Membakar Langit ~ Bab 112

   

Bab 112

 

"Apa?"

 

Setelah mendengar perkataan Adriel, Lisa bertanya dengan penuh kebingungan, "Lalu, bagaimana kamu bisa selamat tanpa luka sedikit pun? Jamie bukan orang yang mudah dihadapi!"

 

"Itu sangat mudah karena Jamie takut padaku. Dia hanya bisa merengek dan memohon ampun di hadapanku," ucap Adriel.

 

Tentu saja Lisa tidak percaya bahwa Adriel memiliki latar belakang yang begitu hebat hingga membuat Jamie harus berlutut.

 

Hanya saja, Lisa yang cerdik tidak menunjukkan keraguannya secara langsung. Dia memberi Adriel kesempatan untuk membual.

 

"Oh, begitu. Ternyata aku cuma terlalu khawatir," jawab Lisa yang menyesuaikan perkataan Adriel.

 

"Nggak perlu khawatir tentang masalah Wiryo, aku akan menyelesaikannya. Kamu pulang dulu," ujar Adriel.

 

"Ikutlah denganku. Bagaimanapun, ini wilayah Wiryo. Terlalu berbahaya," ucap Lisa dengan khawatir.

 

"Aku masih ada urusan lain," jawab Adriel.

 

Adriel menutup pintu mobil untuk Lisa. Sebelum pergi, Lisa tidak lupa mengingatkan, "Adriel, kamu harus berhati- hati ya."

 

Adriel melambaikan tangan kepadanya, lalu dia kembali ke ruang VIP karaoke setelah melihat kepergian Lisa.

 

"Kak Adriel, aku baru mau meneleponmu. Kenapa begitu lama di toilet?" tanya Ebert

 

Ebert sudah selesai dengan urusannya, ekspresi puas terlihat wajahnya.

 

"Di mana Selvi?" tanya Adriel.

 

Adriel duduk, dia tidak melihat Selvi si bintang utama dalam ruang VIP itu.

 

"Aku mau memberitahumu. Selvi adalah bintang utama Istana Phoenix, kita sangat beruntung bisa memilihnya hari ini. Baru saja ada seseorang yang datang untuk meminta Selvi menemaninya minum, jadi dia pergi dengan orang itu," ucap Ebert.

 

Adriel mengecap seteguk alkohol dan berkata, "Wanita cantik yang kita bayar masih bisa dipanggil pergi oleh orang lain? Apa begini cara Istana Pheonix berbisnis?"

 

"Kamu, pergi dan panggil orang itu kembali, " ujar Adriel kepada si muncikari.

 

Muncikari itu tersenyum dan menjelaskan, " Jangan marah, Pak Adriel. Biasanya hal seperti ini nggak akan terjadi, tapi tamu ini punya status yang terhormat, aku nggak bisa menyinggungnya."

 

"Maksudnya, kami nggak lebih baik dari tamu itu, jadi bisa diperlakukan sesuka hati? "tanya Adriel dengan tidak senang.

 

Seorang Mahaguru harus memiliki kewibawaan dan kebanggaan.

 

"Pak Adriel, aku nggak bisa berbuat apa-apa jika kamu mau berpikir seperti itu. Tapi Pak Ebert sudah setuju saat Selvi dipanggil pergi. Pak Ebert yang menghabiskan uang saja nggak mengatakan apa-apa, jadi kamu seharusnya nggak perlu marah, 'kan?" ujar muncikari itu.

 

Istana Phoenix punya dukungan yang sangat kuat, jadi muncikari itu dapat bicara tanpa basa-basi. Dia sama sekali tidak mempedulikan Adriel dan nada bicaranya juga terdengar merendahkan.

 

"Apa katamu? Apa kamu boleh bicara begitu pada tamu?" maki Ebert dengan wajah masam.

 

"Jangan marah, Pak Ebert. Aku hanya bicara kenyataannya. Temanmu nggak mengerti situasi, jadi aku perlu mengingatkannya," jawab si muncikari.

 

"Sudah, kamu diamlah."

 

Ebert juga tahu bahwa para muncikari di Istana Phoenix ini tampak ramah di luar, tetapi sebenarnya mereka sedikit sombong. Jika bukan tamu yang terhormat, para muncikari ini hanya bersikap ramah seadanya saja.

 

Ebert segera menjelaskan kepada Adriel bahwa orang yang memanggil Selvi pergi adalah Brodi, putra wakil ketua Persatuan Dagang Marlion. Mereka tidak bisa menyinggungnya.

 

Perusahaan Ebert juga memiliki hubungan bisnis dengan salah satu anak perusahaan yang dimiliki oleh Pak Petra, yang bisa dikatakan sebagai pihak pertama dalam perjanjian. Oleh karena itu, Ebert tidak berani menyinggungnya dan hanya bisa mengalah.

 

"Maaf, Kak Adriel. Begini saja, aku akan menyuruh si muncikari untuk mengatur dua orang lain yang bisa kamu ajak main keluar. Semua biayanya akan aku tanggung," ucap Ebert penuh penyesalan.

 

Setelah mendengar penjelasan Ebert, Adriel tentu saja tidak akan membiarkan adiknya merasa malu. Dia tersenyum dan berkata," Kita saudara, nggak perlu seperti ini. Aku masih punya Vivian yang menemaniku, kan? Nggak masalah."

 

"Temani Kak Adriel minum, ya," ucap Ebert pada Vivian.

 

Vivian terpaksa mengangkat gelas minuman dan minum bersama Adriel, tetapi dia tetap diam dan tidak berbicara banyak, sama sekali tidak terlihat seperti seorang wanita penghibur.

 

"Cepat carikan dua orang lagi untuk Kak Adriel. Lihatlah dia, apa dia terlihat seperti teman minum? Apa kamu nggak bisa lebih profesional?"

 

"Kamu sudah bekerja di bidang ini dan dibayar olehnya, seharusnya kamu serius. Kalau nggak bisa, jangan melakukannya," ujar Ebert.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 112 Membakar Langit ~ Bab 112 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 04, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.