Membakar Langit ~ Bab 117

   

Bab 117

 

Vivian bersembunyi di belakang Adriel. Dia tampak ketakutan melihat situasi ini.

 

Seorang pengawal mengayunkan tongkatnya ke arah Ebert.

 

Meski Ebert sesekali pergi ke pusat kebugaran dan belajar beberapa teknik bela diri, kemampuannya tidak sebanding dengan pengawal di Istana Phoenix ini.

 

Satu lawan satu saja dia bukan tandingan mereka, apalagi menghadapi tujuh atau delapan pengawal sekaligus.

 

Melihat situasi itu, Adriel segera menarik Ebert mundur, lalu menendang pengawal tersebut hingga terbang menabrak dinding.

 

"Serang bersama-sama, serang bersama sama!" teriak Diro.

 

Pengawal lainnya segera menyerbu, tetapi Adriel bergerak lincah seperti naga meski dengan tangan kosong. Para pengawal itu bahkan tidak bisa menyentuh ujung bajunya. Satu per satu dari mereka tumbang dengan sendi-sendi yang dihancurkan oleh Adriel. Mereka tergeletak di lantai sambil merintih kesakitan.

 

Seluruh proses itu berlangsung kurang dari satu menit. Delapan orang pengawal semuanya terluka.

 

Brodi dan Diro tampak terkejut, wajah mereka berubah muram. Muncikari dan para gadis penghibur yang ada di sana juga tampak terpana. Mereka tidak menyangka hal ini akan terjadi.

 

"Wah! Kak Adriel... kamu ternyata sehebat ini?" tanya Ebert yang terkejut sekaligus bersemangat.

 

"Itulah sebabnya aku tadi menyuruhmu untuk menyerangku. Bagaimanapun juga, kamu nggak akan bisa melukaiku," balas Adriel sambil tersenyum.

 

"Kamu harusnya bilang sebelumnya kalau kamu sekuat ini, jadi aku nggak akan setakut tadi," ujar Ebert.

 

Ebert merasa bersyukur bahwa dia bukan orang yang mengkhianati temannya demi keuntungan dan tidak menyerang Adriel tadi.

 

"Panggil lebih banyak orang! Panggil Kak Feri ke sini," perintah Brodi pada muncikari dengan cepat.

 

Brodi mulai terlihat panik setelah melihat kemampuan Adriel yang begitu hebat. Jika Adriel menyerangnya, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa.

 

Muncikari yang baru tersadar segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.

 

Feri adalah kepala petugas keamanan di Istana Phoenix. Dia dikenal sebagai petarung terbaik di bawah komando Wiryo.

 

Mendengar ini, Ebert segera memperingatkan Adriel, "Kita harus segera kabur. Kak Feri itu sangat hebat. Katanya dia seorang ahli tingkat enam yang sangat kejam!"

 

"Hanya ahli tingkat enam saja. Itu bukan masalah," jawab Adriel sambil menyunggingkan senyuman.

 

"Sombong sekali mulutmu itu! Aku beri tahu, ya. Kalau kamu berani menyinggungku, nggak ada yang bisa melindungimu. Jangan kira hanya dengan belajar beberapa jurus saja kamu sudah hebat. Masih ada langit di atas langit," kata Brodi dengan wajah yang muram.

 

"Orang yang nggak tahu kalau di atas langit masih ada langit adalah dirimu sendiri. Jangankan cuma kepala pengawal Istana Phoenix, meski Wiryo sendiri yang ada di sini, aku juga nggak akan menghiraukannya, " ujar Adriel.

 

Saat itu, Wiryo sebenarnya sedang dibawa ke rumah sakit untuk diselamatkan.

 

"Bagus! Bagus sekali! Nanti kita akan lihat bagaimana kamu mati!" ujar Brodi sambil tertawa dengan penuh amarah.

 

Diro juga ikut mengejek, "Adriel, aku memang sudah meremehkanmu. Ternyata dalam waktu dua tahun ini kamu sudah belajar sedikit keterampilan bela diri. Tapi, apa gunanya? Kamu nggak akan bisa melawan kami. Di hadapan kami, kamu seperti semut yang bisa kami injak kapan saja."

 

"Berisik!" bentak Adriel.

 

Dengan satu gerakan, Adriel sudah berada di depan Diro

 

Diro tidak bisa melihat bagaimana Adriel bergerak. Dia tampak terkejut setengah mati melihat Adriel di depannya.

 

"Plak!"

 

Adriel mengangkat tangannya untuk menampar wajah Diro, membuatnya berputar satu kali di tempat. Seketika itu juga, mata Diro berkunang-kunang, serta ada darah mengalir dari hidung dan mulutnya.

 

Brodi berteriak dengan suara keras, " Hentikan!"

 

Adriel melirik Brodi, lalu dalam sekejap dia sudah berada di depannya.

 

"Plak!"

 

Brodi juga mendapat tamparan yang membuat kepalanya berdengung, serta wajahnya terasa panas terbakar.

 

"Kamu... jangan mendekat!"

 

Artur mengambil kesempatan untuk membawa botol minuman di tangannya, tetapi nada bicaranya terdengar gemetaran.

 

"Aku adalah orang yang adil, satu orang satu tamparan. Nggak ada yang dirugikan," kata Adriel dengan nada yang tenang.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 117 Membakar Langit ~ Bab 117 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 04, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.