Bab 98
Saat sedang menunggu, nomor Jessy
tiba - tiba muncul di layar ponsel Adriel.
"Pak Adriel, kamu baik-baik
saja? Kudengar kamu diserang ahli yang sangat kuat semalam?"
"Aku nggak apa-apa."
"Syukurlah kalau nggak apa-apa.
Omong - omong, kamu punya waktu luang sore ini? Aku mau mengajakmu menonton
film sekaligus mau tanya-tanya soal seni bela diri."
Jessy langsung menjelaskan maksud dan
tujuannya di telepon.
Adriel sempat menimbang-nimbang
sejenak sebelum akhirnya setuju.
Dengan begitu, mereka pun sepakat
untuk langsung bertemu di bioskop.
Tempat tinggal Adriel lumayan dekat
dengan bioskop. Hanya butuh beberapa menit naik mobil untuk sampai ke sana.
Berhubung dia sampai di bioskop terlebih dahulu, dia pun duduk di kursi tunggu
sambil memainkan ponselnya.
Tiba-tiba, muncul pemberitahuan di layarnya
bahwa Lisa baru saja menambahkan Adriel ke grup teman sekelas dan dengan ramah
menyambutnya di grup obrolan.
Adriel mengeklik opsi daftar anggota
grup dan mendapati nama Diro serta Fanny ada di antaranya, tetapi tidak ada
nama Thomas
Dia baru saja hendak mengirim pesan
untuk menyapa teman-teman sekelasnya.
Namun, belum sempat dia melakukannya,
ada seorang teman sekelas yang terlebih dahulu mengirim emoji terkejut dan
bertanya, "Apa ini? Adriel yang mana?"
"Pasti Adriel Lavali yang itu,
'kan? Siapa lagi kalau bukan Pak Adriel dari Grup Bintang? Dia masih hidup
ternyata? Atau baru keluar dari penjara?"
"Hei, kita semua di sini
berteman. Tolong bicara yang sopan, ya. Jangan begitu."
Lisa buru-buru berkomentar sebelum
kolom obrolan grup makin tidak enak dibaca.
Adriel tersenyum tipis. Dia tahu
bahwa teman-teman sekelasnya ini tahu betul identitasnya sebagai pewaris
keluarga Lavali yang terkenal. Kini, setelah dia kehilangan segalanya, ada
banyak di antara mereka yang diam-diam merasa senang dengan kejatuhannya.
"Dia sendiri yang menjerumuskan
dirinya ke dalam jurang narkoba dan perjudian. Memangnya dia peduli dengan
penilaian orang lain tentangnya?"
"Grup kelas kita ini berisi
orang-orang sukses dari angkatan kita. Ketua Kelas Lisa, kenapa kamu menambahkan
orang seperti dia ke grup?"
Tanpa berpikir dua kali, mereka mulai
mencemooh.
"Kalian nggak boleh bicara
begitu. Yang namanya roda kehidupan itu selalu berputar. Nasib manusia pasti
ada pasang surutnya. Apa kalian merasa senang saat mencaci orang yang sedang
susah dan tertawa di atas penderitaan orang lain begini?"
"Lagi pula, saat sekolah dulu,
kalian semua sering mengekor di belakang Kak Adriel dan sibuk menjilat
sana-sini demi menumpang ketenarannya, 'kan?"
"Dulu kalian ribut
memanggil-manggilnya dengan sebutan Kak Adriel. Sekarang, saat dia sedang
susah, kalian semua malah menghinanya habis-habisan. Kalian bangga menjadi
orang yang seperti itu?"
Tiba-tiba saja, seorang teman sekelas
lain mengirim rentetan pesan panjang, menegur orang-orang yang menghina Adriel
di grup.
Orang itu adalah Ebert Gesman, teman
sebangku Adriel yang juga merupakan sahabat baiknya semasa sekolah.
Setelah Ebert selesai menegur, kolom
obrolan grup itu mendadak hening sejenak. Tidak berselang lama kemudian, Ebert
mengirim permintaan pertemanan pada Adriel.
Adriel sempat ragu-ragu sejenak,
kemudian memutuskan untuk menerima permintaan pertemanannya. Tak
disangka-sangka, Ebert langsung mengirim pesan suara.
"Kak Adriel, kamu menghilang
ditelan bumi selama lebih dari dua tahun ini dan nggak bisa dihubungi sama
sekali. Apa kamu baik- baik saja? Di mana Kak Adriel sekarang?"
Adriel bisa mendengar dengan jelas
antusiasme dalam nada suara Ebert.
Hati Adriel seketika menghangat.
Ternyata masih ada orang yang ingat dan peduli padanya.
"Aku di Kota Silas," balas
Adriel.
Tanpa menunggu lagi, Ebert langsung
memulai panggilan video. Saat akhirnya panggilan videonya terhubung, wajah
penuh semangat Ebert muncul di layar ponsel.
"Kak Adriel! Kakak makin keren
saja, ya."
"Tentu saja," jawab Adriel
sambil tertawa.
"Kak, apa pun yang orang-orang
di grup itu bilang soal kamu, jangan diambil hati, ya. Memang ada banyak rumor
negatif tentangmu selama dua tahun ini, tapi aku nggak percaya. Oh ya, Kakak
ada di Kota Silas? Di mana tepatnya? Aku mau bertemu denganmu setelah pulang
kerja nanti."
Ebert langsung mencecar dengan berbagai
pertanyaan dengan antusias.
"Aku ada janji hari ini. Kita
bertemu besok saja," kata Adriel.
Bagaimanapun, dia sudah ada janji
dengan Jessy untuk menonton film dan makan malam bersama. Meskipun Adriel juga
ingin bertemu, dia terpaksa menolak ajakan Ebert untuk hari ini.
"Baiklah kalau begitu. Sampai
bertemu besok."
Mereka tidak banyak berbincang di
panggilan video itu. Sebenarnya, Adriel tidak ingin melihat grup obrolan lagi
setelah Ebert mengakhiri panggilan, tetapi seseorang menyebut-nyebut namanya.
"Lisa, jangan-jangan kamu
menambahkan Adriel ke grup karena mau mengajak kami menghadiri pemakamannya?"
Diro tiba-tiba melontarkan pertanyaan
yang membuat situasi jadi memanas.
Kemudian, Diro menyebut dan menandai
Adriel, lalu sengaja memancing, "Kamu di rumah sakit mana? Kamu pasti
sedang sekarat sekarang, 'kan?"
No comments: