Membakar Langit ~ Bab 1247

  

Bab 1247

 

Kevin tertegun sejenak, mendadak merasa sedikit tidak nyaman.

 

Harus diakui bahwa Adriel telah meninggalkan trauma yang cukup mendalam pada dirinya. Kevin dengan hati-hati kembali bertanya, "Bagaimana dengan Adriel Lavali, atau Gary Tak Terkalahkan ? Apa kamu ada hubungannya dengan keluarga Lavali di Kota Naraya? Kalau iya, katakan saja. Sebenarnya, ayahku dulu berteman baik dengan Gary Tak Terkalahkan... "

 

"Gary Tak Terkalahkan? Namanya terdengar sangat hebat, apakah dia kuat?"

 

Adriel mengangkat alisnya sedikit, lalu melanjutkan, "Aku selalu berlatih di pegunungan terpencil. Kalau bisa, aku ingin melihat sendiri kekuatan Adriel dan Gary Tak Terkalahkan ini."

 

"Sialan! Untuk siapa dia mau berpura-pura di sini? Ingin melihat sendiri katanya? Satu tamparan dari Adriel saja sudah cukup untuk menghancurkan sampah sepertinya hingga bersih!" batin Kevin.

 

Kevin mendengus sebal, tidak mau ambil pusing lagi. Dia langsung menoleh pada Finn sembari berkata, "Lalu bagaimana kamu ingin menangani mereka?"

 

Bagaimanapun juga, Finn telah memberinya cukup banyak hadiah demi mendapatkan tempat ini. Tentu saja Kevin tidak bisa begitu saja menerima tanpa membalasnya.

 

"Biarkan mereka menjadi penunjuk jalan untukku!"

 

Mata Finn memancarkan kilatan kejam. Día melanjutkan, "Herios mungkin ada di dalam gua itu, jadi biarkan mereka masuk lebih dulu. Kalau Herios nggak ada di sana, biarkan mereka terus membuka jalan bagi kita!"

 

Kevin mengangguk. Mengingat betapa berbahayanya Herios saat ini, biarlah dua orang ini yang menjadi umpan terlebih dulu.

 

"Kalian berdua, jalan dulu ke depan atau mati!"

 

Dengan perintah dari Kevin, Finn dan Yulianto menatap Adriel dengan seringai dingin.

 

Adriel tersenyum sinis sambil membalas, "Aku bisa saja pergi, tapi aku takut kalian akan menyesal nanti.

 

"Menyesal?"

 

Kevin seolah sedang mendengar lelucon besar. Dia menatap Adriel dengan senyum mengejek, lalu berkata, "Apa yang membuatmu berpikir bisa membuatku menyesal? Kamu kira kamu itu siapa? Di mataku, kamu sama sekali bukan siapa-siapa, paham?"

 

"Berani sekali," ujar Elin sambil berdecak penuh kekaguman.

 

Banyak orang yang pernah menantang Adriel, tetapi hampir semuanya berakhir dengan kematian. Entah apa yang akan terjadi pada Kevin kali ini.

 

Ekspresi Kevin tampak makin dingin. Dia berujar, " Nggak mau pergi? Kalau begitu aku akan..."

 

Namun, Adriel malah bersikap tidak peduli dengan berkata, "Berikan aku waktu tiga menit untuk bersiap. Saat aku keluar dari gua nanti, jangan sampai kamu menyesal, Pak Kevin."

 

"Baiklah, aku akan beri kamu waktu!" kata Kevin.

 

Kevin tersenyum dingin. Bagaimanapun juga, keluarganya adalah yang berkuasa di wilayah ini. Dia tidak takut Adriel akan membuat masalah besar.

 

Ketika melihat ini, Elin tidak lagi berkata apa-apa. Hanya saja, dia merasa sedikit menyesal. Adriel terlalu keras kepala, dia tak bisa membantu lagi.

 

Saat itu, Adriel tidak menghiraukan apa pun lagi. Dia langsung duduk, memejamkan mata untuk menenangkan diri, sambil mengingat kembali Teknik Iblis Darah.

 

Karena sudah berani datang ke sini, tentu saja Adriel sudah siap menghadapi Herios. Menurut Adriel, Herios memiliki kelemahan yang cukup fatal.

 

Teknik Iblis Darah memang tampak kuat, sementara kecepatan latihannya juga sangat cepat.

 

Namun, orang yang berlatih dengan teknik ini akan dipenuhi energi darah di dalam tubuhnya. Dia akan menjadi tidak waras serta haus darah. Sementara Adriel sendiri, dia mengandalkan Jurus Macan Pengguncang Langit yang sangat kuat serta mampu menetralisir dampak ini.

 

Ini adalah kekuatan dari warisan Dewa Obat yang bisa menetralisir segala bencana, serta merupakan jalan latihan tanpa efek samping.

 

Menghadapi Herios sekarang, seharusnya Herios yang takut pada Adriel.

 

Pada saat yang sama, Wennie juga tidak lagi memikirkan Adriel.

 

Dia hanya menatap Kevin dengan bingung sembari bertanya, "Pak Kevin, apa kamu pernah bertemu dengan Adriel? Bagaimana hubungarımu dengannya?

 

Hubungan apanya?

 

Mengingat bagaimana Adriel selalu menekan serta mengancamnya, bibir Kevin sedikit berkedut. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

 

Apakah dia harus mengakui bahwa dia selalu ditindas oleh Adriel?

 

Mendengar Wennie menyebutkan tentang Adriel, Finn pun merasa tidak senang. Dengan nada meremehkan, dia berkata, "Adriel hanyalah penduduk biasa dari Sagheru. Bisa bertemu dengan Pak Kevin saja sudah merupakan sebuah keberuntungan baginya. Hubungan apa yang bisa mereka miliki? Diberi kesempatan untuk melayani Pak kevin saja sudah seperti berkah bagi leluhurnya! Pak Kevin, bukankah aku benar?"

 

Adriel adalah bawahannya?

 

Adriel melayaninya?

 

Entah kenapa rasanya Kevin sangat senang sekali mendengar ini.

 

Kevin sebenarnya ingin membantah, tetapi entah mengapa yang keluar dari mulutnya malah hal yang berbeda. "Hm, begitulah kira-kira..."

 

"Oh?"

 

Wennie tidak meragukannya sedikit pun. Bagaimanapun juga, Adriel hanyalah seorang penduduk biasa dari Sagheru. Jadi masuk akal kalau dia melayani Kevin.

 

Namun, Wennie merasa penasaran dengan tunangan yang belum pernah dia temui ini. Dia bertanya lagi, "Bagaimana dia melayanimu?"

 

"Hm, ya, begitulah ... Apa pun yang aku minta pasti akan dia lakukan."

 

Kevin tersenyum bangga, makin lama makin menikmati setiap ucapannya sendiri. Di tempat yang tidak ada orang luar seperti ini, dia pun bebas menyombongkan diri.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1247 Membakar Langit ~ Bab 1247 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 31, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.