Bab 1078
Darna mengangguk puas seraya berkata, "Dia memang putriku dan
ucapanmu sangat bagus. Orang yang bisa mencapai hal-hal besar nggak akan
terpaku pada hal-hal sepele. Aku memerkosa ibumu dan itu adalah balasan terbaik
karena dia sudah menyelamatkan hidupku. Aku akan memberinya kehidupan yang
makmur dan kaya. Sayangnya dia nggak bisa menghargai itu semua."
"Kakek nenekmu terlalu bertele-tele, keras kepala dan nggak
tahu bagaimana cara menghargai orang lain. Jadi, aku nggak punya pilihan selain
membunuh mereka."
Yasmin segera ditarik oleh Darna. Dia langsung memeluk Darna
sambil menangis tersedu-sedu.
"Ayah, akhirnya kamu menemukanku."
Darna mengelus punggung Yasmin untuk menenangkannya dengan penuh
kasih sayang.
"Yasmin, kamu adalah anak yang nggak tahu berterima kasih.
Hatimu sangat licik."
Ana sangat sedih dan marah hingga tubuhnya gemetar. Dia menatap
Yasmin sambil berkata, "Aku sudah melahirkanmu dan membesarkanmu. Aku yang
memberimu makanan terakhirku bahkan di saat yang paling sulit. Kamu justru
menganggap bajingan itu sebagai ayahmu."
Ana selalu peduli pada Yasmin di dalam hatinya. Dia selalu
menganggap Yasmin sebagai nyawa hidupnya. Jika tidak, Yasmin pasti sudah mati
100 kali.
Seluruh keluarga Ana dibunuh oleh Darna. Dia juga diperkosa oleh
Darna.
Namun, Yasmin justru mengucapkan kata-kata seperti itu dan ingin
mengakui bajingan itu sebagai ayahnya. Sungguh tidak ada rasa kemanusiaan
sedikit pun....
Yasmin berkata dengan percaya diri, "Benar kata Ayah, kamu
yang nggak bisa menghargainya. Aku sangat berterima kasih pada Ibu karena telah
melahirkanku dan membesarkanku, tapi Ibu justru berhubungan dengan Adriel dan
melakukan hal memalukan seperti itu. Ibu masih berani mengajariku? Ibu nggak
tahu kalau dia adalah orang yang paling aku benci? Apa Ibu nggak pernah
memikirkan perasaanku?"
"Aku..."
Ana tidak bisa berkata-kata. Dia tidak bisa mengatakan di depan
umum bahwa dulu Adriel juga memerkosanya, bukan?
Lalu, Ana yang mulai jatuh cinta pada Adriel?
Tentu saja, Adriel dan Darna masih berbeda meskipun keduanya
sama-sama memerkosanya.
Setidaknya, sekarang Ana benar-benar mencintai Adriel.
"Bu, kalau kamu masih menganggapku sebagai putrimu, kamu
nggak bisa menghentikanku untuk menuju masa depan yang lebih baik. Ini adalah
keluarga Romli. Aku dilahirkan untuk menjadi bangsawan. Kalau Ibu nggak keras
kepala dan membawaku pergi, aku akan menjadi nona bangsawan di keluarga Romli.
Bukankah itu hal yang sangat mulia? Kalau Ibu ingin masuk ke dalam lubang
gelap, jangan tarik aku ikut ke dalamnya."
"Kamu!"
Ana hampir pingsan karena marah pada Yasmin.
"Nggak ada gunanya bicara lebih banyak lagi. Bagi sebagian
orang, sifat yang ada pada diri mereka adalah keturunan genetik. Kamu nggak
bisa mengubahnya, ini bukan salahmu."
Adriel menghibur Ana. Akan aneh jika Yasmin yang sangat egois dan
sombong itu tidak mengakui bajingan itu sebagai ayahnya.
Setelah mendengar ini, mata Darna tiba-tiba menjadi tajam. Dia
menatap langsung ke arah Adriel.
"Kamu anak angkat Ana, namamu Adriel?"
"Kamu salah, sekarang aku adalah kekasihnya," jawab
Adriel mengoreksi tanpa rasa takut.
Darna mencibir seraya menyahut, "Bahkan sepasang sepatu yang
sudah kurusak dan dibuang nggak layak dimiliki oleh semut rendahan
sepertimu."
Adriel menatapnya dengan mata menyipit. Dia tidak berkata apa-apa,
tetapi raut wajahnya sangat serius. Adriel merasakan niat membunuh yang tak ada
habisnya pada pria ini.
"Ayah, dia adalah orang yang menindasku dan mengancam akan
memenjarakanku seumur hidup. Cepat bunuh dia!"
Dengan dukungan ayahnya yang kuat, Yasmin tiba- tiba menjadi
percaya diri dan wajahnya penuh kebanggaan. Dia tidak sabar untuk membalas
dendam.
Darna menenangkannya, "Jangan khawatir, mereka semua akan
mati hari ini. Siapa pun yang berani menindas putriku akan dibunuh tanpa
ampun."
Saat mendengar ini, Dennis maju selangkah. Dia menatap Darna
seolah menghadapi musuh yang tangguh seraya berkata, "Hari ini, kamu nggak
akan bisa menyentuh Tuan Mudaku."
Pemuda tampan di sebelah Darna adalah anak angkatnya, namanya
Jefri Romli. Dia berdiri dan berkata sambil tersenyum menghina, "Hei,
badut. Jangan melebih-lebihkan kemampuanmu."
Yasmin mengingatkan dengan suara keras, "Ayah, pria tua ini
adalah Guru Bumi."
Darna memberi isyarat kepada Jefri, menyuruhnya untuk mundur.
Tidak lama kemudian, Darna tiba- tiba mengangkat tangannya dan menampar Dennis
ke udara dengan santai.
Wajah Dennis berubah drastis. Dia merasakan sentuhan telapak
tangan yang santai, tetapi menekan kepalanya seperti gunung. Dennis berteriak
keras sambil mengaktifkan energi sejatinya untuk melindungi dirinya.
"Brugh!"
nb: Terima kasih bagi yang sudah berdonasi, sehingga bisa di update 53 bab. Bagi yang ingin menambahkan bab lagi, silahkan berdonasi ke akun Dana 089653864821. Nanti WA ke nomor itu juga, biar diberikan file word nya secara free.
No comments: