Bab 39
'Nggak, nggak. Yang lebih penting
lagi, kenapa tadi hatimu goyah saat melihat Deon?'
Kamu nggak boleh menyimpan perasaan
terhadap pegawaimu sendiri!"
Luna menarik napas dalam-dalam dan
membatin, 'Ilusi! Tak dipungkiri lagi, itu pasti ilusi!'
Dalam sekejap, wajahnya yang tadi
merona dan menawan kembali menjadi datar dan dingin seperti sedia kala.
Darren tersenyum dan berkata,
"Kalian berdua datang untuk menemuiku, 'kan? Kebetulan aku sedang ada
waktu luang, silakan masuk!"
Di mata Darren, Deon tampak sangat
peduli pada gadis ini, jadi tentu saja dia harus membelanya dengan melakukan
permintaannya dan membantunya sebisa mungkin.
Luna merasa tersanjung dan buru-buru
berkata, "Terima kasih banyak, Pak Darren."
"Deon," panggil Luna sambil
berbalik.
Akan tetapi, Deon malah sudah
berjalan cukup jauh.
Sebenarnya, Deon memang berencana
pulang dan hanya bermaksud membantu Luna masuk.
Namun, tindakannya tidak terlihat
demikian di mata Luna.
Kalau Deon benar-benar mengenal
Darren, kenapa dia nggak bekerja di Grup Sinarta saja?"
Apakah dia benar-benar hanya
kebetulan lewat? Mungkin saja begitu!"
Di sisi lain, Daniel menghadap Luna
dengan gembira.
"Luna, Pak Darren jarang-jarang
ingin bertemu dengan orang asing. Jangan hiraukan pegawaimu itu lagi, dia
bahkan nggak pantas berada bersama kita!"
Mendengar cercaan Daniel terhadap
Deon, Darren langsung memarahinya dengan dingin.
"Kapten Daniel, kuperingatkan
satu hal. Ke depannya, berbicaralah dengan sopan dan beradab!"
Kalau bukan karena Deon, tidak
mungkin Darren sudi menemui kedua orang ini. 1
Karena ketakutan, Daniel buru-buru
berlutut dan meminta maaf.
"Ba-baik, Pak Darren. Anda
benar, saya nggak beradab. Nggak seharusnya saya mengutuk orang begitu saja di
depan umum."
Setelah berpikir sejenak, dia
tiba-tiba berkata dengan penuh semangat, "Pak Darren ... mengenali
saya?"
Darren menjawab dengan tidak
antusias.
"Tahun lalu saat aku mengadakan
pertemuan terbuka dengan pemerintah kota, kamu kebetulan bertanggung jawab atas
keamananku, jadi aku masih mengingatmu."
Setelah itu, Luna dan Daniel pun
membahas urusan bisnis dengan Darren.
Setelah keluar dari kantor Grup
Sinatra, Luna terlihat lega sekaligus bersyukur.
"Orang-orang selalu berkata
bahwa Pak Darren adalah orang yang sangat teliti. Aku nggak menyangka dia akan
langsung menyetujui permintaanku dan membantu Grup Lixon mengatasi krisis
ini."
Daniel menjelaskan dengan bangga.
"Luna, Pak Darren adalah orang
yang tahu berterima kasih. Dia rela membantumu karena dulu aku melindunginya,
jadi dia melakukan hal ini sebagai bentuk rasa syukur padaku!"
Nyatanya, Daniel sendiri tidak
menyangka Darren akan langsung setuju bekerja sama dengan Luna hanya karena
mereka pernah bertemu satu tahun lalu.
Luna terkejut.
"Kalau begitu, aku bisa bertemu
dengan Pak Darren berkat dirimu? Daniel, aku benar-benar berterima kasih!
Daniel berkata dengan sombong,
"Sama-sama. Luna, jangan ada rasa sungkan di antara kita berdua!"
Karena terbawa suasana, Daniel
diam-diam mendekati Luna.
Namun, Luna spontan mengangkat
alisnya, lalu mundur selangkah dan tersenyum sopan.
"Terima kasih, Daniel. Aku akan
mentraktirmu makan malam lain kali sebagai bentuk terima kasihku padamu.
Sekarang sudah larut, pulanglah lebih dulu!"
Daniel tersenyum canggung dan
berkata, "Oke, oke."
Dia terpaksa mengesampingkan nafsunya
dan pergi dengan marah.
Di sisi lain, Luna merasa lega karena
masalahnya telah terpecahkan dan beban dari krisis ini akhirnya lenyap.
Tak sabar ingin merayakan berita ini,
dia pun menelepon Suzie.
"Zie, apakah kamu senggang besok
malam? Ayo minum bersama!"
Di kediaman Keluarga Yale, Suzie baru
saja selesai mandi. Dia mengenakan jubah mandi sutra berwarna putih yang
membuatnya terlihat menawan.
Sambil mengelus kakinya yang mulus,
dia menjawab dengan bersemangat.
"Luna, bukannya kamu biasanya
nggak minum-minum? Apa yang terjadi?"
Luna terkekeh dan berkata,
"Peraturan itu nggak berlaku lagi! Sampai jumpa besok malam di Restoran
Black Rose, awas saja kalau kamu nggak datang!"
Setelah itu, Luna langsung memutuskan
panggilannya.
Suzie meletakkan ponselnya. Pada saat
yang bersamaan, Yoshi datang dan menyerahkan sebuah dokumen kepadanya.
"Nona, semua informasi tentang
Deon sudah ada di sini."
Suzie membuka dokumen itu secepat
kilat dan membaca informasi yang tercantum dengan teliti. 1
"Lahir di keluarga kelas pekerja
biasa. Ibunya adalah orang tua tunggal yang membesarkannya sendirian karena
ayahnya meninggal saat dia berusia lima tahun."
"Adik perempuannya lima tahun
lebih muda dan sedang kuliah."
"Setelah lulus SMA pada usia 18
tahun, dia pergi ke Provinsi Xino untuk mengabdi sebagai tentara selama tujuh
tahun. Setelah menyelesaikan tugas kemiliteran, dia kembali ke kampung
halamannya dan melamar magang di departemen penjualan Grup Lixon."
Suzie tercengang dan berkata,
"Itu saja? Nggak ada yang spesial?"
Namun, dia melihat Deon di TKP tempat
Harlan diserang sampai lumpuh. Tak hanya itu, Deon juga menjatuhkan seorang
ahli bela diri hanya dengan satu jari.
Apakah ini adalah hal biasa bagi
seorang tentara yang pernah bertugas selama tujuh tahun?
"Paman Yoshi, tolong carikan
arsip militernya selama dia bertugas di Provinsi Xino."
Setelah dipikir-pikir, hanya ada satu
bagian yang belum ditelusuri. Apa yang dia lakukan selama tujuh tahun berkelana
di Provinsi Xino?
No comments: