Membakar Langit ~ Bab 1127

 

Bab 1127

 

Pada saat itu, Adriel menoleh ke arah Gary Tak Terkalahkan, lalu berbisik, "Parman, bisakah kamu menunda keberangkatanmu selama beberapa hari? Aku akan menyiapkan beberapa obat lagi untukmu."

 

Perbatasan itu adalah wilayah yang keras dan berbahaya. Perjalanan Gary Tak Terkalahkan kali ini akan sangat berisiko.

 

Namun, Gary Tak Terkalahkan tiba-tiba berkata kepada Kevin, "Pak Kevin, kamu bisa kembali lebih dulu. Begitu Adriel kembali ke Majaya, dia akan segera menemui ayahmu."

 

Melihat bahwa Gary Tak Terkalahkan benar-benar tidak berniat menemui ayahnya, Kevin hanya bisa tersenyum pahit, menganggukkan kepala, lalu melangkah pergi.

 

Pada saat itu, Gary Tak Terkalahkan membawa Adriel naik mobil untuk pergi, tidak menggunakan helikopter. Ini adalah kebiasaan seorang prajurit. Karena jika musuh memasang jebakan di helikopter, bahkan seorang Guru Bumi pun akan mati tanpa harapan.

 

Namun, naik mobil adalah situasi yang berbeda.

 

Setelah Gary Tak Terkalahkan dan yang lainnya turun gunung, banyak tamu yang juga pergi. Keluarga Forez dipenuhi darah dan mayat di mana- mana.

 

Elin mulai memimpin anggota keluarga Forez untuk mengumpulkan mayat. Keluarga Forez sudah mengalami kerugian besar hari ini. Akan ada banyak hal yang harus Elin lakukan ke depannya.

 

"Kamu masih terlalu muda, memimpin keluarga Forez akan sulit bagimu. Untuk saat ini, aku yang akan mengambil peran sebagai tetua utama, membantumu memimpin keluarga. Kamu bisa beristirahat dulu. Nanti aku akan memanggilmu setelah semuanya sudah siap," kata Hugo dengan nada acuh tidak acuh sambil melangkah maju.

 

Namun, Elin hanya menatapnya sejenak, sebelum tiba-tiba berkata, "Ayah, apa selama bertahun- tahun ini, kamu pernah merasa bersalah, meski sedikit pun, karena sudah mengorbankanku pada saat itu?"

 

"Merasa bersalah?" Hugo tampak tertegun sejenak, lalu tertawa sinis sambil menjawab, "Apa yang kamu bicarakan? Bisa menjalin hubungan dengan keluarga Maswa adalah kesempatan besar bagi keluarga Forez. Apa kamu nggak melihat bagaimana pria itu membantu keluarga kita? Aku bahkan merasa sangat senang, nggak ada yang perlu disesali."

 

Ekspresi Elin tampak tetap datar. Dia sebenarnya tidak merasa terkejut. Namun, entah kenapa hatinya yang penuh luka itu tetap merasa sedikit sakit. Seolah-olah hubungan kecil yang tersisa antara ayah dan anak pun telah benar-benar terputus.

 

"Jangan banyak bicara. Masih banyak yang harus dilakukan," kata Hugo. Dia mengerutkan kening, lalu melanjutkan, "Kamu bersihkan vila leluhur, aku akan menggunakannya sebagai kantor. Memberimu kendali atas keluarga Forez itu adalah hal yang nggak sesuai. Ini melanggar aturan leluhur, serta sangat nggak pantas!"

 

Ketika mendengar ini, Elin menatap Hugo, lalu tiba- tiba tersenyum sambil berkata, "Ayah, berdirilah dengan tegak."

 

"Ada apa?" tanya Hugo dengan terkejut.

 

Namun, Elin mengusap wajah Hugo, tersenyum menatap wajahnya sejenak, lalu tiba-tiba menampar wajah Hugo dengan keras. Wanita itu berteriak, "Kamu pikir kamu siapa? Kamu hanya seorang anggota keluarga Forez, tapi berani merebut kekuasaan dari pemimpin keluarga!"

 

"Kamu... Kamu

 

Hugo menatap Elin dengan mata terbelalak, tidak bisa memercayai apa yang dia dengar.

 

Tamparan itu membuat semua anggota keluarga Forez yang menyaksikannya terkejut. Rahang mereka hampir jatuh ke tanah karena terkejut.

 

Dengan begitu banyak orang yang menyaksikannya, rasa malu segera muncul di hati Hugo. Dia langsung marah besar, "Elin, apa kamu mau memberontak? Berani sekali kamu menampar ayahmu sendiri!"

 

Plak!

 

Satu tamparan lagi melayang.

 

"Jangan pura-pura akrab denganku! Aku sekarang bukan lagi anakmu. Aku adalah pemimpin keluarga Forez. Berani sekali kamu bersikap kurang ajar padaku. Berlututlah!" teriak Elin dengan tegas.

 

"Apa katamu?" tanya Hugo. Dia marah besar. Dia menyuruh ayahnya sendiri berlutut di hadapannya?

 

Ini namanya pemberontakan!

 

Secara refleks, Hugo mengangkat tangannya, hendak menampar Elin.

 

Kedua kakak laki-laki dan ipar Elin yang melihat ini, ingin menegur bahwa Elin sudah bertindak kurang ajar pada ayahnya. Namun, ketika melihat tatapan mematikan Elin, mereka langsung ketakutan, tidak berani berkata apa-apa.

 

Kekuatan Elin berada jauh di atas kedua kakaknya!

 

Elin tidak gentar sama sekali. Dia menatap ayahnya dengan dingin sambil berkata, "Kamu masih ingin memukulku? Apa kamu menganggap kata-kata Pak Waren sebagai omong kosong? Baiklah, aku akan pergi menemui Pak Waren sekarang juga, lalu memberitahunya kalau kamu ingin merebut kekuasaan!"

 

Sambil berkata demikian, Elin mulai mengeluarkan ponselnya.

 

"Kamu, kamu... Jangan!"

 

Ketika mendengar hal itu, Hugo langsung gemetar ketakutan. Dia buru-buru memeluk lengan Elin, sementara wajahnya tiba-tiba pucat, seakan dia baru tersadar.

 

"Kalau begitu, kenapa kamu masih belum berlutut juga?" ujar Elin.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1127 Membakar Langit ~ Bab 1127 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 29, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.