Bab 77
Ana langsung menutup telepon dan
bergegas menuju kantor.
Kehilangan kerja sama dengan Grup
Jahaya adalah pukulan besar bagi Ana. Hal ini tak pelak akan memicu munculnya
masalah lain yang tak terduga.
Sore harinya, Yunna menelepon Adriel.
"Pak Adriel, apa kamu bisa
datang ke sini sebentar?"
Adriel baru saja selesai berlatih.
Kekuatan pusat energi di tubuhnya meningkat pesat dan energi sejati di pusat
energi miliknya juga menjadi lebih padat. Namun, efek samping dari mandi obat
sudah mulai terasa.
Meskipun semalam sudah melepaskan
kelebihan energi hangat dengan Ana, energi Adriel sekarang kembali meluap-
luap.
Adriel tidak punya pilihan selain
mencoba menenangkan diri dan mencari solusi sendiri.
Namun, Adriel menemukan bahwa cara
biasa tidak terlalu efektif. Hanya sedikit energi hangat berlebih yang bisa
dilepaskan dan itu tidak menyelesaikan masalah utamanya.
"Sepertinya aku perlu menjaga
keseimbangan energi gelap dan terang untuk mengatasi masalah energi hangat yang
berlebihan ini. Cara-cara biasa nggak terlalu membantu," batin Adriel.
Pada saat itulah Yunna menelepon.
Jadi, Adriel hanya bisa menekan kelebihan energi hangat di tubuhnya untuk saat
ini dan dia akhirnya melaju dengan mobilnya.
Ketika Adriel tiba di perkebunan
keluarga Millano, Yunna dan Wina menyambutnya di pintu.
Saat melihat dua gadis cantik di
depannya, energi Adriel pun berkobar tak terkendali.
Rasanya, dia seperti orang yang telah
mengonsumsi Viagra. Setiap kali melihat gadis-gadis, dia sulit mengendalikan
hasratnya.
"Ada apa?" tanya Adriel
berusaha mengalihkan pandangannya.
"Kemarin malam kamu melukai
Pedro. Itu berarti kita memulai perselisihan dengan keluarga Wijaya. Doni
sangat pendendam. Dia pasti akan membalas."
Sambil berjalan di sisi Adriel, Yunna
menjelaskan.
"Biar saja kalau dia mau balas
dendam," sahut Adriel santai. "Aku siap menghadapinya."
Wina buru-buru menambahkan, "
Keluarga Wijaya nggak terlalu kuat, tapi Sekte Harimau Hitam di belakang mereka
nggak bisa dianggap remeh. Kakak mengkhawatirkan keselamatanmu, jadi dia
melaporkan masalah ini ke keluarga utama untuk meminta bantuan."
Keluarga Millano di Kota Silas
hanyalah cabang keluarga dari keluarga Millano di ibu kota provinsi. Mereka
adalah salah satu keluarga paling berpengaruh di Nambia.
"Lalu, apa jawaban dari keluarga
utama?" tanya Adriel.
"Keluarga utama mengutus seorang
mahaguru untuk menghadapi keluarga Wijaya. Kakak ingin kamu berkenalan
dengannya dan bekerja sama," jelas Wina.
"Baiklah," sahut Adriel.
Ketika mendengar ada seorang mahaguru
alam bawaan yang datang, dia merasa sedikit tertarik.
Ketiganya naik ke sebuah paviliun di
perkebunan. Di sana, tampak Simon sedang menemani seorang mahaguru yang diutus
oleh keluarga Millano dari ibu kota provinsi.
Pria itu berusia sekitar lima
puluhan. Sebagian rambutnya sudah memutih, tetapi tatapannya setajam elang dan
sosoknya memancarkan aura yang kuat.
"Perkenalkan, beliau ini tamu
terhormat keluarga Millano, Yudha Karim. Mahaguru Yudha adalah seorang ahli
bela diri."
Simon berdiri dan menyambut Adriel,
lalu berkata kepada Yudha, "Mahaguru Yudha, ini adalah Adriel Lavali. Dia
masih muda, tapi sangat berbakat. Nggak cuma ahli pengobatan, dia juga mahaguru
alam bawaan."
Adriel memberi hormat dan berkata,
" Salam kenal, Mahaguru Yudha."
Namun, Yudha melirik Adriel tanpa
berdiri menyambutnya. Salam Adriel hanya dibalas dengan anggukan kepala yang
terkesan angkuh.
Khawatir Adriel tersinggung, Yunna
segera berkata, "Pak Adriel, silakan duduk."
Sambil mencibir, Yudha membuka mulut,
"Kalian nggak perlu mengundang dia kemari. Kalau cuma Doni, aku bisa
menghadapinya seorang diri. Mengajak orang yang belum berpengalaman seperti dia
hanya akan menjadi beban."
"Anak muda, kamu boleh pergi
sekarang. Dengan adanya aku di sini, kehadiranmu nggak dibutuhkan."
Ucapan Yudha saat berbicara pada
Adriel terdengar sangat meremehkan.
Simon dan Yunna seketika merasa tidak
enak hati. Mereka tidak menyangka Yudha akan bersikap angkuh dan meremehkan
Adriel. Selain itu, perkataannya juga sangat kasar.
"Mahaguru Yudha, sebaiknya kita
jangan meremehkan lawan. Kita belum tahu kemampuan Doni, jadi nggak ada
salahnya Pak Adriel ikut berjaga-jaga. Lagi pula, Pak Adriel juga seorang
mahaguru."
Yunna sengaja menekankan kata "
mahaguru" agar Yudha bisa lebih sedikit menghormati Adriel.
Namun, entah tidak mendengar atau
sengaja mengabaikan, Yudha berkata dengan sinis kepada Adriel, "Kalau baru
memasuki tingkat langit pertama, sebenarnya belum bisa dianggap sebagai
mahaguru. Anak muda, tunggu sampai kamu mencapai tingkat kedua, baru
kemampuanmu bisa dibilang setara denganku."
No comments: