Bab 1232
Mendengar suara riuh dari dalam, Ana
mengerutkan kening dan hendak pergi.
Namun entah kenapa, suara dari dalam
membuatnya tak bisa melangkah.
"Mandi saja lama sekali, nggak
tahu batas, huh baiklah, aku akan menasihatinya..." kata Ana sambil
menghela napas pelan.
Ana menghela napas pelan. Dia tahu
bahwa Adriel akan segera pergi, jadi dia datang untuk mengucapkan selamat
tinggal. Namun, Adriel masih terjebak dalam kesenangan duniawi. Dia merasa
perlu memberi nasihat dengan baik, bahwa pemuda harus menjaga diri dari godaan.
Begitulah yang dia pikirkan, tetapi
makin dia mendengar, wajahnya makin memerah dan tubuhnya mulai merasa panas.
Sebenarnya, sudah lama Adriel tidak bersamanya. Hanya dengan mendengar saja
sudah cukup membuat hasratnya muncul.
Waktu berlalu sangat lama...
Ana merasa setidaknya butuh waktu
satu jam lagi sebelum suara di dalam berhenti, sementara wajahnya sudah memerah
dan terasa sangat panas. Dia agak goyah, lalu menarik napas dalam-dalam,
berusaha mengambil sikap tegas sebagai yang lebih tua untuk memberikan
pelajaran kepada Adriel.
Namun tiba-tiba pintu terbuka, dan
terlihat Elin keluar dengan rapi, meskipun rambutnya masih sedikit basah. Dia
melirik Ana sekilas dan tersenyum, "Giliranmu untuk
bersenang-senang."
"Kamu jangan sembarangan
bicara!" balas Ana dengan malu.
Dia berusaha membela diri, tetapi
Elin hanya melemparkan kalimat itu dan pergi dengan wajah puas.
Adriel yang brengsek!
Kenapa dia mengatakan semuanya begitu
saja?
Ana menggertakkan gigi, berjalan
masuk dengan penuh amarah dan siap untuk menuntut penjelasan.
"Adriel, bagaimana kamu bisa...
"
"Aku hanya ingin mengucapkan
selamat tinggal! Kamu tak boleh lagi... "
"Uh!"
"Itu... bukan di sana!"
Elin berjalan di koridor, telinganya
yang peka mendengar suara desahan dari kamar di belakangnya. Dia tersenyum
pasrah, hanya ingin mengatakan satu hal kepada Adriel.
Tolong, berikan waktu istirahat untuk
saudaramu!
Aku masih memerlukan jasamu nanti...
anak yang kamu janjikan padaku belum juga ada!
Dia menghela napas dan menggenggam
kuat kertas berisi resep di tangannya, lalu menuju ke gudang obat Adriel.
Bakatnya sebenarnya cukup baik.
Beberapa waktu lalu, Adriel telah membuka pembatasan tingkat yang ditempatkan
Herios pada dirinya, dan semua akumulasi kekuatannya selama bertahun-tahun
langsung meluap. Dia sekarang sudah berada di puncak Master Puncak Tingkat
Sembilan, hanya tinggal selangkah dari Guru Bumi!
Kini, dengan pil merah ini ...
Dia merasa akan berhasil menembus ke
Guru Bumi hanya dalam hari ini!
Hari ini adalah kesempatannya
satu-satunya. Adriel pernah berkata bahwa dia harus mencapai tingkat Guru Bumi
agar bisa pergi bersama ke Kota Srijaya.
Lagi pula, Adriel tak ingin membawa
beban.
Keesokan paginya, Adriel tanpa
memberi tahu siapa pun, berangkat bersama Elin dengan helikopter menuju Kota
Srijaya...
Saat ini, Elin yang telah menembus
batas ke tingkat Guru Bumi terus menatap Adriel tanpa henti.
"Apa yang kamu lihat? Nggak
pernah melihat pria setampan ini, ya?" kata Adriel dengan jengkel ketika
sedang memeriksa senjata ekor kuda.
"Memang belum pernah ... "
kata Elin sambil menatap Adriel dengan penuh kekaguman.
Wajah Adriel kini berubah drastis.
Dia makin tampan dan menawan, penuh pesona luar biasa dan bahkan lebih tampan
dari selebriti terkenal.
Sebelumnya, Adriel memang menarik,
tapi tidak pernah setampan sekarang ini. Jika hanya bicara soal penampilan, dia
dengan mudah mengalahkan para aktor idola.
Adriel tak perlu bakat khusus, hanya
dengan wajalnya saja dia bisa menjadi sorotan di dunia hiburan.
Namun, yang paling menarik adalah
auranya. Ada kesan yang tidak bisa dijelaskan, seperti peri dunia lain, begitu
tenang dan anggun, seakan muncul dari dalam lukisan.
Terutama matanya, yang bagaikan
langit luas penuh bintang, membuat siapa pun terpikat.
No comments: