Bab 72
Adriel menuruni gunung dengan tenag.
Pada saat ini dia menerima telepon dari Bagas.
"Pak Adriel, aku sudah menemukan
dua tanaman rumput air liur naga dan mengirimkannya dari ibu kota
semalam."
"Kalau begitu, tolong antarkan
langsung padaku. Aku tinggal di Vila 18, Mansion Nevada."
Kebetulan Jamie adalah keponakan
kandung Bagas, biarkan orang tua ini menangani urusan keluarganya sendiri.
"Pak Adriel segan sekali, aku
nggak kerepotan, kok. Aku akan segera ke sana."
Bagas sangat senang, dia berharap
bisa membantu lebih banyak tugas dari Adriel.
Lisa membawa Rogan turun gunung, lalu
tiba di luar rumah Diro.
"Kakek Rogan, bagaimana keadaan
Anda? Aku benar-benar merasa perut sakit tadi, benaran nggak tahan. Aku nggak
ada maksud meninggalkan kalian berdua," ucap Diro.
"Anda masuk dulu, aku akan balut
lukamu."
"Baiklah."
Rogan tahu bahwa Diro adalah orang
yang rakus dan takut mati sampai melarikan diri sendiri, tetapi dia tidak
menyalahkan Diro. Siapa suruh keluarga Wirawan sangat kaya?"
"Nggak perlu. Kakek, aku antar
ke rumah sakit."
Lisa membuka pintu mobil agar Rogan
masuk.
"Lisa, jangan salah paham."
Diro mendekati Lisa dan memegang
tangannya.
Lisa melepaskan tangan Diro, lalu
berucap dengan dingin, "Nggak ada yang aku salah pahami. Aku sudah paham
dengan karaktermu, terima kasih hari ini karena membela kakekku sampai kamu
kena pukul. Aku berutang budi padamu, kelak aku akan membalasnya."
Setelah Lisa selesai bicara, dia
masuk ke dalam mobil dan langsung pergi dengan mobil tersebut.
"Sialan! Pelacur busuk! Cepat
atau lambat aku akan menidurimu dan membuatmu memohon di bawah kakiku."
Wajah Diro muram dan tampak sangat
marah. Dia dipukuli begitu saja hingga tidak mendapatkan manfaat apa pun, tentu
dia merasa tidak terima.
"Lisa, kamu nggak seharusnya
berubah sikap pada Diro. Kamu nggak tahu situasi keluarga kita sekarang? Kita
perlu bergantung pada dukungan keuangan keluarga Wirawan," keluh Rogan di
dalam mobil.
"Nanti coba cari kesempatan
untuk berbaikan dengannya, oke?"
"Kakek, tolong jangan bicara
lagi. Aku nggak mungkin pacaran dengan orang seperti ini."
Setelah keluar dari kompleks Mansion
Nevada, Lisa memarkir mobilnya di pinggir jalan, membuka pintu mobil dan
mengeluarkan ponselnya untuk mencari kontak satu per satu dalam daftar kontak.
Dia harus mencari cara untuk membantu
Adriel. Bagaimanapun, masalah ini sepenuhnya disebabkan oleh kakeknya.
Dia tidak bisa bersikap cuek saja,
tidak bisa merasa tenang dan nyaman menikmati keamanan saat ini.
Di antara teman-teman sekelas mereka,
banyak yang berasal dari keluarga yang berkecukupan, tetapi hanya sedikit yang
bisa berbicara dengan baik di depan orang besar seperti Jamie.
Lisa terus menelepon beberapa kali,
awalnya teman-temannya masih menjaga reputasinya dengan berjanji akan membantu.
Tetapi begitu mendengar bahwa yang
disinggung adalah Jamie, mereka langsung menyerah dan mengatakan bahwa mereka
tidak bisa berbuat apa-apa.
Lisa sangat gelisah, akhirnya akan
menelepon sebuah nomor. Dia ragu-ragu sejenak, lalu mengambil napas dalam dalam
sebelum menelepon.
"Pak Wiryo, ini aku, Lisa."
"Lisa, ada apa?" tanya
Wiryo dengan lembut.
"Aku mengalami sedikit masalah,
aku ingin meminta bantuanmu," kata Lisa.
"Nggak masalah. Katakan saja apa
masalahmu?"
Wiryo langsung setuju dengan sepenuh
hati.
Lisa dengan singkat menceritakan
kejadian yang dia alami.
Wiryo diam sejenak sebelum berkata,
" Aku memang cukup akrab dengan Jamie dan bisa berbicara dengannya, tapi
teman sekelasmu ini terlalu berani, dia memukul Jamie dalam satu kali pukulan,
masalah ini nggak mudah dibereskan."
"Pak Wiryo, aku mohon pikirkan
cara buatku. Aku tahu kamu memiliki banyak kenalan dan pengaruh. Tolong bantu
temanku ini, aku akan selalu mengingat bantuan ini dan akan membalasnya dengan
baik."
No comments: