pemuda yang tidak
memiliki kondisi fisik yang kuat. Setelah menggendong Rogan sejauh ini, kedua
kakinya gemetar seperti mengayak dedak.
"Kalau kalian turun seperti ini,
lebih baik aku yang cepat berjalan. Bisa jadi benar - benar akan diadang oleh
Jamie, lebih baik diobati dulu," ucap Adriel.
Diro benar-benar tidak bisa
menggendong Rogan lagi, dia pun segera menurunkan Logan dan lalu langsung
berkata, "Lisa, perutku sangat sakit, aku nggak kuat lagi, aku harus
segera pergi ke rumah sakit. Kamu tinggal di sini, temani kakekmu turun gunung
perlahan-lahan."
Setelah Diro selesai berbicara, dia
langsung pergi.
Saat ini, dia tidak bisa memikirkan
mencari pasangan lagi.
Menggoda wanita hanya sesaat, tetapi
hidup adalah hal yang abadi.
Diro membuat pilihan terbaik dengan
meninggalkan Lisa dan pergi sendiri.
"Jangan pergi, Diro!"
Rogan berteriak beberapa kali, namun
Diro tidak melihat ke belakang.
"Kakek, jangan panggil dia lagi,
kamu masih belum lihat sikapnya bagaimana?"
Lisa justru merasa sedikit bersyukur
di dalam hatinya. Melalui kejadian ini, dia benar-benar melihat dengan jelas
sifat Diro sebenarnya.
Adriel membungkuk untuk memeriksa
pergelangan kaki Rogan yang terkilir dan dislokasi yang tidak terlalu serius,
tetapi harus segera diobati.
Dia mengeluarkan jarum perak untuk
menutup saraf Rogan. Dia melakukannya guna meredakan rasa sakitnya, lalu menahan
pergelangan kakinya. Dalam sekejap, dia menyambungkan kembali pergelangan kaki
Rogan yang terkilir.
"Ternyata nggak sakit
lagi?" ujar Rogan dengan terkejut.
Adriel menggunakan jarum perak untuk
mengurangi ppembengkakan dan menghilangkan stasis darah kembali. Dalam waktu
singkat, pergelangan kaki Rogan yang bengkak sepenuhnya menghilang.
"Sudah."
Adriel mengambil jarum dan berdiri.
Rogan setengah percaya setengah
tidak, mencoba untuk bangkit dan menggerakkan kakinya.
"Wah ... benar-benar nggak sakit
sama sekali. Lisa, ayo cepat turun gunung."
Rogan bahkan tidak mengucapkan
sepatah kata pun, dia langsung menarik Lisa pergi.
"Kakek!"
Lisa agak marah. Dia berdiri di
tempatnya, lalu dengan tulus mengatakan kepada Adriel, "Terima kasih. Kamu
paham ilmu kedokteran?"
"Sedikit paham. Luka di
kepalanya harus segera diperban. Aku tinggal di Mansion Nevada, di rumahku ada
kain perban dan obat, kamu bisa pergi ke rumahku dulu untuk diurus," kata
Adriel.
"Nggak, aku nggak mau. Mati pun
nggak akan mau!"
Kepala Rogan bergoyang seperti
gendang, dia berkata, "Nak, kamu ini punya niat jahat dan ingin menarik
kami ke dalam bahaya juga, 'kan?"
"Kakek, jangan bicara seperti
itu!"
"Luka di kepalaku nggak apa-apa,
cepat pergi!"
Rogan menarik Lisa dengan keras agar
pergi.
"Adriel, maafkan aku ... "
Lisa mengatakannya dengan wajah kesulitan.
"Nggak apa-apa, ikutlah dengan
kakekmu," kata Adriel sambil melambaikan tangannya.
Lisa adalah teman sekelasnya yang
hubungannya baik sebelumnya. Di sekolah, Lisa sangat antusias dalam membantu
teman sekelasnya dan dengan baik memegang tanggung jawab sebagai ketua kelas.
Baru saja bertemu, Lisa tidak seperti
teman sekelas lainnya yang mengolok oloknya dengan dingin.
Hanya karena itu, Adriel merasa
sedikit tertarik padanya.
No comments: