Bab 80
"Mahaguru Yudha, ada ahli di
pihak lawan. Ini kesempatanmu untuk unjuk kekuatan," kata Adriel.
Dari mobil yang menabrak mobil James,
Adriel melihat ada seorang pria dan wanita yang keluar.
Pria itu berwajah buruk. Rambutnya
dicat perak, alisnya dicukur tipis dan matanya yang cekung memberikan kesan
licik dan jahat. Penampilannya terlihat semakin kejam dengan hidungnya yang
besar dengan cuping yang terlipat ke luar dan sepasang gigi depan yang menonjol
dari mulutnya.
Saking buruknya wajah pria itu, anak
kecil pun pasti akan menangis jika melihatnya.
Di sisi lain, wanita yang keluar
bersama pria itu sangat cantik. Rambutnya, entah mengenakan wig atau dicat,
berwarna ungu. Meskipun tidak secantik Ana atau Yunna, dia memiliki daya tarik
yang mampu memikat pria hanya dengan satu lirikan mata.
Mereka berjalan perlahan ke arah
Adriel dan yang lain. Pada saat yang bersamaan, pengemudi mobil yang menabrak
mobil pria dan wanita itu membuka pintu dan mengumpat, "Sialan! Kalian
bisa menyetir atau nggak?"
Pria buruk rupa itu langsung melompat
dan mencengkeram leher pengemudi tadi. Diiringi bunyi 'krak', leher pengemudi
itu dipelintir hingga tewas.
Cara membunuh yang kejam ini
menunjukkan betapa jahatnya pria itu.
Di mobil pengemudi tadi juga ada
seorang wanita yang lumayan cantik. Melihat kekasihnya terbunuh di depan mata,
wanita itu berteriak histeris, wajahnya langsung pucat.
"Cantik juga. Aku suka yang
seperti ini."
Seusai berbicara, pria buruk rupa itu
langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
"Kak, kita masih ada urusan
penting.
Wanita cantik berambut ungu itu
mengingatkan.
mengingatkan.
"Kamu saja yang urus mereka, aku
mau bersenang-senang dulu."
Pria buruk rupa itu langsung menerkam
kekasih pengemudi tadi yang hanya bisa menjerit ketakutan.
Adriel dan Yunna yang melihat adegan
ini pun merasa geram. Pria itu benar-benar brutal.
"Dasar bajingan!" cerca
Yunna.
Kedua tinju Adriel terkepal erat,
tidak sabar untuk menyerang. Namun, dua orang polisi dari Departemen Keamanan
Kota tiba-tiba datang dengan menodongkan senjata.
"Jangan bergerak!" seru
salah seorang polisi.
Wanita berambut ungu itu menatap
kedua polisi tadi sejenak, lalu tersenyum. Setelah itu, sosoknya yang ramping
melesat ke depan dengan kecepatan tinggi.
Kedua polisi tadi menembak bersamaan,
tetapi tembakan mereka sama sekali tidak mengenai sasaran. Salah satu polisi
itu langsung roboh setelah menerima pukulan, sedangkan polisi yang satu
ketakutan dan gemetar sehingga tidak mampu memegang pistolnya lagi.
"Kamu tampan juga. Jangan takut,
sayang.
Wanita berambut ungu itu mengulurkan
jari dan mengangkat dagu polisi yang gemetaran. Matanya mengerling, menggoda
polisi pria itu.
"Sayang sekali, aku masih ada
urusan penting. Kalau nggak kita pasti sudah bersenang-senang sebelum aku
membunuhmu. Nasibmu sial sekali, nggak bisa menikmati tubuhku sebelum
mati."
Setelah selesai berbicara, wanita
berambut ungu itu menusukkan tangannya yang seperti cakar ke dada polisi malang
tadi.
Tangan wanita berambut ungu itu
seketika menembus dada sang polisi dan dia mencabut jantungnya. Jantung yang
berlumur darah segar itu pun berdenyut- denyut di genggaman wanita itu.
"Ah!"
Yunna tidak pernah melihat
pemandangan sesadis itu, dia langsung mual dan mau muntah.
Orang-orang yang sempat berhenti
menyaksikan kecelakaan tadi juga ketakutan setengah mati. Dengan panik, mereka
berteriak dan lari terbirit-birit.
Wanita berambut ungu itu tertawa
terpingkal-pingkal melihat ketakutan mereka.
Jika tidak menyaksikan sendiri
kekejamannya barusan, tidak akan ada yang menyangka bahwa wanita secantik dia
ternyata seorang pembunuh berdarah dingin.
Adriel juga belum pernah melihat
kekejaman seperti ini. Wajahnya tegang dan hatinya merasa gelisah.
Hanya Yudha yang tidak menunjukkan
rasa takut. Dengan nada meremehkan, dia berkata, "Ternyata musuh kita cuma
dua orang gila berkedok mahaguru saja. Aku akan membunuh mereka."
"Mereka kejam dan cukup kuat.
Hati-hati, lebih baik kita bekerja sama."
Adriel segera mengingatkan.
"Diam! Belum waktunya mahaguru
ingusan sepertimu menasihati mahaguru sejati sepertiku. Jangan ikut campur.
Kamu cuma merepotkan saja," seru Yudha.
No comments: