Bab 1248
Kevin berujar, "Anak itu sangat
sombong. Hanya karena anak haram Herios melakukan beberapa kejahatan, dia
berani membunuh anak haram Herios!"
"Menegakkan keadilan? Bisa
dibilang dia seorang pahlawan..." Mendengar ini, mata Wennie tampak
membelalak, terbersit rasa kagum di matanya. Namun, kemudian dia mengerutkan
kening sambil bertanya, "Bukankah itu akan membahayakan dirinya?"
"Benar. Waktu itu Herios sangat
ingin membunuhnya! Jadi saat aku pertama kali datang ke Majaya, dia sangat
ingin mengabdikan diri padaku!"
Kevin mengayunkan tangannya dengan
bangga, lalu berkata, "Tapi siapa memangnya aku? Mana mungkin aku begitu
mudah memberinya kesempatan ini? Jadi dia sampai nekat berdiri di depan pintuku
di tengah hujan lebat, berlutut selama tiga hari tiga malam, memohon dengan
sangat. Sementara aku? Nggak sekali pun aku meliriknya! Kalau saja kalian
melihat betapa menyedihkannya dia saat itu!"
Makin banyak Kevin berbicara, makin
bersemangat dia. Dia seolah benar-benar bisa melihat Adriel berlutut di
depannya. Semua dendam yang terpendam dalam hatinya terhadap Adriel seolah
tumpah, memberinya kepuasan yang luar biasa.
Bahkan Adriel yang sedang mengingat
kembali Teknik Iblis Darah pun merasa terganggu. Dia menatap Kevin dengan
ekspresi sedikit kesal.
Wennie mendengar semua ini, tetapi di
dalam hatinya dia merasa sedikit tersentuh. Adriel menegakkan keadilan, tetapi
akhirnya dia tetap harus memohon pada orang yang berkuasa. Wennie seakan
melihat akhir yang menyedihkan bagi seorang pahlawan. Dia menghela napas
ringan, lalu bertanya, "Lalu bagaimana?"
"Lalu?"
Kevin sungguh menikmati saat-saat
seperti ini. Dia bercerita dengan makin bersemangat, "Akhirnya aku merasa
iba padanya. Melihat dia yang menyedihkan serta sedikit berguna, aku pun dengan
terpaksa menerimanya!"
"Kebetulan saat itu Harta Karun
Iblis Darah baru saja muncul. Jadi aku membawanya untuk menjelajahi Harta Karun
Iblis Darah! Hehe, dia sangat senang bukan main saat itu, terus memanggilku
Kakak! Tapi apa aku akan begitu saja menerimanya? Tentu saja nggak! Sekali aku
merasa nggak senang, langsung aku tampar dia!" lanjut Kevin.
Membayangkan sampai di sini, Kevin
tampak menikmati fantasinya. Dia merasa lebih puas saat ini daripada ketika
bersama dengan seorang wanita!
Saking asyiknya berfantasi, dia tidak
menyadari bahwa Adriel sedang menatapnya dengan tatapan dingin. Hanya saja,
Adriel tetap diam, membiarkannya terus membual. "Pak Kevin memang
hebat."
"Itu baru permulaannya!"
Kevin melanjutkan dengan penuh kebanggaan, "Dia itu hanya seorang Raja
Kota Majaya. Kalau dia ada di sini dan aku merasa nggak senang, aku akan
menamparnya juga!"
"Pak Kevin memang sangat
hebat."
Finn tersenyum samar sambil melirik
ke arah Wennie yang tampak muram. Dia seolah berkata, " Di hadapan Pak
Kevin, tunanganmu itu hanyalah seorang pengikut yang hina!"
"Lalu bagaimana bisa dia
mendapatkan Harta Karun Iblis Darah?" tanya Wennie.
Wennie merasa sedikit heran. Yang dia
tahu, tampaknya Herios mendapatkan Harta Karun Iblis Darah dari tangan Adriel.
Namun, hanya sedikit orang yang tahu tentang ini.
"Ah? Itu..."
Kevin sedikit tertegun, tetapi
cepat-cepat menjawab dengan cerdik, "Sebenarnya, Harta Karun Iblis Darah
itu aku yang menemukannya. Aku hanya nggak mau terlalu mencolok, jadi aku
meminta Adriel untuk menjaganya sementara! Siapa yang tahu kalau dia begitu
nggak berguna. Dia bahkan nggak bisa menjaga harta itu, sampai akhirnya direbut
oleh Herios!"
"Adriel itu benar-benar nggak
berguna. Dia menyia- nyiakan semua upaya Kak Kevin!" ejek Finn dengan nada
merendahkan.
Adriel mulai tidak bisa menahannya
lagi. Dia bertanya, "Pak Kevin, apakah kamu yakin semua yang kamu katakan
itu benar?"
"Tentu saja benar! Mana mungkin
aku berbohong!"
Kevin merasa puas dengan dirinya
sendiri. Kemudian, dia tiba-tiba mengerutkan kening, lalu berkata dengan tidak
sabaran, "Kamu mendengarnya terlalu serius! Ini bukan urusanmu! Sudah siap
atau belum? Masuklah ke dalam!"
Adriel memutar matanya, lalu bangkit
berdiri. Namun, sebelum memasuki gua, dia berbalik menatap Kevin sambil
berkata, "Pak Kevin, kalau Adriel mendengar semua yang baru saja kamu
katakan, kira-kira apa yang akan kamu lakukan?"
"Apa lagi yang bisa dilakukan?
Bukankah aku pasti akan mati?" batin Kevin.
Namun, Kevin mengerutkan kening, lalu
berujar dengan sikap keras kepala, "Apa urusannya denganmu? Masuk
sana!"
Entah kenapa, Kevin merasa makin
tidak menyukai pria bernama Leo ini.
Ada sesuatu yang aneh pada diri Leo,
yang membuat Kevin merasa tidak nyaman. Hanya dengan melihatnya saja bisa
membuat Kevin merasa kesal!
Adriel malas berdebat lebih lanjut.
Dia hanya melangkah masuk ke dalam gua.
Elin melirik Kevin dengan senyum
samar, lalu memeringati, "Pak Kevin, jangan sampai kamu menyesal. Siapa
tahu Adriel akan bangkit dari kuburnya untuk mencarimu."
Kevin tertegun sejenak, hendak
mengatakan sesuatu. Namun, sebelum dia bisa membuka mulut, Elin sudah mengikuti
Adriel masuk ke dalam.
"Apa maksud mereka berdua?
Mengapa mereka seperti tahu kebenarannya?" pikir Kevin.
Tidak mungkin...
Elin dan Adriel adalah musuh
bebuyutan. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kalau Adriel masih hidup? Apa lagi
sampai mengetahui bahwa Kevin adalah pengikutnya!
Kevin berpikir dengan penuh
kebingungan. Mengapa tiba-tiba dia merasa tidak nyaman?
Di dalam gua.
Adriel tanpa ragu langsung menghapus
penyamarannya, kembali pada wajah aslinya.
Elin yang mengikuti di belakangnya
hanya tersenyum ringan sambil berkata, "Kevin sungguh sombong. Selain itu,
si Finn itu juga perhatian sekali pada tunanganmu."
No comments: