Bab 1251
Adriel segera mengayunkan tamparan ke
arah Herios.
Elin terkejut, matanya membesar
dengan ekspresi tidak percaya.
Sebelum Herios dan Elin sempat
bereaksi, Adriel melayangkan tamparan demi tamparan tanpa henti!
"Tamparan ini untuk kebodohanmu!
Nyawamu ada di tanganku, tapi kamu masih berani berbicara soal kerja
sama!"
"Tamparan ini untuk
kesombonganmu! Kamu pikir siapa dirimu sampai berani mengincar wanitaku!"
"Dan ini untuk Elin! Dia adalah
wanitaku, kesalahanmu ini nggak akan mudah dimaafkan !"
Dengan setiap tamparan, Adriel
menyebutkan satu demi satu dosa Herios.
Saat mulai bosan, Adriel menunjuk
Herios dan berkata kepada Elin, "Mukanya keras sekali, tanganku sampai
sakit. Apa lagi yang kamu tunggu? Ayo, giliranmu."
"Aku ... aku juga?" tanya
Elin yang terpana.
"Ya, kamu datang kemari untuk
apa? Bukankah untuk balas dendam? Ini kesempatan emas, jangan sia-siakan!"
jawab Adriel dengan nada datar.
"Kamu bilang apa? Dia mau balas
dendam padaku? Dasar ..." umpat Herios. Dia yang sudah kehilangan
kesabaran, kembali melepaskan energi sejatinya dengan marah.
Plak!
Adriel memegang tangan Elin dan
menamparkan tangannya ke wajah Herios.
"Lanjutkan," kata Adriel
sambil tersenyum mengejek Herios, lalu melepaskan tangan Elin.
Elin tampak terpana sejenak, tetapi
dengan cepat, ekspresi di wajahnya berubah menjadi penuh semangat dan kegilaan
saat menatap Herios. Tubuhnya bergetar karena antusiasme.
Hari ini, dia benar-benar bisa
membalas dendam!
"Herios, dulu kamu merasa dirimu
begitu hebat, memperlakukanku seperti binatang. Tapi sekarang, kamu lemah dan
menyedihkan! Aku akan membalas dendamku!"
Setiap kata yang diucapkannya
diiringi tamparan keras. Suara pukulannya bergema di gua itu dengan intensitas
yang nyaris gila.
Selama lebih dari dua puluh tahun,
Elin menanggung kebencian yang terpendam, perasaan tersiksa yang membuatnya
hampir tidak mampu bertahan.
Tapi hari ini, semua kemarahannya
tumpah dalam satu waktu!
Setiap tamparan adalah balasan untuk
semua kesakitan yang dia alami selama ini.
Kini, dengan Adriel di sisinya, Elin
tidak lagi ragu, tidak lagi takut. Dia hampir menjadi gila karena akhirnya bisa
melampiaskan dendamnya!
Saat ini emosinya terlalu kuat. Meski
memiliki kekuatan seorang Guru Búmi, setelah belasan tamparan, Elin mulai
kehabisan tenaga. Wajahnya pucat, tubuhnya bergetar, hampir tidak mampu menahan
beban emosional iní.
Adriel segera merengkuhnya,
menenangkannya dengan suara lembut. "Sudah cukup untuk hari ini. Anggap
saja ini sebagai permulaan," ujarnya.
Di dalam pelukan Adriel, Elin
bersandar erat, tubuhnya masih bergetar dengan wajah penuh air mata. Tangannya
memeluk Adriel erat, bibirnya bergetar, tidak mampu berkata apa pun.
Namun, hatinya kini telah terisi
penuh oleh Adriel.
Dirinya ... adalah wanita Adriel!
Saat ini, Elin hanya ingin menikmati
momen ini. Dia ingin memeluk Adriel erat-erat, bahkan jika harus mati sekarang,
dia tidak akan menyesal.
Di sisi lain, Herios sudah dipenuhi
amarah. Matanya membelalak dengan napas berat, menatap mereka berdua dengan
penuh kebencian. Tatapan penuh niat membunuh terlihat jelas di matanya, seolah
dia adalah iblis yang baru saja bangkit dari neraka.
"Berani bergerak?" Adriel
menatapnya dengan dingin dan menyeringai.
"Bergerak sedikit saja, yang
mati pasti kamu. Percaya atau nggak?" ujar Adriel.
Dengan kartu truf berupa sisik emas
pemberian dari Bu Wendy, Adriel merasa yakin bahwa tidak peduli apa pun yang
terjadi, dia tetap memiliki kesempatan untuk bertahan hidup.
Herios menggertakkan giginya dengan
penuh kebencian, tetapi dia benar-benar tidak berani melawan.
Dia tahu Adriel adalah sosok yang
tidak bisa diprediksi dan penuh kegilaan.
"Penghinaan hari ini, suatu hari
akan kubalas seratus kali lipat!" ujarnya dengan suara yang begitu tenang,
tetapi membuat orang bergidik.
Adriel hanya mencibir, "Lihat
dulu apa kamu bisa keluar hidup-hidup dari sini. Tapi sekarang, kamu harus
bekerja untukku!"
"Mulai sekarang, kamu harus
menunda waktu sebanyak mungkin. Setiap master langit yang datang ke sini, aku
akan memberimu satu pusaka dari Iblis Darah."
Selesai berbicara, Adriel melemparkan
beberapa lembar kertas berisi teknik-teknik Iblis Darah ke tanah dan berkata
dingin, "Ini perintah, bukan negosiasi!"
"Kalau kamu ingin mendapatkan
lebih banyak teknik Iblis Darah, dalam setengah hari aku ingin melihat hasil
kerjamu!"
Sambil mengatakan itu, Adriel
berbalik dan pergi, meninggalkan Herios yang penuh amarah, menatapnya dengan
tatapan beringas.
Herios memungut lembaran teknik itu
satu per satu, matanya dipenuhi niat membunuh yang kuat saat dia mengepalkan
tinjunya. Dia berkata, "Aku biarkan kamu hidup beberapa hari lagi. Tapi
cepat atau lambat, kamu akan mati di tanganku!"
No comments: