Bab 1233
Jika dibandingkan dengan orang lain,
seolah-olah semua pria tampan di dunia ini akan kehilangan daya tariknya.
Bahkan Elin yang tidak terlalu peduli
dengan penampilan, dan sudah beberapa kali berdekatan dengan Adriel, tetap
merasakan hal yang sama.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa
ketampanan Adriel terlalu mencolok. Hanya dengan tatapan dari sepasang matanya,
Elin bahkan merasa jantungnya berdegup kencang...
Bagai pangeran dari negeri asing,
pria tanpa tandingan!
Kata-kata puisi itu muncul begitu
saja di kepala Elin.
Adriel mencemooh, "Hanya melihat
penampilan, betapa dangkalnya!"
"Kamu membuat dirimu setampan
ini, bukankah sulit bagimu untuk tetap rendah hati dan nggak menarik
perhatian?" balas Elin sambil menatapnya dengan pandangan aneh.
Adriel menyeringai, "Kamu tahu
apa, sih?"
Teknik penyamarannya ini adalah
warisan dari Tabib Agung. Konon, ketika gurunya berada di tingkat langit dan
menghadapi bahaya, teknik penyamaran ini telah menyelamatkannya berkali- kali
dan membantunya tetap tersembunyi.
Yang paling penting, di bawah tingkat
ilahi tidak ada yang bisa melihat tembus penyamaran ini.
Dan di tempat seperti Kota Srijaya,
mana mungkin ada seseorang yang berada di tingkat ilahi?
Tabib Agung juga meninggalkan pesan
penting saat mengajarkan teknik ini. Jika suatu saat menggunakan penyamaran,
tidak ada salahnya membuat diri lebih tampan, karena sering kali penampilan
yang menawan akan memberikan keuntungan tak terduga.
Adriel pun mengikuti nasihat itu.
Namun, dia merasa gurunya sepertinya
pernah melakukan sesuatu yang tak terucapkan dengan teknik penyamaran ini...
Elin kali ini tidak membantah.
Meskipun Adriel mengejeknya, tetap ada kesan yang sulit dijelaskan, seakan
seorang peri yang tenang memandang kehidupan manusia dengan sikap meremehkan.
"Kamu mau, nggak ... " kata
Elin dengan nada menggoda.
Awalnya, dia berpikir akan mengurus
Adriel di sepanjang perjalanan ini, tetapi sekarang justru dia yang sepertinya
akan menikmati perjalanan ini...
"Nggak mau, pergi sana!"
Adriel merasa merinding ditatap
seperti itu, seakan menjadi objek keinginan seseorang. Itu membuatnya merasa
tak nyaman.
Elin yang jarang mengajukan tawaran,
mendengus dingin setelah ditolak dan memilih memasang penutup mata, lalu
mencoba tidur di kursi yang sebenarnya tidak begitu nyaman.
Adriel juga enggan berbicara lebih
lanjut, memilih untuk fokus pada senjata ekor kuda yang ada di tangannya
Senjata ini tidak memiliki tingkatan
tertentu, termasuk pusaka dari aliran Tao dan telah dipuja selama
bertahun-tahun. Senjata ini memiliki kekuatan ajaib namun hanya bisa digunakan
dengan teknik khusus dari aliran Tao.
Dalam warisan Tabib Agung juga ada
beberapa teknik Tao. Jika digunakan dengan benar, senjata ini mampu
mengeluarkan kekuatan yang setara senjata tingkat bumi.
Yang menarik adalah senjata ini
adalah milik pendeta itu dan Adriel berencana menggunakannya untuk menjebak
Herios.
Selain itu, ketika berada di Kota
Srijaya, dia tidak bisa lagi menggunakan teknik bela diri lamanya secara
terang-terangan.
Semalam Adriel memilih teknik bela
diri baru dari warisan Tabib Agung dan mulai berlatih.
Jurus Jari Nirwujud!
Ini adalah teknik bela diri tingkat
bumi yang memiliki enam gerakan, dengan urutan kekuatan bertambah: Hancur
Bintang, Gugur Bulan, Berat Semesta, Beban Sejati, dan akhirnya... Satu Jari
Nirwujud!
Masing-masing gerakan memiliki
kekuatan yang luar biasa!
Teknik ini merupakan salah satu yang
terbaik di tingkat bumi, tetapi tingkat kesulitan sangat tinggi. Bahkan dengan
bakat Adriel, dia baru menguasai gerakan pertama yaitu Hancur Bintang.
Adriel tidak sabar untuk menguji
kekuatannya.
Kota Srijaya sangat luas. Dari Kota
Majaya hingga ke Utara Raya tempat keluarga Buana berada butuh setengah hari
perjalanan.
Kota Srijaya, Utara Raya, seratus mil
utara dari Gunung Lodra adalah lokasi Keluarga Buana.
"Apakah ini Gunung Lodra tempat
Keluarga Buana berada?" tanya Adriel.
Adriel melihat ke bawah dari jendela
heljkopter, hanya untuk melihat rentetan pegunungan besar menyerupai naga
raksasa, megah dan tak terputus.
Di antara pegunungan tersebut
terlihat air terjun mengalir, lembah-lembah dalam, dan sesekali muncul bayangan
binatang buas, menunjukkan kesan alam yang penuh dengan energi.
Herios yang menjadi buronan seluruh
rakyat, kabur ke Gunung Lodra yang rumit ini. Semua pihak sudah sepakat bahwa
dia bersembunyi di sini.
Setelah mendarat, Adriel menatap ke
langit dengan sedikit tidak berdaya, melihat beberapa helikopter lain yang
sedang berputar mencari tempat untuk mendarat.
"Macet sekali di udara, berapa
banyak orang yang datang untuk memburu Herios..."
No comments: