Membakar Langit ~ Bab 125

   

Bab 125

 

"Aku rasa kamu akan terlihat sangat cantik mengenakannya," kata Adriel sambil tersenyum.

 

Pada saat itu, manajer toko datang untuk menjelaskan, "Maaf, Pak. Sesuai aturan toko, barang edisi terbatas yang dipajang nggak akan dijual. Kecuali kamu memiliki kartu VIP berlian toko kami, baru kamu bisa membelinya."

 

Adriel memiliki kartu berlian hitam yang diberikan langsung oleh Rory padanya. Dia baru saja akan mengeluarkannya.

 

Namun, tiba-tiba ada seorang pria dan wanita masuk dari luar.

 

"Vivian, apa yang sedang kamu lakukan di sini?"

 

Evana bertanya dengan nada merendahkan, "Apa kamu mampu membeli pakaian di sini?

 

Adriel juga mengenali Evana. Dia adalah kakak sepupu Vivian yang pernah mencoba mendekatinya, bahkan berusaha merayunya. Namun, dia ditolak oleh Adriel. Meski begitu, Evana memang memiliki sedikit daya tarik.

 

"Yo, bukankah ini Pak Adriel yang menghilang selama lebih dari dua tahun?" tanya Evana dengan nada mengejek.

 

Evana merasa sangat Iri pada Vivian. Meski dirinya sudah berusaha keras merayu Adriel, dia tidak digubris sama sekali. Sebaliknya, Adriel bersikap sangat baik pada Vivian, hingga menganggapnya seperti adik kandungnya sendiri.

 

Dia kemudian melanjutkan, "Aku rasa kamu juga nggak akan mampu membeli pakaian di sini. Orang tuamu sudah meninggal, apa kamu masih berpikir dirimu adalah seorang anak dari keluarga kaya?"

 

"Sudah dua tahun nggak bertemu, tapi sikapmu masih tetap sama, tajam dan penuh kebencian," balas Adriel dengan nada tenang.

 

Evana memaki dengan penuh kesinisan, " Adriel! Jangan berlagak sombong di depanku. Aku bukan orang yang sama seperti dua tahun lalu. Kamu juga bukan lagi Pak Adriel yang memiliki posisi tinggi. Kamu ini hanya seorang penjudi busuk. Kamu bahkan nggak pantas untuk membawa sepatuku."

 

"Evana, apa hakmu menghina Kak Adriel? Keluargamu berutang lebih dari enam miliar pada keluarga kami, tapi masih saja nggak mau membayar. Bagaimana bisa kamu masih berlagak seperti orang kaya di hadapanku?" ujar Vivian dengan penuh amarah,

 

"Enam miliar apa?" tanya Adriel.

 

"Dua tahun yang lalu, Bibi Ana memberikan uang enam miliar. Katanya itu adalah uang yang diperintahkan oleh Paman Michael untuk diberikan pada kami sebelum dia meninggal. Uang ini untuk biaya pensiun orang tuaku. Tapi semuanya dipinjam oleh pamanku, katanya untuk investasi bisnis. Dia bilang akan memberikan saham bagi hasil pada orang tuaku," jelas Vivian.

 

Dia lalu melanjutkan, "Kamu juga tahu kalau ibuku hanya punya satu adik laki-laki, jadi dia sangat percaya padanya. Mereka akhirnya meminjamkan uang itu. Tapi ternyata setelah meminjam uang, mereka nggak mengakuinya, juga nggak pernah

 

mengembalikannya."

 

Vivian menceritakan hal ini dengan wajah penuh amarah serta ketidakpuasan.

 

"Ibuku sudah sakit parah, menunggu uang untuk berobat. Tapi kalian? Kalian mengendarai mobil mewah, tinggal di rumah mewah, sama sekali nggak tahu malu! " pungkas Vivian tanpa menahan rasa kesalnya.

 

Setelah mendengar ini; Adriel baru tahu bahwa Ana ternyata memberikan uang enam miliar itu pada mereka. Ternyata dia sudah salah paham.

 

Namun, apa yang dikatakan Vivian juga membuat Adriel marah.

 

"Vivian, jangan bicara sembarangan dan menuduh orang lain! Kapan keluarga kami pernah berutang pada keluarga kalian? Apa kamu punya bukti? Apa ada bukti tertulis? Kalau cuma omongan saja, aku juga bisa bilang kalau kamu berutang sepuluh miliar padaku. Kamu mau bayar nggak?" ujar Evana sambil tertawa sinis.

 

"Meminjam uang enam miliar nggak mungkin tanpa bukti tertulis, 'kan? Kalau kamu bisa menunjukkan bukti apa pun, aku berjanji akan membayarnya," lanjut Evana.

 

Vivian pun tidak tahan untuk tidak membentak, "Kamu! Dasar nggak tahu malu! 11

 

Vivian merasa sangat marah. Karena itu adalah keluarga paman kandungnya, mereka sering meminjam uang sebelumnya dan selalu dapat dipercaya. Kedua keluarga memiliki hubungan baik, jadi tidak ada bukti tertulis.

 

Selain itu, pada saat itu paman Vivian memberikan kontrak investasi dan mengatakan bahwa uang enam miliar itu adalah modal saham. Kemudian, ketika mereka meminta uang itu kembali, baru diketahui bahwa kontrak itu palsu yang tidak memiliki kekuatan apa pun di mata hukum.

 

Jadi, keluarga Halim menolak untuk mengakui bahwa mereka meminjam uang.

 

Vivian yang merasa putus asa bahkan pernah berlutut di depan rumah pamannya. Dia terus memohon, tapi malah diusir dengan penuh kekerasan.

 

Sejak saat itu, dia benar-benar putus asa dengan keluarga pamannya.

 

"Gadis kecil, hati-hati dengan ucapanmu. Kalau nggak ada bukti, jangan bicara sembarangan. Kalau keluarga Evana benar- benar berutang enam miliar, aku akan membayarnya," timpal Joel Miller, pacar Evana.

 

Vivian merasa marah dan tidak berdaya. Dia tidak punya cara untuk menghadapi orang- orang yang tidak tahu malu ini.

 

Adriel sudah mengerti, seluruh kejadiannya. Ada kilatan dingin yang melintas di matanya. Orang-orang yang tidak tahu malu seperti ini harus dihukum!

 

Jika tidak, di mana keadilannya?

 

"Vivian, jangan marah. Aku akan memastikan mereka mengembalikan uang ini, ditambah dengan bunganya," ujar Adriel.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 125 Membakar Langit ~ Bab 125 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on December 04, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.