Bab 118
Meskipun Artur memegang botol
minuman, itu tidak memberikan ancaman apa pun pada Adriel. Artur juga menerima
tamparan keras dan langsung terlempar dengan wajah yang bengkak.
Para gadis penghibur juga tampak
ketakutan. Wajah mereka pucat, khawatir mereka juga akan dipukul.
Muncikari sudah menelepon Feri,
tetapi dia dengan suara yang gemetaran masih berkata, "Jangan macam-macam,
Istana Phoenix bukan tempat untuk kamu berbuat seenaknya. Kak Feri akan segera
datang!"
"Aku akan menunggunya,"
kata Adriel sambil duduk santai.
Brodi menutupi wajahnya yang terasa
panas, matanya seakan menyala dengan amarah.
Namun sebelum Feri tiba, Brodi tidak
berani lagi memprovokasi Adriel. Dia khawatir akan dipukuli lagi.
Diro dan Artur juga menutupi wajah
mereka yang bengkak dan sakit. Keduanya berdiri di samping Brodi.
'Adriel, beraninya kamu. Kamu berani
memukul Pak Brodi. Aku mau lihat bagaimana kamu bisa keluar dari sini hari
ini!' umpat Diro dalam hati.
Tak lama kemudian, Feri datang dengan
anak buahnya. Saat membuka pintu, día melihat keadaan di dalam ruang VIP.
Para petugas keamanan yang terluka
adalah orang-orang yang dilatih secara pribadi oleh Feri. Mereka punya kekuatan
yang sangat besar. Dua di antaranya bahkan sudah mencapai tingkat kedua.
"Dasar kalian semua sampah,
cepat keluar dari sini!" teriak Feri dengan nada yang dingin.
Para pengawal yang terluka segera
merangkak keluar dari ruang VIP.
"Kak Feri, akhirnya kamu datang.
Cepat tangkap bajingan ini. Hari ini, aku ingin dia mati di sini," kata
Brodi dengan penuh percaya diri setelah melihat kemunculan Feri.
Diro dan Artur juga ikut berteriak,
"Benar! Dia harus mati!"
Feri mengangguk sambil berkata,
"Tenang saja, Pak Brodi. Karena dia sudah menyinggungmu, juga melukai
orang- orangku, dia nggak mungkin bisa keluar hidup-hidup dari Istana
Phoenix."
Setelah mengatakan ini, Feri menatap
ke arah Adriel.
"Anak muda, aku akan memberimu
kesempatan. Sebutkan siapa namamu, mungkin itu bisa menyelamatkan nyawamu,
" ujar Feri.
Feri memiliki pengalaman
bertahun-tahun di dunia jalanan. Tentu saja dia bukan orang bodoh.
Melihat Adriel dengan sikap yang luar
biasa berani berbuat onar di Istana Phoenix, mungkin dia memiliki seseorang
yang bisa diandalkan. Jadi, Feri bertanya lebih lanjut untuk memastikan.
"Kamu nggak layak untuk
mengetahui namaku," jawab Adriel sambil mengubah posisi duduknya.
Feri mengernyitkan keningnya.
Meskipun dia merasa tidak senang, dia juga merasa lebih waspada. Dia
bertanya-tanya apakah Adriel benar-benar memiliki latar belakang yang kuat.
"Kak Feri, kamu nggak perlu
khawatir! Dia hanya anjing Ana dari Grup Bintang," ujar Brodi
mengingatkan.
"Oh? Begitu rupanya!"
Setelah Feri mendengar perkataan itu,
rasa khawatir di hatinya langsung menghilang. Dia pun melanjutkan, "Hanya
dukungan dari Ana nggak akan cukup untuk membuatmu bisa berbuat seenaknya di
Istana Phoenix."
"Kamu bicara terlalu
banyak!"
Adriel tidak mau membuang waktu
berbicara banyak dengan Feri, jadi dia langsung menyerang lebih dulu.
Kekuatan Feri hampir sama dengan
James. Namun, dia masih tidak ada apa-apanya dibanding Adriel.
Melihat Adriel yang mulai bergerak,
Feri juga segera bereaksi. Dia mengepalkan tinjunya dengan penuh konsentrasi.
Saat Adriel melayangkan pukulannya,
Feri mengeluarkan teriakan penuh amarah, lalu memilih untuk menghadapi pukulan
itu langsung dengan tinjunya.
Hasilnya tidak perlu diragukan lagi.
Feri langsung terlempar oleh pukulan Adriel. Lengannya patah seketika itu juga,
sementara dirinya menghantam televisi yang ada di dinding dengan keras dan
membuat percikan api menyala.
Di dalam ruang VIP, suasana langsung
berubah sunyi senyap, seolah-olah semua orang tercekik oleh tangan yang tak
kasat mata.
Ini adalah Feri, ahli nomor satu di
Istana Phoenix, seorang ahli tingkat enam yang terkenal. Namun, dia dikalahkan
oleh Adriel hanya dengan satu pukulan?
"Kak Adriel ... Kamu... "
ujar Ebert yang terbata-bata.
Ebert tadinya sudah pucat ketakutan
saat melihat kedatangan Feri. Sekarang, dia merasa lebih terkejut.
No comments: