Membakar Langit ~ Bab 1237

 

Bab 1237

 

Yulianto menggeram, sangat enggan melepaskan senjata di tangannya, lalu melemparkannya ke arah Adriel!

 

Adriel menangkap pedang itu dan memuji, "Pedang yang bagus!"

 

Wanita dengan gaun putih itu menatap Adriel dengan tatapan cerah, dan berkata, "Yulianto memang memiliki sifat yang kurang baik, tapi dia adalah murid inti cadangan. Jika kamu. membunuhnya, Akademi akan memintamu untuk bertanggung jawab. Melihat keadaan kedua belah pihak nggak mengalami banyak kerugian, bagaimana jika kita selesaikan saja di sini?"

 

Adriel menatapnya dengan penuh penghargaan sejenak, kemudian mengangguk dan berkata, "Aku setuju, tapi bukan karena dia adalah murid Akademi Arjuna, melainkan karena cara kerjamu yang logis dan beralasan."

 

"Terima kasih," jawab wanita itu.

 

Wanita berbaju putih itu tersenyum sedikit, seperti seribu bunga yang bermekaran, memikat hati siapa pun yang melihatnya.

 

"Selain itu, aku masih ingin terus memburu Herios di sini!" seru Adriel.

 

"Ini..." Wanita itu sedikit mengerutkan kening, jelas terlihat tidak senang dan tertekan.

 

"Bermimpi!"

 

Saat ini, Yulianto yang merasa didukung menjadi berani dan bersuara keras, "Siapa yang tidak tahu bahwa tempat ini adalah lokasi terbaik untuk mencari Herios?!"

 

"Kamu tahu berapa banyak yang telah Akademi Arjuna korbankan untuk mendapatkan tempat ini? Kamu sudah memeras senjataku dan masih banyak permintaan ?! Dasar kampungan, melihat kakakku yang baik hati malah mau mengambil keuntungan!" kata Yulianto.

 

Adriel meliriknya sejenak, menggunakan teknik membaca pikirannya dan merasakan niat membunuhnya.

 

Wanita berbaju putih itu juga sedikit mengerutkan kening dan berkata, "Ini nggak bisa. Tempat ini didapatkan oleh Akademi Arjuna melalui persaingan kekuatan. Jika kamu memang ingin masuk, kamu harus mengalahkanku terlebih dahulu, lalu mengalahkan kakakku."

 

"Begitu, ya."

 

Adriel berpikir sejenak, kemudian mengangguk dan berkata, "Baiklah... "

 

Setelah itu, Adriel mengambil sebuah pil berwarna darah dan melemparkannya kepada wanita itu.

 

Wanita berbaju putih itu menerima pil tersebut, dan seketika matanya terbelalak, menunjukkan keheranan, "Energi kehidupan yang sangat kaya! Saudara... meskipun kamu memberikan pil sebaik ini, kamu tetap nggak bisa masuk ... "

 

Elin juga memandang Adriel dengan tatapan aneh. Pil berwarna darah ini sama seperti yang Adriel berikan padanya sebelumnya. Apakah pria ini lagi- lagi tertarik pada orang lain?

 

"Kau punya etika, aku punya harga diri. Ini untuk mengganti kerugian terhadap adikmu. Jika merasa nggak puas, buang saja," kata Adriel sambil tersenyum.

 

Pil berwarna darah ini terbuat dari air sungai darah yang mengandung energi kehidupan yang kaya, tapi yang paling penting...air sungai darah adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan Herios!

 

Begitu pil ini muncul, Herios yang telah berlatih jurus iblis darah akan seperti anjing yang mencium bau dan langsung datang. Karena ini akan memberikan peningkatan besar baginya.

 

Herios pasti akan melakukan segala cara untuk mendapatkan pil ini. Saat itu, orang-orang ini akan menjadi umpan untuk menarik ular keluar dari lubangnya.

 

Apakah orang-orang ini akan mati. Itu bukan urusan Adriel.

 

Bagaimanapun, masing-masing memiliki kemampuan sendiri.

 

Wanita berbaju putih itu juga tidak berpura-pura. Dia langsung menusukkan jarum giok ke pil tersebut dan setelah memastikan jarum tidak terpengaruh, dia terkejut berkata, "Metode akademi untuk mengenali racun sudah memastikan nggak ada racun, berarti pil ini nggak ada masalah. Terima kasih, saudara."

 

"Nggak masalah," balas Adriel sambil tersenyum.

 

Dia mengangkat kakinya untuk pergi, hanya menunggu untuk menyaksikan pertunjukan.

 

Namun, wanita itu serius berkata, "Jika kamu bertemu dengan murid Akademi Arjuna di lain waktu, sebutkan namaku, Wennie. Pasti kamu tidak akan mengalami masalah lagi."

 

Langkah Adriel terhenti.

 

Elin juga berhenti sejenak dan melihat dengan bingung. Ekspresi wajah Adriel berubah-ubah, seolah-olah tersambar petir.

 

Kemudian, Adriel berbalik dan dengan wajah masam berkata, "Kamu bilang namamu siapa?"

 

"Wennie Janita ... "

 

Wennie tampak bingung dan bertanya, "Apakah kamu pernah mendengar namaku?"

 

Namun, dalam sekejap, Adriel langsung merampas pil itu dari tangannya.

 

Semua orang terkejut.

 

Wennie tertegun ketika melihat kedua tangannya yang kosong, lalu melihat Adriel yang wajahnya muram dan cepat-cepat menyimpan pil tersebut. Kemudian, dia bertanya dengan heran, "Kamu ini...

 

"Nggak papa, aku hanya tiba-tiba merasa pil ini tidak cocok untukmu," kata Adriel sambil tersenyum cerah, tetapi dalam hati dia diam-diam mengusap keringat dingin.

 

Sial!

 

Hampir saja membunuh tunangannya saat baru bertemu.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1237 Membakar Langit ~ Bab 1237 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 31, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.