Bab 1050
Eddy berkata dengan cemas, "Baru saja kamu mengatakan bahwa
Adriel akan ragu dan nggak akan membunuh!"
"Manusia tak berguna, minggirlah!" kata Robbie.
Robbie juga merupakan sosok yang penting, meskipun dia merasa
sedih dan marah karena putra bungsunya dibunuh, tetapi menuntut balas dendam
atas kematian putranya tidak berguna dalam situasi seperti ini. Hal yang paling
penting saat ini adalah melindungi keluarga Millano.
Dia menahan kesedihan dan kemarahan, berteriak sambil mengangkat
kepalanya dan melihat ke arah pintu dengan sedikit keyakinan.
Saat ini, terdengar suara langkah kaki di depan pintu.
Semua orang secara serentak melihat ke arah asal suara dan hanya
melihat seorang pemuda keluar dari debu asap. Dia berjalan dengan tenang,
seolah- olah berada di rumahnya sendiri.
Dan Yunna berjalan di sampingnya!
"Adriel..."
Saat melihat kedatangan Adriel, semua orang keluarga Millano
menunjukkan rasa takut dan hormat yang mendalam.
Nama Adriel bergema di seluruh Kota Majaya beberapa hari ini!
"Selamat datang di keluarga Millano, Pak Adriel. Aku tahu
kamu sedang marah saat ini, tapi tolong dengarkan aku..." mohon Robbie
dengan suara serak. Dia tidak berani bertindak karena dia hanyalah seorang
master puncak tingkat enam yang sudah tua. Dia tidak akan bisa mengalahkan Adriel
yang bisa melampaui tingkat untuk bertarung!
Lagi pula, meskipun bisa menang, apa yang harus dilakukan?
Latar belakang Adriel terlalu menakutkan. Dia dilindungi oleh Guru
Bumi...
Dia harus menahan dendam kematian putranya!
Adriel tidak berbicara. Saat ini dirinya penuh dengan aura
membunuh, wajahnya tampak tenang dan dia berjalan bersama Yunna langkah demi
langkah.
"Adriel, kamu baru saja membunuh putraku, aku sudah cukup
baik pada mu saat ini. Meskipun kamu memiliki latar belakang yang kuat, tapi
kamu nggak boleh masuk ke rumah orang dan membunuh semaumu, 'kan?" ujar
Eddy.
Akhirnya, Eddy tidak bisa menahan diri lagi. Karena dia juga
kehilangan putranya dan saat ini matanya sangat merah.
Namun, saat kata-kata itu diucapkan, Robbie sadar itu tidak baik.
Tiba-tiba wajahnya berubah dan dia ingin menghentikannya.
Namun, sudah terlambat.
Adriel bertanya, "Apa Vernon adalah putramu?"
"Iya" kata Eddy.
Eddy mengucapkan kata-kata itu dengan suara dingin.
Srekk!
Sebuah energi sejati melesat. Kepala Eddy pecah dan tubuhnya
terjatuh ke tanah.
Duarr!
Semua orang terpaku!
Dibunuh begitu saja?
"Satu keluarga harus lengkap," kata Adriel. Lalu dia,
mengangkat tatapannya. Dia dengan tenang melihat semua orang untuk bertanya,
"Bagaimana menurut kalian?"
Semua orang merasa kedinginan di dalam hati mereka!
Tiba-tiba mereka menyadari.
Kedatangan Adriel hati ini bukan untuk memberikan penjelasan,
tetapi untuk pembantaian besar- besaran.
Membunuh Vernon saja tidak cukup, kini ayahnya juga harus mati
bersamanya!
Robbie juga terkejut hingga mulutnya berkedut. Dia bersyukur dalam
hati bahwa dirinya tidak kehilangan akal sehat karena kemarahan sesaat untuk
menanyakan kematian putranya. Jika tidak, dia mungkin tidak bisa menyelamatkan
nyawanya sendiri.
"Siapa lagi?" Adriel bertanya dengan lembut kepada Yunna
Yunna melihat orang-orang yang dulunya pernah menyakiti dia. Tanpa
rasa takut, dia mengacungkan jarinya ke arah mereka dan berkata, "Dia
juga! Waktu itu dia memperkenalkan aku kepada keluarga Surya. Dia mengancam
kalau nggak setuju, dia akan membuat keluargaku menderita."
Yang ditunjukkan oleh Yunna adalah seorang pemuda dengan wajah
yang pucat. Dia terkejut dan panik ingin mengatakan sesuatu.
Srekk!
No comments: