Bab 29
Kalau dilihat lebih dekat ....
Yang digosok bukan kaki Luna,
melainkan perut bagian bawahnya.
Melihat Deon masuk, Luna langsung
panik.
"Siapa yang menyuruhmu...
masuk?! Keluar! Kalau nggak, aku ... aku akan memukulmu!" ucap Luna sambil
terengah-engah dan terus menatap Deon dengan mata waspada. Dia takut kejadian
di kantor akan terulang kembali.
Deon dengan hati-hati mengamati wajah
dia dan berkata, "Aku nggak bermaksud jahat, Bu Luna. Aku masuk karena
melihatmu seperti sedang nggak enak badan. Kalau kamu nggak keberatan, bolehkah
aku memeriksamu sebentar?"
Luna tidak menjawab dan menatap Deon
dalam diam.
Deon berkata, "Dahimu bercucuran
keringat, artinya kondisi fisikmu saat ini sedang nggak bagus. Kalau begini
terus, ambulans sekalipun nggak akan sempat menyelamatkanmu."
Luna menggertakkan gigi dan berkata,
"Ya, sudah! Periksa saja, jangan pakai acara sentuh-sentuhan!"
Setelah Luna memberi izin, Deon mulai
memeriksa keadaannya.
Melihat wajah cantik Luna yang pucat
serta tubuhnya yang sakit saat diluruskan, Deon langsung menyadari apa yang
terjadi.
Tampaknya, luka yang ditinggalkan
Harlan di perutnya telah kambuh.
Deon berkata, "Ulurkan kakimu ke
sini."
"Apa yang mau kamu
lakukan?" tanya Luna sambil membelalak dengan marah.
"Aku sudah bilang, 'kan? Periksa
saja, tapi jangan menyentuhku!"
"Kalau kamu masih mau hidup,
lakukan saja!" ucap Deon dengan ekspresi yang tiba-tiba menjadi serius.
Luna terkejut karena tidak menyangka
pria yang biasanya sopan dan baik hati ini akan terlihat begitu menakutkan saat
dia marah!
Tanpa sadar, Luna merentangkan kaki
jenjangnya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun,
Deon menekan beberapa titik akupunktur penting di telapak kaki Luna dengan
kedua tangannya.
"Tahan, ini akan sedikit
sakit."
"Aku akan menekan dengan cukup
kuat."
"Ah!"
Detik berikutnya, Luna gemetar
seperti tersengat listrik dan berteriak sambil mengepalkan seprai dengan kedua
tangan.
"Sudah."
Deon melepaskan kaki Luna yang mulus
dan berkata, "Bu Luna, tubuh dan tulangmu sangat lemah. Kusarankan
perbanyak olahraga atau meminum suplemen."
Faktanya, ketahanan tubuh Luna memang
termasuk lemah. Meski dia sudah meminum obat mujarab dari Deon, risiko
kambuhnya tetap tidak hilang.
Luna akhirnya menyadari bahwa perut
bagian bawahnya tidak sakit lagi, lalu bertanya, "Apa yang kamu
lakukan?"
"Nggak banyak. Titik akupunktur
mengaktifkan sirkulasi darah di tubuh kita, aku menggunakan teknik pengobatan
tradisional yang paling mendasar dengan efek samping paling minimal. Tapi, aku
hanya mengobati gejalanya, bukan akar masalahnya. Jadi kamu harus tetap berhati-hati,"
jelas Deon panjang lebar dengan serius.
Jantung Luna berdetak kencang dan dia
bahkan merasa terharu, tetapi dia cepat-cepat mengingatkan dirinya sendiri.
Kalau Deon benar-benar peduli
padanya, dia pasti akan datang menyelamatkannya daripada membantu ibunya
pindahan.
Semua tindakan Deon hanyalah akting!
Memikirkan hal ini, tatapan Luna
lagi-lagi menjadi dingin.
"Jangan kira kamu bisa mengubah
pikiranku dengan mengobatiku. Sampai jumpa di Kantor Catatan Sipil!"
"Terserah kamu saja," ucap Deon
dengan acuh tak acuh.
Setelah itu, dia pun berdiri dan
keluar dari kamar Luna.
Di pagi hari.
Keduanya tiba di Kantor Catatan Sipil
pagi-pagi sekali. Kebetulan, yang bertugas hari ini adalah petugas yang
sebelumnya melayani mereka.
"Permisi! Kami ingin mengajukan
cerai!"
Petugas wanita itu tercengang dan
berkata, " Kalian ... kalian baru saja mengajukan akta nikah tiga hari
yang lalu!"
"Memangnya kenapa?" tanya
keduanya secara serempak.
"Memangnya ada yang peraturan
yang nggak memperbolehkan perceraian setelah menikah selama tiga hari?"
Bahkan kecepatan berbicara dan
ekspresi keduanya sangat sinkron!
Petugas di balik kaca berkata dengan
enggan, Kalian ... perceraian adalah masalah besar! Apakah kalian nggak bisa
memikirkannya lagi?"
"Apa lagi yang perlu
dipertimbangkan?"
"Apa lagi yang perlu
dipertimbangkan?"
Lagi-lagi, keduanya berbicara dan
memasang ekspresi kesal dengan sinkron.
Petugas itu berkata dengan
tercengang, "Gila, sih! Kalau kalian nggak bilang bahwa kalian datang
untuk bercerai, aku pasti sudah mengira bahwa kalian adalah pasangan yang sudah
menikah selama beberapa dekade!"
"Apa maksudmu?"
Lagi-lagi, keduanya tertegun dan
berbicara pada saat yang bersamaan, lalu saling memandang dengan dingin.
"Jangan meniru
kata-kataku!"
Bahkan awalan dan akhiran ucapan
mereka sama persis!
Wanita di balik kaca terdiam sejenak.
"Maaf, kalian nggak bisa
bercerai!"
No comments: