Bab 1058
Di dalam kantor Pak Gary.
"Kembali ke kota Silas?" tanya Gary sambil meletakkan
cangkir teh.
"Pertarungan melawan keluarga Forez akan segera terjadi.
Meski aku percaya diri, pertarungan selalu memiliki risiko yang tak terduga. Jadi,
sebelum pertempuran itu, aku harus kembali ke kota Silas untuk menyelesaikan
beberapa urusan," kata Adriel.
Mendengar ini, Gary tersenyum lega.
Dia sudah mendengar tentang kisah Diana.
Seorang lelaki sejati harus selalu membalas budi!
"Bu Wendy memiliki banyak jasa kepada keluargamu dan
keluargaku. Aku seharusnya pergi dan berterima kasih secara pribadi, tetapi
sekarang aku masih sibuk dengan persiapan serangan terhadap keluarga
Forez."
Setelah berpikir sejenak, Gary membuka laci dan mengeluarkan
sebuah lencana dan berkata, "Ini adalah lencanaku. Katakan padanya, jika
ada masalah di kemudian hari, aku tak akan pernah mengabaikannya!"
Gary terkenal dengan komitmennya pada kata- katanya, janji seperti
ini jauh lebih berharga daripada hadiah apa pun!
Jika Wendy menghadapi masalah, Gary bahkan siap mempertaruhkan
nyawanya untuk membantu!
Namun, Adriel hanya tersenyum kecut dan berkata, "Aku rasa Bu
Wendy tidak akan membutuhkan bantuan..."
Kekuatan Wendy begitu misterius dan mendalam. Dia mungkin tidak
membutuhkan bantuan Gary sama sekali..
Gary menatapnya tajam dan berkata, "Apa dia membutuhkan atau
tidak itu urusan dia, tetapi kita harus menunjukkan niat baik kita! Ambil
ini!"
Adriel akhirnya menerima lencana itu dengan pasrah.
"Selain itu, ada satu hal lagi... "
Gary tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi kemudian ragu-ragu.
Adriel terkejut, karena Gary biasanya sangat tegas, tapi kali ini
tampak sedikit canggung. Dengan senyum lembut, Adriel berkata, "Paman
Ketiga, katakan saja."
"Itu soal pernikahanmu..." Gary terlihat sedikit malu
dan bingung saat berkata, "Apa yang kamu pikirkan tentang urusan
pernikahanmu?"
Adriel terdiam.
Dengan wajah serius, Adriel menjawab, "Paman Ketiga, jangan
bilang kamu akan memaksaku menikah? Seorang pria sejati harus punya ambisi
besar. Urusan asmara sementara ini tidak terpikirkan olehku."
"Ini sebenarnya bukan urusanku, tapi karena orang tuamu sudah
tidak ada, dan ini menyangkut janji lama..."
"Dulu, saat keluarga kita masih berjaya, ada perjanjian
pernikahan yang dibuat. Cucu tertua dari keluarga harus memenuhi perjanjian
itu, dan ini menyangkut hubungan dua keluarga..." kata Gary dengan senyum
masam.
Adriel menjawab, "Paman Ketiga, bagaimana kalau kamu punya
anak laki-laki saja, lalu aku serahkan posisi cucu tertua kepadanya?"
"Pergi sana."
"Baik, Paman!"
Adriel segera bangkit dan berjalan menuju pintu.
"Kembalilah ke sini!"
Gary berkata dengan wajah muram, "Seorang pria sejati harus
bertanggung jawab atas janjinya, tapi kamu ini punya banyak wanita..."
Gary tampak benar-benar bingung. Keponakannya ini memang luar
biasa dalam banyak hal, tapi soal asmara, dia benar-benar jauh dari sifat setia
kakaknya!
Entah dia belajar dari siapa!
Gary berpikir sejenak, lalu tiba-tiba berkata, "Pak
Dennis!"
Pak Dennis si pelayan tua, masuk dari luar pintu dengan hormat dan
berkata, "Pak Adriel."
"Aku punya tugas untukmu, tahan pamanku!" kata Adriel.
Setelah itu, Adriel langsung kabur!
Gary terdian tak percaya!
Pak Dennis berdiri di depan Gary, lalu berkata dengan tenang,
"Apa kita perlu bertarung?"
"Pergi sana!" kata Gary dengan marah dan duduk kembali
di kursinya.
Pak Dennis pun pergi dengan wajah datar.
Sementara itu, Adriel sudah berjalan keluar, sambil bergumam,
"Paman Ketiga, kamu terlalu jujur."
Lagipula, Gary juga sudah mengatakan bahwa perjanjian pernikahan
itu dibuat ketika keluarga mereka masih berjaya.
Sekarang keluarga Lavali sudah tidak sehebat dulu, bagaimana
mungkin pihak lain masih mau memenuhi perjanjian itu?
No comments: