Bab 1122
"Kalian sudah membunuh keturunan
majikanku, tapi masih nggak mau bunuh diri. Itu artinya kalian membuatku dalam
kesulitan! Siapa pun yang membuatku dalam kesulitan, harus membayar harganya!
Aldo, bangkitlah! Bereskan semua kekacauan ini!" lanjut Waren.
Dia begitu arogan, sama sekali tidak
merasa bahwa Gary Tak Terkalahkan akan berani melawan.
Sementara itu, semua orang juga
diliputi rasa takut, hati mereka penuh kecemasan. Gary Tak Terkalahkan, seorang
pahlawan legendaris, ternyata harus ditekan oleh keluarga Maswa!
Seorang pahlawan bahkan tidak bisa
melawan kekuasaan!
"Gary, meski kamu bisa
mengalahkanku, pada akhirnya kamu tetap harus berperang di medan pertempuran
untuk melindungi kepentingan keluarga Maswa!" teriak Aldo dengan penuh
semangat.
Di dunia ini, yang kuat akan memangsa
yang lemah. Kekuatan adalah segalanya!
Semua orang menatap Gary Tak
Terkalahkan dengan pandangan rumit.
Berlutut mungkin akan memberinya
sedikit pengampunan.
Tidak berlutut berarti akan melawan
keluarga Maswa. Bahkan Gary Tak Terkalahkan pun tidak akan sanggup menahan
tekanan dari keluarga Maswa!
Di tengah tatapan rumit semua orang,
Gary Tak Terkalahkan menatap dingin ke arah Waren yang berwajah sombong, lalu
dengan tenang berkata, "Di tanah Negara Elang ini, bagaimana mungkin ada
bajingan tua sepertimu yang membuat orang lain merasa muak!"
Waren langsung marah mendengar itu.
Dia membalas, "Kamu ... "
Namun, pada saat berikutnya Gary Tak
Terkalahkan tiba-tiba mengangkat kakinya, lalu menginjak kepala Aldo yang
tampak terkejut!
Bum!
Ini adalah tendangan dari seorang
Guru Bumi tingkat sembilan. Kepala Aldo pun meledak seperti semangka.
Lalu, di tengah pandangan semua
orang, Gary Tak Terkalahkan menatap Waren yang wajahnya penuh dengan
ketidakpercayaan, lalu tersenyum sinis sambil berujar, "Aku ini seorang
pahlawan, bagaimana mungkin bajingan tua sepertimu bisa membuatku berlutut?
Konyol!"
Semua orang terdiam!
Mereka semua terpana memandang Gary
Tak Terkalahkan, tidak bisa berkata apa-apa.
Gary Tak Terkalahkan begitu angkuh,
bahkan berani mengabaikan keluarga Maswa!
Sementara itu, Adriel menghela napas
panjang, memandang Gary Tak Terkalahkan dengan penuh kekaguman. Sikap seperti
ini benar-benar layak dimiliki oleh pamannya!
"Kamu... kamu benar-benar
berani..."
Wajah Waren tampak merah padam karena
amarah. Jarinya gemetaran ketika menunjuk Gary Tak Terkalahkan. Dia berujar,
"Kamu sudah tamat. Gary, kamu benar-benar sudah tamat! Kamu berani melawan
keluarga Maswa. Meski kamu adalah seorang jenderal besar, kamu tetap harus
mati!"
"Seseorang, datanglah!
Kamu!" kata Waren sambil menunjuk Hugo yang baru saja keluar dari medan
pertempuran. Waren melanjutkan, "Cepat tangkap Gary!"
"Apa? Aku?"
Hugo melihat ke kiri dan ke kanan,
memastikan bahwa Waren memang menunjuk dirinya. Dia pun langsung tercengang.
Leluhur bakan sudah mati, sementara
orang ini menyuruhnya untuk menangkap Gary Tak Terkalahkan?
Jangan terlalu menganggap hebat
diriku.
Namun, Waren mengeluarkan sebuah
surat pengangkatan, lalu berkata, "Ini adalah surat pengangkatan yang
diberikan majikanku kepada keluarga Forez. Mulai sekarang, kamu adalah pejabat
penegak hukum di kota Srijaya! Kalau dia berani melawanmu, itu artinya dia
memberontak!"
Semua orang terkejut. Inilah kekuatan
keluarga Maswa. Mereka bagaikan bisa memerintah angin dan hujan. Seharusnya,
untuk menjadi seorang pejabat, perlu melalui serangkaian proses. Bahkan seorang
gubernur pun akan sulit mengangkat seseorang sembarangan.
Namun, keluarga Maswa bisa dengan
mudah membuat seorang yang tidak memiliki posisi menjadi pejabat. Ini
menunjukkan betapa banyaknya orang berbakat di dalam keluarga Maswa. Selama
ratusan tahun ini, mereka telah membangun jaringan koneksi yang kuat di dunia politik!
"Terima kasih, Pak Waren!"
Hugo memandang surat pengangkatan itu
dengan penuh sukacita.
Lalu, dia berbalik untuk memandang
Gary Tak Terkalahkan, lalu berkata dengan senyum kejam, " Gary, kamu sudah
membunuh begitu banyak anggota keluargaku. Apa kamu masih berani membunuhku
yang kini adalah pejabat Negara Elang?"
Gary Tak Terkalahkan yang dipenuhi
amarah pun berkata: "Kalian sungguh nggak terkendali! Aku benar-benar
nggak tahu lagi apa arti perjuanganku untuk negara ini. Saudara-saudaraku yang
gugur di medan perang, sungguh sudah mati sia-sia!"
Ini benar-benar menyedihkan. Pahlawan
berjuang dengan darah mereka di garis depan, tetapi yang paling diuntungkan
adalah keluarga-keluarga besar yang suka menindas rakyat jelata!
"Tangisan adalah kelemahan!
Kalau kamu punya kemampuan, buat keluarga Lavali di Kota Naraya bangkit
kembali! Saat itu, kamu pun bisa menindasku!"
Hugo dengan angkuh kembali berteriak,
"Tapi sekarang, kamu harus berlutut di depanku!"
sekarang, kamu harus berlutut di
depanku!"
Wajah Adriel berubah sedikit. Dia
hendak maju untuk melindungi pamannya dari segala tekanan ini. Karena sebagai
seorang prajurit, pemberontakan adalah sebuah dosa besar!
Selain itu, hari ini sudah banyak
orang yang mati. Dengan keluarga Maswa yang ikut campur, tampaknya orang-orang
yang dibawa Jasai pun tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini.
Namun, Gary Tak Terkalahkan
menghentikan Adriel. Dia mengernyitkan kening, lalu berkata, " Aku bisa
mengurusnya."
"Tapi..."
Adriel merasa bingung. Dia melihat
bahwa Gary Tak Terkalahkan tampaknya tidak menunjukkan tanda- tanda
kekhawatiran, hanya sedikit keraguan di wajahnya.
Pamannya ini biasanya bertindak cepat
dan tegas, mengapa sekarang dia tampak ragu?
Pada saat itu, sebuah suara tawa
ringan terdengar, " Kamu hanya seorang antek, tapi berani membuat seorang
pahlawan seperti Gary Tak Terkalahkan yang berjuang di medan perang berlutut.
Ini sungguh keterlaluan!"
Lalu, semua orang melihat seorang
pemuda berjalan maju dari kerumunan.
Dia mengenakan pakaian kasual, tampak
santai serta acuh tidak acuh, seolah-olah dia sedang berwisata. Namun, di balik
tatapannya, terdapat aura keangkuhan yang tidak bisa disembunyikan.
Di bawah tatapan terkejut semua
orang, dia berjalan menuju Hugo dengan senyum tenang, lalu bertanya, "Apa
kamu yang ingin menangkap Pak Gary?" "Kamu ... " ucap Hugo yang
tampak tertegun.
No comments: