Bab 1137
Setelah mengatakan itu, Guda kemudian
mengambil cangkir tehnya dan menatap Adriel dengan tatapan penuh percaya diri.
Itu adalah tingkat ilahi agung!
Di awal tingkat ilahi adalah master
ilahi. Kemudian, naik ke tingkat selanjutnya adalah raja ilahi, maha raja
ilahi, dan ilahi agung!
Bagi keluarga Buana, keluarga Maswa,
dan keluarga besar lainnya, ilahi agung sudah menjadi eksistensi yang hanya
bisa dilihat dan dikagumi. Untuk bisa bertemu dengannya akan menjadi kehormatan
seumur hidup.
Dia tidak percaya bahwa Adriel,
seorang warga Kota Silas, dapat menahan godaan ilahi agung!
Namun, tanggapan Adriel hanya ...
"Oh."
Oh?
Reaksi macam apa itu?
"Apa kamu nggak mendengarku? Itu
tingkat ilahi agung! Itu adalah Iblis Darah!"
"Aku tahu."
Adriel mengerucutkan bibirnya, seolah
berkata, " Iblis Darah jatuh ke tangan Guru Obat Suci, seperti seorang
pria dewasa yang menyentuh seorang gadis muda. Semuanya sudah jelas. Harta
karunnya bisa diambil dengan mudah."
Selain itu, Guda sama sekali tidak
tahu bahwa harta karun Iblis Darah tidak hanya ada di satu tempat, tetapi ada
di banyak tempat!
Ketika Iblis Darah sedang dikejar
oleh Tabib Agung, dia membuat beberapa tempat persembunyian di sepanjang jalan
pelariannya, menunggu kesempatan untuk bangkit kembali. Namun, Tabib Agung
tidak tertarik dengan harta karun tersebut
Sayangnya, Iblis Darah tidak pernah
tahu betapa menakutkannya Dewa Obat itu!
Tingkat ilahi adalah batas dari apa
yang bisa dicapai manusia, sementara kesucian obat ini mewakili tingkat lain!
Melampaui ilahi, memasuki tingkat
suci, menuju alam suci!
Adriel sedang bersiap-siap untuk
menjadi lebih kuat untuk menemukan harta karun. Siapa sangka bahwa sebuah
tempat akan muncul sekarang...
Melihat sikap tenang Adriel, Guda
sedikit mengernyit. Hal yang membuatnya terkejut dan sangat diinginkannya,
ternyata tak membuat Adriel bergeming. Ini menimbulkan sedikit kemarahan di
hati Guda.
Namun, Guda menekan rasa kesalnya dan
berkata dengan nada serius, "Aku tahu kamu bisa menyembuhkan penyakit
racun darah itu, mungkin itu bisa membantuku dalam perebutan harta karun. Aku
dan Herios sedang mengirim orang untuk menyelidiki harta karun Iblis Darah,
tapi orang- orang Herios bergerak lebih cepat..."
Mendengar hal ini, ekspresi wajahnya
sedikit muram. Serangga Racun Iblis Darah tadi jelas hasil perolehan Herios di
harta karun Iblis Darah.
"Kalau kamu setuju, aku bisa
merekrutmu ke keluarga Buana."
Dulu, Adriel tidak memenuhi syarat
untuk direkrut oleh keluarga Buana. Namun, dia merasa bahwa Adriel layak
menjadi budak keluarga Buana.
Adriel meliriknya sejenak, lalu
berkata, "Aku ke sini buat bekerja sama denganmu, bukan jadi
budakmu."
Guda sedikit terkejut mendengar
kata-katanya. Dia menatap Adriel dengan sinis, lalu berkata, "Kamu cukup
berani, ya."
"Nggak tahu diri!"
Sementara itu, Kevin tertawa dingin.
Dia berkata dengan nada angkuh, "Mereka yang bekerja sama dengan ayahku
semuanya adalah orang besar di Tiga Provinsi Tengah. Kalau kamu? Nggak memenuhi
syarat!"
Sebelumnya, Kevin masih bersikap
sopan kepada Adriel. Namun, ketika mendengar bahwa Adriel akan bekerja sama
dengan ayahnya, dia merasa seperti dihina dan tidak bisa menahan amarahnya.
Guda mengangkat tangannya untuk
menyela Kevin, lalu menatap Adriel. Guda berkata dengan nada acuh tak acuh,
"Anakku memang nggak sopan, tapi apa yang dia bilang ada benarnya juga.
Kalau kamu bisa menunjukkan nilai yang cukup, mungkin aku bisa bekerja sama
denganmu. Tapi, saat ini... Kamu benar -benar nggak memenuhi syarat."
Adriel menganggukkan kepalanya, lalu
mengangkat kakinya dengan santai. Dia berkata, "Kalau begitu, saat aku
sudah memenuhi syarat, kita akan kerja sama. Tapi syaratnya nanti aku yang
tentukan."
"Kamu!"
Kevin tertegun. Ekspresi wajahnya
merah padam dan ingin menghadang Adriel.
Namun, Guda mengangkat tangannya
untuk menghentikan Kevin. Dengan ekspresi datar, Guda menatap punggung Adriel
dan berkata, "Siapa saja yang punya kekuatan bisa mencari harta karun
Iblis Darah. Kalau kamu berani pergi dan buktikan nilaimu, mungkin aku akan
pertimbangkan kerja sama denganmu."
Adriel tidak menoleh ke belakang dan
langsung pergi.
"Ayah, dia sangat kasar. Kamu
membiarkannya pergi begitu saja?"
Plak!
Guda menamparnya, membuat Kevin
membeku. Meski begitu, Kevin tidak berani membantah karena dia melihat ayahnya
memandangnya dengan mata penuh kekecewaan.
"Tamparan ini buat
kebodohanmu!"
"Kamu nggak lihat? Kalau dia
bisa menangani Serangga Racun Iblis Darah, kenapa dia nggak bisa menguasai
racun yang lebih parah dan tersembunyi?
"Benar, dibanding keluarga Buana
kita, dia memang cuma seperti anjing. Tapi kalau terpojok, anjing pun akan
menggigit!"
"Anak orang kaya nggak boleh
gegabah!"
"Walaupun kamu bunuh dia, satu
luka di tubuhmu jauh lebih berharga daripada nyawanya! Kenapa harus ambil
risiko jadi musuh bebuyutannya?"
Kevin langsung berkeringat dingin.
Dia buru-buru menjawab, "Ayah benar. Tapi, apa kita memang harus bekerja
sama dengannya?"
Kevin masih belum bisa menerima itu.
No comments: