Bab 127
"Kartu hitam ini baru saja
dikeluarkan, hanya ada sepuluh. Setiap kartu diberikan langsung oleh ayahku.
Pemegang kartu ini mendapatkan diskon 50 persen di semua toko mewah keluarga
kami," jelas Joel.
"Diskon 50 persen? Itu sama saja
menjual rugi, 'kan?"
Evana tidak bodoh, dia tahu bahwa
kartu ini adalah hadiah dari Rory untuk menjilat orang -orang berpengaruh.
Diskon 50 persen benar -benar merugikan penjual.
"Ini kartu yang sangat
eksklusif, bagaimana mungkin dia punya? Pasti palsu!" ujar Evana dengan
yakin.
"Kartu ini asli! Setiap kartu
memiliki nomor seri dan tanda air anti-pemalsuan. Selain itu, kartu palsu akan
langsung terdeteksi saat digesek," jelas Joel.
"Asli? Bagaimana mungkin dia
punya kartu hitam? Meski keluarganya nggak bangkrut dan orang tuanya masih
hidup, dia nggak cukup berpengaruh untuk punya kartu hitam seperti ini,"
kata Evana dengan heran.
Joel mengangguk dan berkata,
"Hanya ada satu kemungkinan, kartu ini dicuri atau ditemukan."
"Benar! Pasti dicuri. Aku dengar
dia penjudi dan pecandu, jadi mencuri kartu bukan hal aneh baginya. Dia mencuri
kartu ini dengan niat membeli dengan diskon 50 persen, lalu menjualnya lagi
untuk cari untung," ujar Evana.
Analisis Evana membuat Joel makin
yakin bahwa Adriel mencuri kartu itu untuk menipu mereka.
"Bocah, beraninya kamu! Nggak
hanya menampar pacarku, tapi juga mencuri kartu untuk menipu kami. Kamu sudah
bosan hidup, ya?" bentak Joel.
"Kenapa Rory bisa punya anak
sebodoh kamu?" balas Adriel dengan tenang.
"Apa katamu? Berani melawanku,
ya? Lihat saja nanti," balas Joel dengan marah.
Lalu, dia memberikan kartu hitam itu
kepada manajer toko dan berkata, "Orang ini mencuri kartu hitam dan menipu
kami. Dia juga berani memukul orang dan bersikap kurang ajar. Panggil satpam
untuk menahannya, lalu hubungi polisi untuk menangkapnya."
"Baik, Pak," jawab manajer
toko.
Manajer toko juga tidak percaya bahwa
Adriel adalah pemegang kartu hitam, jadi dia mengikuti perintah Joel dan segera
menelepon satpam serta polisi.
"Kak, apa kamu menemukan kartu
ini di jalan?" tanya Vivian dengan suara kecil.
"Mana mungkin? Kartu ini
diberikan langsung oleh Rory, dia bahkan memohon agar aku menerimanya,"
jawab Adriel tanpa ragu.
Joel tertawa terbahak-bahak.
"Terus saja berbohong! Kamu
pikir siapa kamu sampai ayahku memberikan kartu itu dan memohon padamu? Sombong
sekali!" ujar Joel.
"Aku rasa dia sudah kecanduan
narkoba sampai otaknya rusak. Dia juga suka kekerasan. Kak Joel, wajahku sakit
sekali, kamu harus balas dendam untukku," kata Evana dengan manja.
"Tenang saja, Sayang! Tangannya
yang menamparmu itu nggak akan selamat," jawab Joel.
Adriel malas berbicara lebih banyak.
Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Rory.
"Halo, siapa ini?"
Terdengar suara Rory di telepon.
"Aku Adriel. Aku memakai kartu
hitam yang kamu berikan di toko kamu, tapi mereka mengira aku mencuri kartu itu
dan akan melaporkanku ke polisi. Bisa kamu urus ini? " ujar Adriel dengan
tenang.
Mendengar itu, wajah Rory langsung
berubah. Seketika itu, dia menjadi ketakutan dan berkeringat dingin.
Rory juga hadir pada pesta ulang
tahun keluarga Millano. Meskipun Adriel akhirnya tidak muncul, Rory sudah
menebak bahwa yang disebut Pak Adriel pasti adalah Adriel Lavali.
No comments: