Bab 124
Ibu Vivian sangat pandai memasak,
tapi Vivian sama sekali tidak mewarisi bakatnya itu. Dia sama sekali tidak bisa
memasak.
"Jangan meremehkanku! Setelah
lama nggak bertemu, kamu harus melihatku dengan cara yang berbeda. Dua tahun
terakhir ini, ibuku sakit, jadi aku sudah belajar memasak. Nanti aku akan
membuatmu mencicipi masakanku," protes Vivian.
"Masakan yang kamu maksud itu
benar- benar masakan yang layak dimakan, 'kan?" tanya Adriel sambil
tertawa.
"Tentu saja. Sekarang aku sudah
bisa memasak makanan yang enak," jawab Vivian dengan ekspresi yang serius.
Adriel pun berkata, "Baiklah!
Ini sudah larut, kamu sebaiknya beristirahat dulu."
Malam itu berlalu tanpa kejadian apa
pun. Keesokan paginya, Adriel tetap bangun pagi untuk berlatih di Gunung Violet
bersama dengan Wendy.
Ketika dia kembali dari latihannya,
Vivian baru saja bangun.
"Ayo, kita pergi untuk membeli
sarapan, sekaligus membelikan pakaian untukmu. Setelah itu, kita akan pergi ke
rumah sakit untuk melihat kondisi Bibi Lidya," ajak Adriel.
Vivian dengan patuh mengikuti Adriel.
Mereka sampai di Pusat Perbelanjaan Surya, di mana Rory memiliki tiga toko
merek mewah.
Salah satunya adalah toko barang
mewah wanita dari merek internasional terkenal.
Saat melihat Adriel masuk ke toko
itu, Vivian segera menariknya keluar.
"Kak Adriel, apa kita salah
tempat? Ini adalah toko merek mewah, pakaian di sini harganya terlalu
mahal," ujar Vivian dengan panik.
"Nggak salah, memang di sini
tempatnya. Aku yang akan membayarnya, kamu nggak perlu khawatir," balas
Adriel.
Vivian segera menyela, "Nggak
bisa, ini terlalu boros. Uangmu juga kamu dapatkan dengan susah payah. Beli
saja baju yang harganya 200 ribu. Itu sudah cukup."
Vivian menjadi orang yang sangat
berhemat setelah mengalami masa-masa sulit.
"Baju yang harganya 200 ribu?
Mana pantas untuk Adik Vivian-ku? Aku punya kartu VIP, jadi bisa dapat diskon
50%," ujar Adriel sambil terkekeh.
Adriel membawa Vivian masuk ke dalam
toko. Segera, seorang pegawai toko datang melayani mereka.
"Bantu dia memilih beberapa set
pakaian yang cocok," perintah Adriel.
"Baiklah. Wanita cantik ini
punya postur tubuh yang sangat bagus, sangat cocok mengenakan pakaian dari toko
kami," kata pegawai toko itu dengan penuh antusias. Dia menarik Vivian
untuk mengukur tubuhnya, lalu mulai merekomendasikan berbagai jenis pakaian.
Adriel duduk di samping sambil
menikmati kopi yang disediakan oleh toko.
Vivian pertama-tama mencoba sebuah
gaun. Begitu dia memakainya, penampilannya langsung terlihat berbeda. Ungkapan
yang mengatakan bahwa pakaian merubah penampilan seseorang memang benar adanya.
"Bagus, sangat cantik. Bungkus
saja, lalu pilih beberapa set lagi," kata Adriel.
"Kak, satu gaun saja sudah
cukup. Gaun ini harganya lebih dari 160 juta. Ini sangat mahal," sahut
Vivian.
Vivian merasa sangat kaget saat
melihat harga pada label bajunya.
Dia belum pernah memakai gaun semahal
itu sebelumnya. Gaun ini memang sangat cantik. Dia juga sangat menyukainya.
Adriel segera menjawab, "Satu
set nggak akan cukup untuk berganti pakaian, pilih saja sebanyak yang kamu mau.
Nggak usah menghemat uangku."
Pegawai toko pun ikut merasa senang.
Mengetahui mereka mendapatkan pelanggan besar, dia langsung memuji-muji Vivian.
"Cantik, pacarmu begitu murah
hati dan kaya. Ini sungguh membuat orang lain iri. Kamu benar-benar tampak
cantik mengenakan pakaian dari toko kami. Cobalah yang lainnya lagi," goda
pegawai toko itu.
Wajah Vivian tampak memerah saat dia
menjelaskan, "Dia adalah kakakku, bukan pacarku."
Pegawai toko segera meminta maaf.
Kemudian, Vivian mencoba dua set pakaian lagi. Semuanya terlihat sangat cantik
di tubuhnya.
"Gaun yang dipakai oleh manekin
di etalase itu sepertinya bagus, coba yang itu," kata Adriel sambil
menunjuk gaun yang dikenakan manekin di etalase.
"Pak, gaun ini adalah edisi
terbatas yang sudah terjual habis. Gaun yang ini nggak untuk dijual,"
jelas pegawai toko.
Adriel membalasnya dengan acuh tak
acuh, " Ambilkan saja. Kalau nggak, aku akan menelepon Rory, bos kalian,
lalu bertanya apakah dia mau menjualnya atau nggak."
Ketika mendengar ini, pegawai toko
yang merasa tidak bisa mengambil keputusan sendiri langsung pergi melaporkannya
ke manajer toko.
"Kak, lupakan saja. Gaun edisi
terbatas seperti ini pasti, sangat mahal. Satu gaun bisa mencapai harga 400
juta," bujuk Vivian.
No comments: