Bab 1066
Yasmin tertegun sejenak dan kemudian menjadi cemas sambil
bertanya, "Bu, apa yang terjadi?"
"Apa yang terjadi? Adriel di sini cuma untuk sarapan. Jangan
heboh!"
Meskipun Ana tidak suka, dia masih memiliki selera yang menawan.
Bisa dikatakan bahwa semalam dia merasa puas dan tampak berseri-seri.
"Kenapa datang ke sini untuk makan? Ini rumahku! Bukankah dia
datang ke sini sengaja untuk membuatku jijik, 'kan?"
Yasmin sangat marah. Dia menunjuk ke arah Adriel sambil berkata,
"Siapa yang mengizinkanmu masuk? Keluar!"
Adriel menyahut dengan santai, "Apa kamu salah paham? Ini
adalah rumah ibumu. Kepala rumah tangganya bukan kamu. Sekarang kamu cuma
lulusan yang sedang menganggur. Kamu cuma hidup di rumah sebagai generasi kedua
kaya yang nggak berguna. Lagi pula, ini juga masih dianggap rumahku."
Hanya dengan satu kalimat yang benar-benar membuat Yasmin
terkesiap.
Karena memang itulah kenyataannya.
Yasmin baru saja kembali dari Sekte Harimau Hitam.
Sekarang teman-teman lamanya mengira dia belajar hal buruk dan
menghindarinya.
Ana khawatir Adriel tidak akan menyukainya, jadi tidak akan
membiarkan Yasmin bekerja di Grup Bintang.
Yasmin memang pengangguran yang tidak berguna.
"Kamu, kamu itu orang luar. Kamu cuma generasi kedua keluarga
kaya. Apa hakmu untuk mengajariku! "seru Yasmin berteriak marah.
"Apa hakku?" ulang Adriel. Dia kembali tersenyum ringan,
"Cuma karena aku adalah master puncak tingkat empat, Raja Tanpa Mahkota di
Kota Majaya dan didukung oleh Tiga Guru Bumi. Apa aku nggak berhak untuk
berbicara denganmu?"
Sambil berkata demikian, Adriel menuturi Yasmin dengan nada orang
tua yang sedang bicara, " Yasmin, apa yang membuatmu berani membalas
perkataanku? Apa sebelumnya aku terlalu lembut? Atau kamu dalam masa
pemberontakan? Kamu perlu menempatkan dirimu dengan benar."
"Dibandingkan denganku, kamu itu cuma sampah. Apa kamu
mengerti?"
Benar saja, wajah Yasmin memerah setelah diceramahi. Wanita itu
tidak dapat menemukan kata -kata untuk membantah.
Setelah beberapa saat, Yasmin sangat marah hingga seluruh tubuhnya
gemetar dan berkata, "Adriel, kamu percaya padaku atau nggak ... "
"Aku nggak percaya," jawab Adriel sambil tersenyum.
"Yasmin, jangan berteriak pada Adriel! Adriel adalah
penyelamatmu. Dia sudah membiarkanmu beberapa kali tanpa berdebat denganmu.
Kenapa kamu nggak bisa berpikiran dewasa?" tanya Ana sambil mengerutkan
kening.
Mendengar ucapan ibunya sendiri.
Yasmin melihat ekspresi acuh tak acuh Ana, lalu hatinya tiba-tiba
menjadi dingin. Dia menyahut, " Aku nggak memintanya untuk
menyelamatkanku. Aku juga nggak menintanya untuk melepaskanku. Bunuh saja aku
kalau berani! Kamu pikir anak angkatmu lebih mampu daripada putri kandungmu,
kalau begitu hiduplah bersamanya! Anggap saja aku nggak pernah jadi
putrimu!"
"Aku nggak diterima di rumah ini. Aku akan pergi!"
Sambil berkata demikian, Yasmin segera berbalik dan pergi. Namun,
ketika sampai di pintu, dia berhenti, seolah menunggu Ana memanggilnya.
Namun, Ana tidak berkata apa-apa.
Air mata menetes dari sudut matanya, Yasmin mengepalkan tinjunya,
membuka pintu dan berjalan keluar tanpa ragu-ragu.
"Apa aku sudah terlalu menyakitinya karena perkataanku?"
Ana bergumam dengan cemas. Bagaimanapun juga, Yasmin adalah putri
kandungnya dan dia sedikit tidak tega.
Adriel menggelengkan kepalanya sambil berkata, " Kalau dia
benar-benar mampu dan punya mental untuk memulai bisnis dari awal, aku akan
mengaguminya."
"Sekarang? Haha..."
Ana tampak sedikit sedih. Ini semua adalah kegagalannya karena
suda mendidik anak perempuan seperti itu. Dia bergumam, "Ini semua
salahku. Aku terlalu memanjakannya..."
"Dia dilahirkan membawa karma. Menurutku emosinya diwarisi
dari ayah kandungnya!"
Adriel mendengus dingin. Sifat buruk manusia adalah bawaan dari
gen mereka.
Namun, kali ini, Ana sedikit tertegun ketika mendengar kata-kata
itu. Wanita itu menghela napas pelan, seolah mengingat masa lalu dan matanya
dipenuhi kesedihan.
Setelah berkata demikian, Adriel menatap langsung ke arah Ana,
kemudian berkata dengan serius, " Sekarang apa kamu bisa ceritakan tentang
pengalaman hidup Yasmin padaku?"
"Ini ... kenapa masih menanyakannya ? Semuanya sudah
berakhir..."
Ana tertegun sejenak, lalu menundukkan kepalanya perlahan sambil
berbisik.
"Nggak semudah itu untuk melupakannya," jawab Adriel
dengan santai.
Ana ingin Adriel berhenti bertanya. Bagaimanapun, pria itu sangat
kuat dan Ana tidak ingin menempatkan Adriel dalam bahaya. Namun saat ini, dia
melihat sorot acuh tak acuh dengan penuh ketegasan di mata Adriel.
Entah kenapa, penolakan itu tidak bisa diucapkan.
Perlahan-lahan, matanya melembut ketika melihat Adriel. Lalu, dia
merasakan sedikit perasaan haru di dalam hatinya.
Pada titik tertentu, anak laki-laki yang sudah tumbuh dewasa ini
sudah menjadi pria sejati.
Sekarang dia adalah raja tidak bermahkota di Kota Majaya.
Semua perkataannya harus dihormati!
No comments: